RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 10 September 2012
RELASI UMAT ALLAH: SEBAGAI ANAK, ORANGTUA, TUAN-HAMBA. (Efesus 6:1-9)
‘Tunduk’ juga berlaku dalam relasi anak-orangtua, hamba-tuan (ayat 5:21). Pada masa kini, banyak orangtua sulit menjalankan fungsinya. Juga banyak anak-anak bingung bagaimana harus berlaku sebagai anak. Masalah ini terjadi karena kedua pihak tidak memahami kata tunduk. Bentuk tunduk anak adalah taat. Anak-anak tunduk kepada orangtua bukan karena tuntutan budaya, melainkan taat kepada kehendak Allah (ayat 2). Sesuai tuntutan hukum kelima (Kel. 20:12). Janji kebahagiaan dan umur panjang melekat pada hukum kelima ini. Sejalan d engan ketaatan anak, orangtua juga tunduk kepada anak. Bentuk tunduk orangtua diekspresikan melalui perbuatan yang tidak membangkitkan amarah anak dan melalui didikan dalam ajaran dan nasihat Tuhan (ayat 4).
‘Tunduk’ juga berlaku dalam relasi hamba-tuan. [1]. Hamba taat kepada tuan dengan takut dan gentar (ayat 5), bukan karena tertekan atau terpaksa, melainkan karena menyadari bahwa Kristus adalah Tuan yang tidak kelihatan. [2]. Hamba taat dengan bekerja segenap hati (ayat 6). [3]. Hamba bekerja bukan untuk menyenangkan hati tuan melainkan untuk menyenangkan Tuhan Yesus (ayat 7). Meski tidak dilihat tuannya, hamba bekerja rajin dan tekun karena kehadiran Yesus Kristus. [4]. Hamba taat kepada tuan dengan bekerja baik karena upahnya berasal dari Tuhan (ayat 8), bukan hanya manusia saja. Sejalan dengan itu, tuan juga harus tunduk kepada hamba. Tuan harus membayar upah yang layak dan memberi waktu istirahat yang cukup. Bentuk tunduk tuan diungkapkan melalui penggunaan otoritas yang benar. Otoritas disertai ancaman akan merusakkan relasi hamba-tuan. Relasi sejati tidak pernah dibangun di atas ancaman. Bentuk tunduk tuan ditampakkan dengan kesadaran bahwa Tuhan Yesus adalah Tuan mereka dan juga Tuan para hamba (ayat 9).
Renungkan: Menurut Anda, mengapa di Indonesia sering sekali kita menjumpai tindakan/aksi protes kaum pekerja/karyawan yang menuntut perusahaan/tuan mereka?
Selasa, 11 September 2012
MENDIDIK DAN MELAYANI (Efesus 6:1-9)
Jika kita mencermati keadaan di sekitar kita, masih banyak peristiwa-peristiwa mengenaskan yang terjadi karena ketidakharmonisan relasi dalam keluarga. Misalnya, seorang anak laki-laki tidak menyesal telah membunuh ayah kandungnya. Alasannya, karena ia marah melihat sikap ayahnya yang selalu menyiksa ibu yang dicintainya. Peristiwa ini menginformasikan kepada kita bahwa ternyata ketidakharmonisan hubungan suami isteri berdampak pada sikap anak terhadap orang tua. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya taat dan hormat kepada mereka. Keinginan ini hanyalah ambisi orang tua semata jika anak-anak tidak dididik atau diberitahu caranya. Agar keinginan ini menjadi proyek keluarga, Paulus memaparkan tugas orang tua. Pertama, orang tua, khususnya bapak, bertugas mendidik karena bapak adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Mendidik anak bukan tugas yang mudah, sehingga Paulus memperingatkan supaya didikan orang tua tidak menimbulkan amarah bagi anak-anak (ayat 4). Anak bukan robot yang hanya menerima dan mengerjakan hal-hal yang yang diinginkan orang tua. Hendaklah para orang tua memperlakukan anak-anak mereka seperti Yesus memperlakukan umat yang Ia kasihi. Begitu pula antara tuan (atasan) dengan hamba (karyawan). Seorang hamba haruslah taat dan melayani tuannya. Sikap seperti hamba inilah yang seharusnya menjadi sikap orang Kristen terhadap Kristus: taat dan melayani Kristus (ayat 5-7). Sebaliknya, seperti Allah memperlakukan kita, hamba-Nya dengan baik, seperti itu pulalah, tuan-tuan harus memperlakukan para hamba mereka dengan adil dan layak. Dengan demikian tidak akan ada perlakuan sewenang-wenang terhadap para pekerja (ayat 9).
Renungkan: Didiklah anak-anak kita dalam kasih Allah sebagai pribadi yang utuh. Perlakukanlah pembantu, pekerja, karyawan kita dengan adil dan layak.
Rabu, 12 September 2012
SATU MAJIKAN (Efesus 6:1-9)
Ada seseorang yang melakukan pengamatan menarik terhadap catatan Alkitab tentang pelayanan Yesus. Dari 132 pemunculan Yesus secara publik, 122 di antaranya di tengah dunia kerja. Dari 52 perumpamaan yang diajarkan Yesus, 45 memiliki latar dunia kerja. Dari 40 intervensi ilahi yang dicatat di Kisah Para Rasul, 39 terjadi di dunia kerja. Yesus memanggil 12 murid dari dunia kerja, bukan rohaniwan, untuk membangun gereja-Nya.
Sejak awal mula penciptaan hingga langit dan bumi yang baru, kisah-kisah Alkitab memberikan perhatian yang besar pada dunia kerja. Dalam surat Paulus yang sedang kita renungkan dan dalam surat-suratnya yang lain, pengajaran yang disampaikannya kerap diikuti penerapan dalam dunia kerja. Diingatkan kepada hamba-hamba dan tuan-tuan "sama-sama mempunyai satu majikan, yaitu Tuhan" (ayat 9 BIS). Konsekuensinya, kita melayani dengan ketulusan dan dengan segenap hati, dengan ketaatan pada kehendak-Nya (ayat 5-6), dengan pengharapan akan penghargaan dari-Nya (ayat 8). Perlu diperhatikan bahwa di sini Paulus tidak sedang berbicara tentang aktivitas gerejawi, melainkan tentang pekerjaan sehari-hari.
Setiap pekerjaan bisa menjadi suatu ibadah rohani, jika kita melakukannya bagi Tuhan. Sebaliknya, setiap pelayanan bisa menjadi suatu kegiatan sekuler, jika kita tidak melakukannya bagi Tuhan. Di tengah kesibukan dan tantangan dalam pekerjaan Anda hari ini, ambillah waktu sejenak untuk menyelidiki hati: "Untuk siapakah saya melakukan semuanya ini? Kehendak siapakah yang sedang saya layani?". (JOO)
KETIKA MEMASUKI TEMPAT KERJA, KITA MEMASUKI LADANG PELAYANAN.
Kamis, 13 September 2012
PEKERJAAN BARU (Kolose 3:1-4,22-25)
Sebuah survei oleh Families and Work Institute (Institut untuk Keluarga dan Pekerjaan) mendapati 70% orang di Amerika Serikat memimpikan mata pencarian yang berbeda. Buku-buku, konsultan-konsultan, dan agen-agen tenaga kerja menawarkan bantuan untuk memperoleh pekerjaan yang diimpikan. Namun apakah mendapatkan pekerjaan yang berbeda selalu menjadi jalan keluar ketidakpuasan dalam bekerja?
Dalam Kolose 3, dua kali Paulus menggunakan frase "apa pun juga yang kamu perbuat" sebagai suatu panggilan untuk melayani Tuhan dengan sepenuh hati. Pertama ia menulis, "segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau pun perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita" (ayat 17). Dan kedua, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah juga dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (ayat 23).
Bila kita bekerja untuk majikan yang suka mengkritik dan tidak mau berterima kasih, kita cenderung berupaya secara minimal. Namun jika pekerjaan kita dilakukan untuk Kristus, kita akan terus berusaha melakukan yang terbaik. Memang majikan kita yang akan menandatangani cek pembayaran kita, tetapi Juruselamat kitalah yang akan memberi kita penghargaan (ayat 24).
Tidak salah mencari pekerjaan yang sesuai dengan ketrampilan dan minat kita. Namun berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain tanpa menentukan siapa yang kita layani adalah sia-sia.
Pekerjaan lama kita akan menjadi pekerjaan baru ketika kita memilih untuk melakukannya bagi Tuhan.(DCM)
PEKERJAAN SEHARI-HARI MEMILIKI NILAI KEABADIAN KETIKA DILAKUKAN BAGI ALLAH
Jumat, 14 September 2012
PEMALAS ATAU PEKERJA KERAS? (2 Tesalonika 3:6-15)
Rasul Paulus pernah berkata tegas kepada orang-orang yang malas demikian: "Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (2 Tesalonika 3:10). Beberapa keadaan tertentu mungkin memang membuat kita kehilangan pekerjaan. Namun bila kita bertubuh sehat dan dapat bekerja, maka kita harus bekerja dengan giat dan rajin. Ini bukan sekadar nasihat yang baik, ini adalah perintah dari sang rasul dan juga dari Tuhan kita Yesus Kristus (ayat 12). Kemalasan adalah suatu dosa.
Selain itu, Paulus juga menasihati orang-orang yang bekerja: "Janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik" (ayat 13). Barangkali pekerjaan kita membosankan, memberi sedikit sekali tantangan atau dorongan, tetapi kita mesti mengerjakannya dengan "segenap hati . seperti untuk Tuhan" (Kolose 3:23).
Pada saat kita merasa letih dalam bekerja dan ingin menyerah, kita akan dapat terus bertahan dengan mengingat bahwa kita bekerja untuk Tuhan dan demi perkenan-Nya semata (Efesus 6:7). Dia adalah majikan kita yang selalu melihat dan mengetahui semua yang kita kerjakan, dan menghargai segala pekerjaan serta motivasi kita. Oleh sebab itu kita harus selalu mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh sekalipun tak ada orang yang memperhatikan atau menghargainya.
Michelangelo, yang sibuk melukisi sudut yang tak terlihat di Kapel Sistine ditanya oleh orang-orang yang membantunya mengapa ia membuang banyak waktu untuk mempercantik bagian langit-langit yang tak mungkin dilihat orang. Dengan tenang ia menjawab, "Allah melihatnya". (DHR)
SIAPA PUN ATASAN ANDA SESUNGGUHNYA ANDA BEKERJA BAGI ALLAH
Sabtu, 15 September 2012
BERHALA EMAS (Keluaran 12:29-36)
Allah telah menyita perhatian Firaun dan bangsa Mesir melalui serangkaian tulah. Sekarang mereka menderita karena pembebasan budak-budak Israel mereka. Namun Allah tidak menginginkan bangsa Israel meninggalkan Mesir dengan tangan hampa. Karena itu, setelah Mengalami 400 tahun masa perbudakan, mereka berhak menerima upah. Lalu mereka meminta mantan majikan mereka untuk memberikan barang-barang dari perak, emas, serta pakaian. Dan mereka memperolehnya. Keluaran 12:36 mengatakan bahwa orang Israel "merampasi orang Mesir itu".
Namun, itu tidak berlangsung lama sampai umat Allah jatuh ke dalam penyembahan berhala. Mereka menggunakan emas mereka untuk membuat anak lembu emas, yang mereka sembah saat Musa berada di puncak Gunung Sinai untuk menerima perintah Allah (ayat 32:1-4).
Pengalaman tragis ini menyoroti satu penekanan yang perlu senantiasa diingat oleh orang-orang kristiani sehubungan dengan harta mereka. Ada banyak hal yang bisa kita nikmati dalam masyarakat kita, tetapi benda-benda materi dapat menjadi bahaya maut apabila tidak kita gunakan secara bijak. Os Guinness berkata bahwa kita "bebas untuk menggunakan" tetapi "jangan sampai memuja". Kita adalah "orang asing dan pendatang di bumi ini" (Ibrani 11:13), dan kita tidak boleh terlalu terpikat oleh "harta Mesir" sehingga menjadi puas karenanya dan melupakan panggilan sejati kita.
Apakah kita menggunakan berkat materi kita untuk melayani Tuhan, atau kita justru telah diperbudak oleh berkat materi tersebut? (HR)
EMAS BISA MENJADI HAMBA YANG BERGUNA TETAPI JUGA DAPAT MENJADI TUAN YANG KEJAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar