RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 26 Agustus 2013
KENAJISAN MENJALAR (Roma 9:1-5)
Banyak orang tidak mau berkorban bagi orang lain, baik akibat kesalahan sendiri, apalagi sebagai akibat kesalahan orang lain. Akan tetapi, itulah yang Paulus lakukan bagi saudara-saudaranya, orang Israel.
Paulus mengawali pembicaraan panjang tentang pilihan atas Israel di antara bangsa-bangsa lain dalam karya penyelamatan Allah (ps. 9-11) dengan nada emosional. Sebagai keturunan Yahudi, Rasul Paulus tetap mengakui dan memelihara ikatan persaudaraan dengan bangsanya. Ia tahu bahwa kedudukan Israel begitu istimewa. Mereka umat pilihan Allah, menerima kemuliaan, perjanjian-perjanjian, dan Taurat. Mereka adalah keturunan para bapa leluhur yang kemudian menurunkan Mesias (9:4-5a). Sayang, segala keistimewaan itu tak membuat Israel percaya dan menyambut Mesias. Sebab itu, mereka harus menanggung hukuman.
Mengapa demikian? Bukankah mereka juga percaya kepada Allah, meskipun tidak percaya Yesus sebagai Mesias? Yesus adalah penyataan yang lengkap tentang Allah. Kita tidak dapat sepenuhnya mengenal Allah, bila dipisahkan dari Yesus. Juga Allah telah menunjuk Yesus untuk memperdamaikan manusia dengan Allah. Maka tidak ada jalan lain bagi manusia untuk datang kepada Allah, kecuali melalui Yesus. Seperti orang lain, orang Yahudi juga hanya dapat menemukan keselamatan melalui Yesus. Bila mereka menolak Kristus maka mereka hanya akan menemui kebinasaan.
Paulus sangat berdukacita. Ia sulit memahami bagaimana mungkin Israel yang memiliki hak istimewa yang begitu luhur itu, ternyata tidak termasuk golongan umat yang percaya! Itu sebabnya ia rela pasang badan dengan menukarkan keselamatannya bagi keselamatan bangsanya (3). Seberapa besarkah perhatian Anda pada orang lain yang belum kenal Yesus? Bersediakah Anda mengurbankan waktu, tenaga, uang, dst. agar mereka dapat datang pada Yesus?
Pikirkanlah: Apa yang akan Anda lakukan agar orang lain dapat mengenal Kristus?
Selasa, 27 Agustus 2013
RINDU AKAN KESELAMATAN ORANG LAIN (Roma 9:1-5)
Berbeda dengan Petrus yang memberitakan Injil kepada kaum Yahudi, Paulus dipakai secara khusus oleh Tuhan untuk memberitakan Injil kepada kaum nonYahudi. Meski begitu, Paulus selalu merindukan agar kaum Yahudi menerima keselamatan. Itu sebabnya, ke mana pun Paulus pergi memberitakan Injil, ia selalu mencari tempat ibadah Yahudi agar dapat melayani kaum tersebut.
Kerinduan Paulus jelas tergambar dari hati nuraninya yang sangat berduka karena kaum sebangsanya menolak Injil. Jika mungkin, Paulus bahkan rela terkutuk dan terpisah dari Kristus demi keselamatan orang Yahudi. Ia rela berkorban dan binasa bila hal itu dapat menyelamatkan mereka. Di dalam PL, kerinduan Paulus mirip dengan Musa yang rela binasa demi pengampunan umat Israel (Kel 32:31-32).
Mengapa Paulus dan juga Musa rela berkorban sedemikian untuk keselamatan Israel? Karena Israel telah mendapatkan banyak hak istimewa dari Allah dan melalui mereka Mesias datang (4-5).Sayangnya, bangsa Israel sendiri tidak menghargai keistimewaan itu. Mereka tidak hidup sesuai kehendak Allah, mereka pun tidak mau datang dan percaya kepada Yesus sebagai Mesias. Sebagai gantinya, bangsa Israel justru menjadi sombong dan menyalibkan Dia. Padahal Yesus adalah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia (Kol 2:9).
Belajar dari Paulus, adakah kita juga mempunyai kerinduan yang sama agar orang lain mendapatkan keselamatan? Adakah kita juga merindukan dengan sungguh-sungguh agar orang-orang berbalik kepada Yesus, termasuk orang-orang yang memberi penolakan keras, seperti yang dilakukan bangsa Israel? Bila ya, marilah kita memakai setiap kesempatan yang ada untuk memberitakan Injil kepada orang lain atau membawa mereka ke gereja agar mereka sendiri dapat bertemu Tuhan Yesus dan mendapat hidup yang kekal. Marilah kita juga berdoa, agar Tuhan bekerja dalam melembutkan hati orang-orang yang secara keras menolak Injil Tuhan Yesus.
Rabu, 28 Agustus 2013
PILIHAN ALLAH (Roma 9:1-18)
Israel adalah bangsa pilihan Allah, pewaris perjanjian Allah. Dari merekalah akan lahir Mesias, sang Juruselamat. Mereka memiliki hak istimewa untuk menjadi saksi mata penyataan kemuliaan Allah, terutama ketika mereka keluar dari Mesir. Allah memilih Israel untuk menjadi kerajaan imam (Kel 19:5-6) untuk membawa bangsa-bangsa kepada Allah (Yes 42:6). Semua keistimewaan ini tidak diperoleh bangsa lain. Walau demikian mereka menolak Yesus Kristus, Anak Allah. Mereka malah menyalibkan Dia, yang akan menyelamatkan mereka. Penolakan ini berdampak fatal bagi mereka.
Israel sendii seolah tutup mata terhadap fakta tersebut. Mereka membanggakan diri sebagai keturunan Abraham dan umat pilihan. Padahal pilihan Allah atas Israel bukan hanya karena faktor keturunan (ayat 6-10). Ingatlah bagaimana Allah memilih Ishak dan bukan Ismael, memilih Esau dan bukan Yakub. Jadi tidak semua keturunan Abraham merupakan pewaris perjanjian. Orang tidak bisa menyatakan diri sebagai pewaris berkat Allah hanya karena ia keturunan orang yang diberkati Allah. Fakta bahwa Allah memilih yang satu dan bukan yang lain sama sekali tidak memperlihatkan ketidak-adilan Allah. Allah yang kudus tidak mungkin bertindak tidak adil. Masalah pilihan adalah masalah kasih karunia. Kemurahan dan belas kasihan Allah diberikan menurut kehendak Allah dan bukan kehendak manusia. Bila Allah bertindak berdasarkan kebenaran manusia, tak seorang pun selamat.
Pilihan ini juga bukan berdasarkan perbuatan manusia (ayat 11). Allah memilih bukan karena seseorang lebih saleh dan yang lain lebih jahat. Allah kudus dan harus menghukum dosa, tetapi Allah penuh kasih dan ingin menyelamatkan orang-orang berdosa. Bila ada yang tidak diselamatkan, ini berarti keadilan-Nya dijalankan. Bila ada yang diselamatkan, kasih-Nya dinyatakan. Dalam kesemuanya, kedaulatan Alah ditegakkan. Maka jika keselamatan kita memperlihatkan pilihan Allah atas kita, jangan sombong. Beritakan agar orang lain pun beroleh karunia itu.
Kamis, 29 Agustus 2013
DASAR PEMILIHAN ALLAH (Roma 9:6-13)
Meski orang Israel telah menolak dan bahkan menyalibkan Kristus, apakah kegagalan mereka membuat firman Tuhan turut gagal? Paulus berkata tidak. Firman Tuhan tidak mungkin gagal karena meskipun manusia sering gagal dan tidak setia kepada-Nya, Allah tetap setia.
Tuhan akan memelihara orang percaya, pertama, bukan berdasarkan keturunan (6-7). Sebagai contoh, Ismael dan Esau adalah anak-anak sulung yang seharusnya dipilih Allah, nyatanya Ishak dan Yakublah yang dipilih Dia. Artinya, tidak semua keturunan Abraham berhak menjadi pewaris perjanjian yang sah, tidak semua orang Israel adalah Israel sejati.
Kedua, bukan berdasarkan perbuatan manusia melainkan anugerah Allah. Sebagai contoh, sebelum Esau dan Yakub lahir Allah telah memutuskan untuk memilih Yakub, tetapi menolak Esau. Pemilihan ini didasarkan pada kedaulatan dan kemurahan Allah semata, bukan berdasarkan perbuatan baik seseorang. Karena jika dinilai menurut perbuatannya, maka Yakub pun jelas tidak lebih baik dari Esau. Yakub bahkan suka menipu dan merebut hak orang lain.
Jadi, seseorang diselamatkan dan dipilih oleh Tuhan bukan karena jasa dan perbuatan baiknya, melainkan berdasarkan anugerah dan kemurahan Allah yang berkenan memilih orang tersebut. Orang yang telah dipilih Tuhan, berhak menerima janji keselamatan di dalam Yesus Kristus.
Jadi, firman Tuhan tidak mungkin gagal. Sekalipun orang Israel gagal memenuhi rencana Allah, Ia tetap mampu menggenapi rencana-Nya dengan memilih orang-orang bukan berdasarkan keturunan orang beriman dan perbuatan baik mereka, melainkan berdasarkan anugerah dan kemurahan-Nya. Jika dilihat berdasarkan faktor keturunan, kita pun bukan keturunan Abraham, tetapi Allah telah memilih kita berdasarkan anugerah-Nya untuk percaya kepada Yesus Kristus.
Jika Tuhan demikian mengasihi kita, maka bukankah sudah sepantasnya kita giat untuk belajar hidup secara kudus dan benar di hadapan Allah sebagai suatu bentuk ucapan syukur kita kepada-Nya?
Jumat, 30 Agustus 2013
PILIHAN ALLAH (Roma 9:6-18)
Ada dua pergumulan teologis besar dan sulit yang Paulus paparkan dalam pasal 9 ini. Pertama, sebagai teolog yang sangat berpegang pada Taurat, Paulus yakin Israel adalah umat pilihan Allah. Kedua, namun dalam terang Kristus yang kini ia yakini, dengan menolak Kristus Israel terbuang dari Allah, bukan terpilih. Jika kedua hal itu dipertemukan, apakah itu berarti pilihan Allah atas Israel gagal (6a)?
Allah atau Israel yang gagal? Paulus mencari jawabannya dengan menggali ke kisah bapak leluhur Israel (7-13). Dalam kisah Abraham dan Yakub, bukan putra tertua yang menjadi pewaris, tetapi putra lainnya. Keterpilihan dan keumatan bukan masalah hubungan darah, tetapi masalah kedaulatan pilihan Allah (9). Karena Allah memilih Kristus sebagai Juruselamat orang dari dosa dan hukuman Allah, maka Israel tidak otomatis selamat. Jadi, bukan Allah gagal menggenapi janji-Nya melainkan Israel bertanggung jawab atas penolakan mereka terhadap Yesus. Jelas pula bahwa yang dipilih Allah bukan Ismael hasil rencana Sarah dan usaha Abraham, tapi Ishak yang sepenuhnya sesuai ketetapan Allah (11). Maka kecuali Israel menyambut Kristus meski mereka secara darah keturunan Abraham dan secara perbuatan melakukan Taurat mereka tidak mencicipi berkat keselamatan dari Allah yang ada di dalam Kristus.
Pada dasarnya semua sistem kepercayaan agama-agama menekankan pentingnya perbuatan sebagai jalan beroleh hak diterima dan diampuni Allah. Meski ajaran agama itu juga menaruh harap pada kemurahan Allah, tapi kemurahan tersebut dalam arti upah terhadap usaha moral dan sosial manusia. Perikop ini menyadarkan kita bahwa banyak orang yang belum sadar bahwa pengampunan dosa tidak dapat diperoleh dengan prinsip tambal sulam. Juga tidak dengan cara seolah Allah berhutang pada manusia.
Renungkan: Mari kita doakan agar kedaulatan pilihan-Nya dan keajaiban anugerah-Nya boleh disadari dan dialami oleh sesama kita yang belum mengenal Kristus.
Sabtu, 31 Agustus 2013
FIRMAN YANG HIDUP (Ibrani 4)
Konon, seorang pria mengajukan permintaan untuk memperoleh Alkitab dari The Gideons. Menurutnya, kertas Alkitab itu sangat cocok dan sempurna untuk dipakai melinting tembakaunya. Lembaga itu meluluskan permintaannya. Pria tadi pun benar-benar memakai kertas buku itu untuk merokok. Namun sebelum melinting tembakau, ia selalu membaca lembaran yang akan dipakainya bagian depan dan belakang. Begitulah, si pria terus memakai lembaran kitab Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Sampai akhirnya, ia membaca Yohanes 3:16, berhenti lama di situ, dan menyerahkan hatinya kepada Kristus.
Kisah humor di situs Sermon Central ini menggambarkan bahwa Alkitab itu bukan buku biasa. Ya, sumber penulisannya bukan hikmat manusia, melainkan hikmat Allah sendiri. Alkitab bukan kumpulan ajaran manusia, melainkan kebenaran Allah. Maka, bagi setiap orang yang mau percaya, kuasa firman Allah akan sanggup menyelamatkannya. Benar, firman Allah itu berkuasa. Penulis kitab Ibrani menyebutnya hidup dan kuat. Karena itu, firman Allah sanggup mengubahkan hidup seseorang bahkan membuatnya berbalik dari hidupnya yang lama, dan menerima hidup baru yang dianugerahkan Allah!
Peganglah hal ini: bahwa Firman Allah itu hidup dan berkuasa. Bacalah dengan setia. Pelajarilah dengan hati terbuka. Alamilah hubungan yang hidup dengan Firman itu. Izinkan Tuhan membentuk ulang sisi-sisi hidup kita sesuai dengan firman-Nya. Mengubahkan hidup kita. Bahkan menjadi benar-benar baru, seperti yang Dia mau. (AW)
OLEH FIRMAN-NYA, TUHAN BISA MEMBUAT SESUATU DARI YANG TIDAK ADA. OLEH FIRMAN-NYA, TUHAN BISA MENGUBAH KEBERADAAN KITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar