RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 15 Oktober 2012
SIKLUS PENGAMPUNAN (Matius 18:21-35 )
Pada masa perang, seorang pria Amerika nyaris membunuh seorang wanita. Wanita tersebut adalah orang Vietnam, dan ketika bom kimia mulai dijatuhkan dari pesawat orang Amerika tadi, ia sedang berusaha menyelamatkan diri.
Barangkali Anda pernah melihat foto tokoh perang Vietnam Kim Phuc, wanita yang lari ketakutan meninggalkan desanya, berharap dapat menyelamatkan diri dari bom kimia yang sempat membakar kulitnya. Pria di pesawat itu adalah John Plummer. Karena merasa yakin bahwa tidak ada penduduk di desa tersebut, ia memerintahkan penyerangan itu.
Menurut sebuah cerita dalam Minnesota Christian Chronicle (Sejarah Kristen Minnesota), Kim Phuc diundang ke Washington tahun 1996 untuk berpidato di Monumen Veteran Vietnam. Dalam pidatonya ia mengatakan akan memaafkan pilot pesawat yang mencelakainya seandainya mereka bisa bertemu.
Luar biasa, ternyata John Plummer berada di antara para hadirin. Ia mendengar bahwa Kim akan berpidato di sana sehingga ia pun datang untuk mendengarkan pidatonya. Setelah acara usai, keduanya pun bertemu. Plummer berulang kali berkata, "Maafkan saya, maafkan saya." Jawab Kim, "Tidak apa-apa, saya memaafkanmu."
Bagaimana Kim bisa memaafkan orang yang seharusnya bertanggung jawab atas cacat yang dialaminya seumur hidup? Kim sudah menjadi Kristen saat perang Vietnam terjadi, demikian pula dengan John. Karena itu mereka mengerti tentang pengampunan bagaimana memberi dan menerima pengampunan (Kolose 3:13). Mereka telah diampuni oleh Yesus dan mereka membuat siklus pengampunan itu terus berputar. Bagaimana dengan kita? [JDB]
SAAT ANDA MERASA TIDAK MAMPU MENGAMPUNI, INGATLAH SEBERAPA BESAR ANDA TELAH DIAMPUNI
Selasa, 16 Oktober 2012
GEMA PENGAMPUNAN DI TENGAH DENDAM MEMBARA. (Maleakhi 1:6)Pelampiasan dendam semakin sering mewarnai surat kabar, media, dan berita televisi. Nada ketidakpuasan, iri hati, kekecewaan, sakit hati, dan kehilangan, bagai api menyulut bensin, tak seorang pun kuasa memadamkan. Demikianlah keadaan masyarakat kita yang mudah digiring kepada dendam membara, bahkan seringkali tanpa pemahaman yang jernih akan duduk permasalahannya. Masihkah gema pengampunan terdengar di tengah dendam membara?
Kita yakin bahwa gema pengampunan masih harus terus diperdengarkan, tidak akan luntur ditelan zaman, karena misi-Nya belum tuntas. Masih banyak jiwa yang tersesat yang harus dibawa-Nya pulang. Perumpamaan Yesus tentang seekor domba yang hilang membuktikan bagaimana misi penyelamatan itu tidak pernah pudar, satu jiwa pun sangat berharga di mata-Nya. Ia tidak pernah meremehkan atau mendiskriminasi seorang manusia pun, karena setiap jiwa yang tersesat akan dicari, sehingga meluaplah sukacita-Nya ketika jiwa yang tersesat itu kembali pulang. Setiap orang yang telah ditemukan-Nya juga akan memiliki beban yang dalam melihat jiwa-jiwa yang masih tersesat. Oleh karena itu ketika kita, anak-anak Tuhan, melihat saudara kita berbuat dosa, harus mengupayakan segala cara untuk menyadarkannya dan menyerahkannya kembali kepada Tuhan. Bapa di surga juga akan bekerja di tengah- tengah kita yang sepakat berdoa bagi pertobatannya.
Gema pengampunan antar sesama, bukan berdasarkan kebaikan, kemurahhatian, kesabaran, dan belas kasih kita kepada orang lain, namun semata-mata karena anugerah pengampunan-Nya telah dinyatakan terlebih dahulu bagi kita. Sesungguhnya tak ada alasan bagi kita untuk tidak memaafkan orang lain karena kesalahannya pada kita tidak dapat dibandingkan dengan dosa kita. Jika Ia telah menganugerahkan pengampunan bagi kita, adakah kita berhak menahan pengampunan bagi orang lain yang bersalah pada kita? Hutang kita telah dilunaskan, masihkah kita menuntut orang yang telah memohon pelunasan hutangnya kepada kita? Adakah kita lebih besar dan lebih berkuasa dari Tuhan?
Renungkan: Masih banyak saudara kita yang membutuhkan pengampunan-Nya, masihkah anugerah pengampunan-Nya bergema dalam hidup kita melalui sikap kita mengampuni orang lain?
Rabu, 17 Oktober 2012
PENJAGA SAUDARAKU. (Matius 18:15-35)
Gereja tidak terdiri dari orang-orang yang sudah sempurna, melainkan orang-orang yang dibenarkan dan sedang terus menerus dikuduskan oleh Tuhan Yesus. Karena itu, kesalahan dan kejatuhan dalam dosa bisa juga terjadi pada orang Kristen. Bila itu terjadi, adalah tugas sesama orang Kristen untuk membimbingnya bertobat.
Bagaimana tugas menegur, menasihati dan membimbing itu harus kita lakukan? Tuhan Yesus memberikan petunjuk bahwa teguran dan nasihat itu harus dilakukan secara bertahap. Pertama, hendaklah dilakukan dalam pembicaraan pribadi antara Anda dan dia (ayat 15). Jika tahap teguran dan nasihat itu tidak ditanggapi, perlu menghadirkan saksi bukan untuk menghakimi melainkan sebagai upaya guna menyadarkan orang tersebut (ayat 16). Jika teguran dengan saksi itu pun tetap tak ditanggapi, barulah pembuat kesalahan itu ditegur dalam pertemuan jemaat Tuhan (ayat 17a). Jika sampai sudah menerima teguran demikian pun ia tetap tak berespons, maka jemaat harus memandang dia sebagai seorang yang tidak mengenal Tuhan (ayat 17b).
Pemungut cukai adalah profesi pengumpul pajak untuk pemerintah Roma, dengan imbalan yang tinggi. Biasanya, pemungut cukai adalah orang Yahudi. Namun, mereka tak segan memeras dan menyengsarakan bangsanya sendiri dengan dilindungi oleh pemerintah Roma. Pemungut cukai tidak merasa bersalah. Perbuatan egois inilah yang menjadikan para pemungut cukai dikucilkan dan dihina oleh orang Yahudi. Jika seorang Kristen telah ditegur berulangkali dengan mengikuti petunjuk Tuhan Yesus tersebut tetap mengeraskan hati, maka ia perlu diperlakukan dengan tegas. Disiplin gereja diberlakukan dengan mengucilkan dia dari persekutuan agar dia menyesali perbuatannya dan rindu untuk kembali ke dalam persekutuan tubuh Kristus.
Yang kulakukan: Aku akan berani memperingatkan kesalahan sesama saudaraku seiman supaya ia kembali ke jalan Tuhan.
Kamis, 18 Oktober 2012
DISIPLIN GEREJA (Pengkhotbah 5:2)
Menjalankan disiplin gereja terhadap orang-orang yang melakukan dosa memang tidak menyenangkan dan rumit, tetapi harus tetap dilakukan. Perikop ini memberikan dua prinsip dalam menjalankan disiplin gereja.
Pertama, tujuan disiplin gereja adalah pertobatan (ayat 15-17). Maka dimulai dengan menegur secara pribadi sehingga tidak mempermalukannya di hadapan orang lain. Kalau tidak mau bertobat baru ada langkah-langkah lebih lanjut yang melibatkan pemimpin gereja, bahkan bila diperlukan seluruh gereja. Dosa yang ditutupi dan tidak dibereskan akan berakibat buruk menjalar ke orang lain, dan akhirnya merusak kesaksian gereja. Langkah terakhir, ketika tahapan disiplin yang diberlakukan tidak membuahkan hasil, adalah memperlakukan dia seolah-olah orang tersebut belum mengenal Allah. Jangan-jangan ia memang belum menjadi anak Tuhan sejati. Dalam hal ini gereja diberi otoritas untuk menyatakan kuasa Allah (ayat 18-20).
Kedua, disiplin harus dilandasi dengan semangat mengampuni. Jawab Yesus terhadap pertanyaan Petrus tentang berapa kali harus mengampuni sesama, tegas menyatakan tidak berhingga. Perumpamaan Yesus mengajarkan mengapa harus mengampuni tanpa batas. Yaitu karena kita telah mendapat pengampunan Allah secara tuntas dari dosa yang begitu besar. Dosa kita di hadapan Allah tidak dapat dibandingkan dengan kesalahan sesama kepada kita sebesar apa pun. Kita harus mengampuni orang lain tanpa batas karena kita telah menerima anugerah dan kemurahan Tuhan yang besar. Ia telah mengampuni kita dengan tanpa batas juga, melalui kematian Yesus di kayu salib.
Displin gereja harus dilandasi dua hal tersebut baru berjalan efektif karena berkenan kepada Tuhan. Semangat menjatuhkan orang laina atau senang dengan penderitaan orang lain harus dijauhi! Gereja akan bertumbuh sehat ketika di dalamnya anak-anak Tuhan saling menjaga kekudusan, saling mengampuni, dan saling mendorong pertobatan.
Jumat, 19 Oktober 2012
ANUGERAH PENGAMPUNAN (Roma 12:14-21)Sangat sulit untuk memahami bagaimana Tuhan Yesus dapat berdoa bagi orang-orang yang telah menganiaya-Nya dengan brutal, agar mereka diampuni (Lukas 23:34). Kita sering memaklumi hati kita yang tidak dapat mengampuni dengan mengatakan bahwa Yesus adalah Allah, sementara kita adalah makhluk yang penuh dosa. Akan tetapi, Yesus memanggil kita untuk mengikuti teladan ilahi-Nya.
Mempraktikkan perintah-perintah Alkitab memang tidak mudah. Sebagai contoh, sangatlah sulit untuk berdoa dengan tulus agar Allah mengampuni musuh kita dan orang-orang yang merendahkan serta meremehkan kita. Akan tetapi firman Allah sangat jelas mengatakan: "Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Matius 5:44).
Pada saat kita mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan dalam doa, Roh Kudus akan memampukan kita untuk melakukan perintah-perintah-Nya yang tersulit sekalipun. Pikirkanlah seseorang yang sangat menyakiti hati Anda. Jika perlu, paksakan ingatan Anda. Sementara Anda memikirkan perasaan Anda tentang orang tersebut, berdoalah: "Tuhan, banjirilah hatiku dengan belas kasihan, dan bersihkan diriku dari roh yang tidak mau mengampuni. Tolong aku untuk ‘hidup dalam perdamaian dengan semua orang’" (Roma 12:18).
Apabila banyak orang kristiani yang melakukan hal itu, betapa hebatnya perbedaan yang membawa perubahan yang dapat terjadi di dalam pernikahan, rumah, dan gereja kita. Dan kita pun dapat memiliki pengaruh yang besar di dalam dunia yang dipenuhi kebencian ini. (VCG)
TANAH YANG DIPENUHI OLEH AKAR KEPAHITAN PERLU DIBAJAK DENGAN KASIH KARUNIA ALLAH
Sabtu, 20 Oktober 2012
PENGAMPUNAN KETIDAKTAATAN (Hosea 14:2-10)
Saya tak akan pernah melupakan pelajaran menyakitkan yang saya dapat semasa kecil tentang ketidaktaatan. Ayah saya yang tengah memotong rumput, menghentikan sejenak pekerjaannya untuk berbelanja. Ia meninggalkan mesin pemotong rumput dorong itu di dekat beberapa kuntum bunga dan melarang saya menyentuhnya selagi ia pergi. Tetapi saya tidak taat dan mendorongnya. Saya kaget ketika pemotong rumput itu berbelok dan melindas beberapa bunga.
Ketika Ayah kembali, saya melapor sambil terisak, “Aku tidak sengaja!” Dengan bijak Ayah menjawab, “Lalu mengapa kamu melakukannya?” Saya tahu yang sebenarnya saya sengaja mendorong alat pemotong rumput itu. Saya berdosa, bukan karena melindas bunga, tetapi karena tidak taat.
Pelajaran masa kecil ini menjadi alat pengingat bagi saya untuk menyesali ketidaktaatan, dan bukan hanya akibatnya. Daripada berkata sambil terisak kepada Tuhan, “Saya tidak sengaja,” saya melakukan seperti yang diperintahkan Hosea kepada bangsa Israel yang suka melawan: “Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan!” (Hosea 14:3). Saya mengaku dengan jujur kepada Tuhan bahwa meski saya tahu kehendak-Nya, tetapi saya memilih untuk tidak taat, dan saya berseru memohon belas kasihan-Nya. Puji Tuhan, Dia mengampuni!
Apakah Anda sedih karena memilih tidak taat, dan tidak semata-mata menyesal karena akibatnya? Maka “bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan” hari ini. Dia berjanji untuk mengampuni dosa Anda, karena Dia mengasihi Anda dengan sukarela (ayat 5). (JY)
PERTOBATAN MENJAGA JALAN TETAP BERSIH DALAM PERJALANAN KITA BERSAMA ALLAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar