Minggu, 29 Juni 2014
Tahun XLV
APAKAH YANG MENJADI PEMIKIRAN PAULUS :
SEBUAH PENGANTAR TERHADAP “1 KORINTUS 7:1-16”
Meski ada perdebatan: apakah bagian ini adalah respon Paulus terhadap surat dari jemaat Korintus atau hanya sekedar cara Paulus untuk memulai topik baru, para ahli cukup sepakat: tema utama dari perikop ini adalah kepekaan pastoral (pastoral sensitivity) Paulus ihwal persoalan yang tercakup pada “area abu-abu” (grey areas) di dalam jemaat Korintus. Untuk dapat mengerti apa yang sesungguhnya menjadi pemikiran Paulus dalam keseluruhan pasal 7, khususnya ayat 1-16: kita perlu mengerti ayat pertama secara detil.
Frasa yang perlu kita perhatikan secara lebih detil hari ini adalah: “adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin.”. Jika kita menelusuri bahasa Yunani, maka penerjemahan yang lebih tepat adalah sebagai berikut: it is good for a man not to touch a woman/not to have physical intimacy with a woman. Dalam terjemahan bebas saya: adalah baik bagi seorang laki-laki untuk tidak menyentuh wanita (memiliki relasi seksual dengannya). Meski, tidak sepenuhnya salah untuk menerjemahkannya sebagai “pernikahan”, nuansa yang lebih tepat perlu ditekankan: ini berkaitan dengan isu “porneia” pada jemaat di Korintus. Selain dari pada itu, jikalau kita menempatkan kata “menikah” pada ayat 1b ini, kita akan mengalami kesulitan dalam melihat apa yang hendak dikatakan Paulus pada ayat 5. Secara singkat, pada ayat 5, Paulus menekankan “selibat” saat menikah, sebagai sebuah kesepakatan bersama. Jika kita menerjemahkan ayat pertama dengan kata “tidak menikah”, maka seharusnya perikop ini hanya berbicara kepada mereka yang “belum/tidak” menikah saja. Ini pula yang ditekankan oleh Paulus pada ayat pertama (for a man) dengan merujuk, tidak hanya pada mereka yang belum menikah, tetapi bagi mereka yang sudah menikah pula: jauhkanlah dirimu dari “porneia”. Sebelum menutup renungan hari ini, satu hal yang perlu ditegaskan: ada perbedaan pendapat entah frasa di atas merupakan pernyataan dari Paulus, ataukah pernyataan dari jemaat Korintus. Hal ini berkaitan dengan bagaimana kita perlu mengerti apa yang sesungguhnya dimaksudkan oleh Paulus. Namun, meski ada perbedaan pendapat, inti sesungguhnya dapat tetap diambil: baik dalam pernikahan atau tidak dalam pernikahan: jauhkanlah dirimu dari “porneia”. Dengan dasar seperti itu, maka kita dapat mengerti anjuran Paulus ihwal selibat dan pernikahan (termasuk dengan non-kristen). (KSS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar