Cover Warta Jemaat 25 Agustus 2013

1599 / WG / VIII / 2013
Minggu, 25 Agustus 2013
Tahun XLIV

TAKDIR
Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya (Roma 9:11 b)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, takdir diartikan dengan ketetapan/ketentuan Tuhan, juga berarti nasib. Dan menurut Ensiklopedi Indonesia, kata "takdir" bisa berarti predestination (predestinasi).
Sepintas bila kita mempelajari Roma pasal 9 sampai 11, khususnva bagian ayat renungan hari ini kita menganggap adanya konsep takdir dalam Alkitab. Sebenarnya konsep takdir tidak mutlak sama dengan predestinasi, yang lebin cocok digunakan dalam bahasa teologis kita. Charles C. Ryrie dalam tulisan-nya "Basic Theology" mendefinisikan predestinasi adalah menentukan terlebih dahulu (bahasa Yunani proorizo yang mengandung arti menandai sebelumnya). Secara Alkitab, predestinasi terbatas pada orang-orang yang dipilih dan menjamin kehidupan mereka yang sekarang maupun yang kemudian. Kematian Kristus dan maknanya telah ditentukan sebelumnya oleh Allah (I Korintus 2:7) Mereka yang dipilih Allah telah ditentukan sebelumnya untuk diangkat menjadi anak-anakNya (Efesus 1:5), untuk menjadi pewaris (ayat 11) dan pada akhirnya untuk menjadi serupa dengan Kristus (Roma 8:28 - 29),
Konsep predestinasi tidak sama dengan fatalisme (kepercayaan pada nasib). Dalam predestinasi ada Pribadi yang berakal (yaitu Allah) dan sangat mengasihi manusia, sedangkan dalam fatalisme yang ada hanyalah nasib yang tidak menentu dan tidak berpribadi. Lagipula fatalisme sama sekali tidak mementingkan cara-cara, yang ditekankan hanyalah tujuan akhirnya. Hal ini berbeda dengan predestinasi di mana ketetapan Allah meliputi segala cara yang amat penting untuk dapat mencapai tujuan akhir. Jadi dalam hal ini ada tanggung jawab yang harus dilakukan manusia.
Jika dalam Alkitab dinyatakan bahwa Allah mengasihi Yakub dan membenci Esau, bukanlah berarti la pilih kasih dan "menakdirkan" demikian. Alkitab menyaksikan bahwa kesalahan Esau adalah menganggap rendah hak kesulungan. Dan bila dikatakan la mengeraskan hati Fir'aun, bukanlah berarti la "menakdirkan" Fir'aun menjadi seorang penjahat. Pada dasarnya Fir'aun sudah mengeraskan hati dan melawan rencana Allah, akibatnya dosanya seakan "diumbar" oleh Allah. (YM).

JIKA MANUSIA BISA MENGATUR PEMIKIRAN ALLAH, MAKA DIA BUKANLAH ALLAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar