Minggu, 20 September 2015
Tahun XLVI
GOTONG ROYONG
"Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus“ (Galatia 6:2).
Dunia modern diwarnai dengan sifat egois dan persaingan. Dalam persaingan terjadi usaha untuk memenangkan persaingan dan saling menguasai. Keinginan yang kuat untuk memenangkan persaingan, “membangun” konsep hidup terhadap sesamanya bukan sebagai kawan untuk menjawab persoalan hidup bersama, tetapi lawan atau musuh yang harus ditaklukkan, dikuasai dan dihancurkan. Dampaknya kehilangan rasa kebersamaan, saling mempercayai, saling menguatkan tetapi menjadi hidup yang tercerai-berai, permusuhan, saling mencurigai, saling mengintip kelemahan dan kesalahan, dan berusaha untuk saling menghancurkan atau membinasakan. Apabila kehidupan manusia modern tersebut terus berkembang tanpa kendali dan membudaya, membawa peradaban manusia hancur, manusia menjadi serigala bagi sesamanya, tanpa perdamaian dan kesejahteraan. Dalam kondisi dunia yang penuh dengan ketegangan dan ketakutan, orang percaya di Indonesia hidup dalam keanekaragaman diingatkan kembali kepada pemikiran Bung Karno sebagai hasil kesimpulan dari Pancasila yang dikenal dengan Ekasila yaitu Gotong Royong.
Dalam rangka mewujudkan gotong royong mengedepankan pengembangan kebersamaan dalam menghadapi dan menjawab persoalan sosial kemanusiaan. Setiap elemen masyarakat mempunyai kesempatan memberikan sumbangan sesuai dengan kemampuan dalam garis-garis kebenaran yang diyakininya dapat dilakukan sendiri maupun bersama-sama. Tetapi dilakukan dalam koridor kepentingan bersama tanpa meniadakan kepentingan kelompok. Dan untuk membangun kebersamaan diperlukan kerelaan membangun persahabatan yang mengedepankan dan menggali kebersamaan, tidak mempertentangkan perbedaan-perbedaan yang ada.
Masih adakah di dalam persekutuan orang percaya mengedepankan kegotongroyongan dalam mengemban mandat illahi sebagai agen transformasi manusia seutuhnya?
GOTONG ROYONG SOKOGURU KEBERHASILAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar