Mimbar Gereja u/Warta 27 September 2015

GIA Sby (Gateway)
Minggu, 20 September 2015
JANGANLAH JEMU-JEMU BERBUAT BAIK (Galatia 6:6-10)
Oleh: Pdt. Timotius Hogiono

Pada bagian Pasal terakhir dari Surat Galatia ini, Paulus memberi contoh-contoh praktis tentang hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus. Dipimpin oleh Roh Kudus dalam surat Galatia ini, identik dengan “penuh dengan Roh” dalam surat Efesus. Akibat dari kepenuhan Roh Kudus bukan menunjuk pada suatu pengalaman-pengalaman mistis, mistik atau mendapatkan karunia-karunia spektakuler tetapi lebih menunjuk kepada pembaharuan hidup yang terus menerus terjadi secara progresif didalam diri orang percaya. Hal ini berarti semakin kita dipimpin oleh Roh Kudus, semakin kita sadar bahwa kita adalah orang berdosa. Atas dasar inilah, akibat secara praktis yang menyangkut hubungan kita dengan orang-orang lain disekitar kita yaitu, janganlah kita jemu-jemu berbuat baik. Mengapa orang yang dipimpin Roh Kudus tidak boleh jemu-jemu berbuat baik ? Karena kita sebagai orang Kristen mengenal tentang prinsip “Tabur-tuai”, apa yang kita tabur, juga akan kita tuai (Galatia 6:7). 
Dalam Galatia 6:6-10 ini, Paulus menerapkan prinsip menabur dan menuai dalam lingkungan hidup orang Kristen yang sangat penting, dalam kaitannya dengan perbuatan baik yang harus kita lakukan dengan tidak jemu-jemu:
  1. Dalam hubungan antara Hamba Tuhan dengan jemaat (Ayat 6). Dalam I Korintus 9:11, Paulus berkata: “Jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah kalau kami menuai hasil duniawi daripada kamu ? Pertanyaan ini sangat logis karena Paulus menaburkan Firman kehidupan. Paulus melakukan pekerjaan yang sangat penting bagi keselamatan hidup umat manusia. Walaupun prinsipnya jelas, namun Paulus tidak mempergunakan haknya sebagai seorang Rasul (I Korintus 9:12-15), tetapi dia menghidupi dirinya sendiri sebagai seorang tukang kemah (Kisah Rasul 18:3). Hal ini dia lakukan supaya pemberitaan Injil jangan sampai terhalang. Karena ia tidak mau menjadikan rintangan bagi pemberitaan Injil, maka ia memilih untuk tidak menerima sesuatu sebagai upah. Rasul paulus tahu apa yang dia lakukan sebagai perbuatan baik akan dia tuai pada saatnya. 
  2. Dalam rangka kesucian hidup (ayat 8). Orang Kristen harus memilih antara menabur dalam daging atau menabur didalam Roh. Orang yang menabur dalam daging menghasilkan perbuatan-perbuatan daging yang akhirnya membawa kepada kebinasaan, sedangkan mereka yang menabur dalam Roh menghasilkan buah-buah Roh yang pada akhirnya  dituai adalah kehidupan kekal. Dalam hal ini kita perlu mengerti bahwa ada sangkut pautnya dengan peperangan rohani yang harus dihadapi oleh setiap orang Kristen setiap hari dalam rangka kekudusan hidupnya (Galatia 5:16-18). Orang yang menabur dalam Roh, mereka harus menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan  keinginannya (Galatia 5:24). 
  3. Dalam rangka saling melakukan kebaikan/ saling membagi berkat (ayat 9-10). Orang yang dipimpin Roh kudus akan mengasihi semua orang, secara khusus ia akan dikuasai oleh kasih persaudaraan dan kasih pada semua orang (II Petrus 1:7). Oleh sebab  itulah Paulus mengingatkan kita, “Janganlah jemu-jemu berbuat baik”. Janganlah sekali-kali menjadi lemah dalam hal ini  (II Tesalonika 3:13). Oleh sebab itu jangan menjadi kecewa dan bosan untuk berbuat baik. Dan akhirnya akan datang waktunya, dimana kita akan menuai hasilnya. 

Betapa indahnya setiap kali kita memiliki kesempatan untuk menolong orang yang menderita atau memberi penghiburan kepada mereka yang berdukacita, apalagi kalau perbuatan baik yang kita lakukan menjadi langkah awal dalam membawa seseorang kepada pertobatan. Hal itu pasti tidak akan menjadi sia-sia walaupun sewaktu-waktu kita harus menunggu hasilnya dengan kesabaran. Janganlah jemu-jemu berbuat baik. Amin. 

Diringkas oleh: Pdm. Juni K. Telaumbanua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar