RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 21 September 2015
PERBUATAN BAIK (Galatia 6:6-10)
Dibanding para selebriti Indonesia, nama Agus Bambang Priyanto memang kalah tenar. Namun, majalah Time mendaulatnya menjadi salah satu Asean Heroes tahun 2003, berkat upayanya yang tak kenal lelah memimpin penyelamatan para korban bom Bali; mengangkut korban tewas; membopong mereka yang terluka; mengumpulkan harta milik korban untuk diserahkan kepada keluarga; mengatur lalu lintas ambulans. Bambang bukan petugas. Ia rakyat biasa. Ia melakukan semua itu secara spontan, tanpa diminta.
Untuk menerima penghargaan itu, termasuk hadiah uang ratusan juta, Bambang diundang ke Jepang. Namun, ia menolak pergi. Ia merasa bukan pahlawan. Menurutnya, apa yang ia lakukan adalah sesuatu yang wajar dilakukan setiap orang ketika melihat sesamanya menderita. Tentang uang hadiah, Bambang beralasan, tidak layak menerima hadiah di atas penderitaan orang lain.
Alangkah indahnya hidup bermasyarakat, apabila setiap orang terdorong untuk saling berbuat baik; bukan untuk saling memanfaatkan. Kepada jemaat Galatia Paulus juga menasihatkan agar mereka tidak jemu-jemu berbuat baik (ayat 9). Dengan begitu, mereka telah memenuhi hukum Kristus (ayat 2). Tentu tidak harus dalam peristiwa besar seperti yang dilakukan oleh Agus Bambang Priyanto, tetapi juga bisa dalam kejadian sehari-hari. Kuncinya adalah kepekaan dan ketulusan untuk menolong sesama.
Hari ini, adakah sesama yang membutuhkan perbuatan baik kita; mungkin tetangga sebelah rumah, atau rekan sekerja di kantor, atau siapa saja? Semoga kita tidak membiarkan kesempatan berbuat baik itu berlalu begitu saja.
LAKUKAN PERBUATAN BAIK KEPADA ORANG LAIN MINIMAL SATU PERBUATAN UNTUK SATU HARISelasa, 22 September 2015
MENABURKAN KEBAIKAN (Galatia 6:6-10)
Dalam sebuah rapat, ketika berbicara tentang program sosial yang akan dilakukan oleh gereja kami, seorang majelis bertanya, “Apa untungnya kegiatan ini bagi gereja kita?” Lalu pendeta menjelaskan bahwa salah satu tujuan kehadiran gereja di dunia adalah menjadi berkat bagi orang lain, khususnya bagi orang-orang miskin. Kita tidak memikirkan keuntungan pribadi ketika melakukan pelayanan.
Banyak orang Kristen yang terperangkap dalam pemikiran “memberi dan menerima”. Orang tergoda untuk memikirkan apa yang akan ia peroleh jika melakukan suatu kebaikan kepada orang lain. Akibatnya, jika ia tidak melihat adanya keuntungan yang akan ia dapatkan, ia urung bertindak. Ia menahan kebaikan dari orang yang memerlukan. Padahal, menabur kebaikan tidak sama dengan berinvestasi dalam dunia bisnis. Kita tidak selalu menerima balasan dari orang yang kita bantu, namun tidak jarang kita “menuai” kebaikan di tempat lain. Tidak dapat diprediksi, dan karena itu malah berpotensi mendatangkan kejutan yang menyenangkan.
Paulus mendorong jemaat di Galatia untuk saling menolong dan saling menanggung beban. Itu suatu cara praktis bagi orang percaya untuk menggenapi hukum Kristus, yaitu hukum kasih. Kasih seharusnya memancar kepada semua orang. Apakah Anda tergoda menahan kasih dari orang yang memerlukannya, hanya karena mereka berbeda dari Anda? Atau, karena Anda merasa tak akan mendapatkan keuntungan dari perbuatan baik itu? Penuhilah hukum Kristus dengan menabur kebaikan kepada semua orang.
MENABURKAN KEBAIKAN DALAM KASIH BERARTI BERBUAT BAIK TANPA PILIH KASIHRabu, 23 September 2015
TAK MUNGKIN LOLOS! (Galatia 6:6-9)
Sekelompok siswa Renaissance High School di Detroit memutuskan untuk membolos untuk menghadiri sebuah konser musik rock di Hart Plaza. Mereka merasa telah berhasil meloloskan diri. Namun keesokan harinya, ternyata surat kabar The Detroit News menampilkan foto berwarna konser tersebut tepat di halaman depan. Dan siapakah yang ada di dalam foto itu? Benar. Di dalam foto itu terpampang para siswa Renaissance High yang membolos, yang dengan mudah dikenali oleh siapa saja.
Alkitab mengajarkan bahwa kita tidak dapat menyembunyikan pelanggaran-pelanggaran kita. Kita barangkali dapat menutupinya untuk sementara waktu dan bahkan meloloskan diri bersamanya selama waktu yang lebih lama. Namun, hari yang tidak terhindarkan itu akan tiba, saat kita harus menghadapinya, entah di dunia ini atau di dunia yang akan datang. Paulus memberi tahu orang-orang di Galatia, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (Galatia 6:7).
Mungkin Anda memiliki dosa rahasia yang Anda sembunyikan. Jika demikian, saya mendesak Anda untuk mengakui dan meninggalkannya. Atau mungkin Anda kini perlahan-lahan terbawa ke dalam situasi yang Anda tahu salah dan Anda tergoda untuk melanjutkannya, serta berpikir bahwa Anda tidak akan tertangkap basah. Maka saya meminta Anda untuk tidak melangkah lebih jauh. Foto Anda mungkin tidak muncul di halaman depan sebuah surat kabar, namun Alkitab berkata bahwa Anda tidak mungkin meloloskan diri bersamanya!
BENIH PERBUATAN YANG KELIRU MUNGKIN DITABUR DIAM-DIAM, NAMUN HASIL PANENNYA TIDAK DAPAT DISEMBUNYIKANKamis, 24 September 2015
BENIH DAN BUAH (Galatia 6:7-10)
Saya pernah membaca sebuah ilustrasi mengenai seorang pria yang melihat-lihat di sebuah toko. Mendadak ia terkejut karena melihat Allah duduk di salah satu gerai. Pria menghampiri-Nya dan bertanya, "Apa yang Engkau jual?" Allah menjawab, "Apa yang kauinginkan?" Pria itu berkata, "Aku ingin kebahagiaan, ketenangan pikiran, dan kebebasan dari rasa takut ... untuk diriku dan seisi dunia." Allah tersenyum dan berkata, "Di sini Aku tidak menjual buah. Yang Kujual hanya benihnya."
Dalam Galatia 6, Paulus menekankan pentingnya menaburkan benih-benih tindakan yang memuliakan Allah, karena "apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (ayat 7). Kita tidak dapat berharap menikmati buah-buah berkat Allah jika kita tidak menyadari pentingnya melakukan bagian kita.
Kita akan sangat tertolong jika mengikuti teladan orang lain yang telah menaburkan benih yang baik. Pengarang Samuel Shoemaker mengatakan bahwa teladan yang baik dapat mengilhami kita atau membuat kita berkata, "Oya, ia memang seperti itu. Ia tidak mudah marah, gelisah, tidak sabaran, dan khawatir seperti saya; ia selalu bahagia." Shoemaker melanjutkan, "Mungkin kita tidak menyangka kalau ia harus berjuang untuk mendapatkan ketenangan, dan bahwa kita dapat menang jika kita melakukan hal yang sama."
Apakah Anda mencemaskan keadaan diri Anda? Mintalah pertolongan Allah dan mulailah menaburkan benih-benih tindakan dan tanggapan yang baru hari ini. Pada saatnya nanti, Roh Kudus akan menambahkan hasilnya. (JY)
BENIH YANG KITA TABUR HARI INI MENENTUKAN BUAH YANG AKAN KITA TUAI ESOKJumat, 25 September 2015
JANGAN PERNAH MENYERAH (Galatia 6:6-10)
Seorang pengkhotbah yang mulai jenuh dalam pelayanan, mendapat sebuah mimpi. Ia melihat dirinya sedang memukul sebuah bongkahan besar batu granit dengan linggis. Tugasnya adalah memecahkan batu tersebut menjadi potongan-potongan kecil. Namun, sekeras apa pun usahanya, ia tidak sanggup memecah batu itu sepotong kecil pun. Karena lelah dan putus asa, akhirnya ia memutuskan untuk berhenti.
Tak lama kemudian datanglah seseorang dan berkata, “Bukankah Anda diperintahkan untuk melakukan pekerjaan ini? Kewajiban Anda adalah melakukan sebaik mungkin, apa pun yang terjadi.” Sang pengkhotbah, dengan kebulatan hati yang baru, mengayunkan linggisnya tinggi-tinggi dan memukul batu granit tersebut hingga pecah. Batu itu pecah berkeping-keping. Ia hampir menyerah, dan melewatkan satu pukulan yang menghancurkan.
Tuhan ingin agar kita tetap melakukan pekerjaan yang ditugaskan-Nya, entah seberapa besar kesulitannya. Sekalipun keberhasilan tampak jauh dan mustahil, kita harus tetap berdiri dengan teguh dan meyakini bahwa tetap ada upah berlimpah bagi orang yang tekun.
Apakah Anda merasa lelah dalam pelayanan bagi Allah? Apakah Anda pernah berkecil hati dan tergoda untuk “menyerah kalah”? Ingatlah akan mimpi sang pengkhotbah itu. Lebih baik Anda tenang dan mengingat janji Allah yang diucapkan Paulus, “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:9).
KEGAGALAN BUKANLAH SUATU KEKALAHAN JIKA ANDA TERUS BERUSAHASabtu, 26 September 2015
PERTOLONGAN TAK TERDUGA (Galatia 6:7-10)
Gary, seorang pendeta kaum muda di Michigan, pergi bersama sekelompok remaja dengan mobil van gereja ke North Dakota, Montana, dan Idaho. Mereka hendak berpetualang, bersekutu, dan mengalami tantangan rohani di Amerika Barat yang luas. Ide yang bagus. Namun mobil van tua yang mereka gunakan dan beberapa orang tertentu membuat perjalanan tidak menyenangkan.
Ketika mobil van itu mogok di Montana, Gary menelepon sebuah gereja yang sama denominasinya dengan gerejanya. Ia menanyakan apakah anak-anak muda itu dapat bermalam di gereja tersebut. Mereka semua membawa kantong tidur, karena itu dapat tidur di lantai. Namun, pemimpin gereja itu tidak mengizinkannya. Rombongan itu terpaksa tinggal di motel selama dua hari sampai van itu selesai diperbaiki.
Waktu terasa berjalan begitu lambat dan anak-anak muda itu mulai gelisah. Melihat kesulitan mereka, seorang wanita setempat mengajak mereka ke peternakannya. Ia mengajari mereka naik kuda, mengizinkan mereka terlibat dalam kegiatan peternakan sehari-hari, dan menjamu mereka dengan masakan yang lezat. Sementara itu, montir yang memperbaiki mobil van mereka juga hanya menarik ongkos sebesar biaya suku cadang yang harus diganti. Ironisnya, baik pemilik peternakan maupun montir tersebut bukanlah orang kristiani.
Ini adalah hal yang sederhana. Namun terkadang Allah menggunakan orang-orang yang tidak mengenal gereja untuk mengingatkan orang kristiani "agar berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman" (Galatia 6:10).
KASIH KITA PADA KRISTUS DAPAT TERLIHAT DARI KASIH KITA PADA SESAMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar