Renungan Harian 1 - 6 Oktober 2012

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU


Senin, 01 Oktober 2012
KESALAHAN YANG FATAL  BAGI SEORANG MANUSIA, BAHAYA CINTA UANG (Lukas 16:19-31)
Tergambar dalam cerita Yesus tentang seorang kaya yang berpakaian mewah dan tiap hari mengadakan pesta pora dalam kemewahan. Seringkali kita berpendapat bahwa karena ia tidak mendermakan uangnya dan tidak mempunyai belas kasihan kepada orang miskin, maka ia tidak dapat diselamatkan. Jawaban ini akan membawa kita pada pemahaman yang salah, yakni bahwa keselamatan manusia dapat diperoleh dengan upayanya sendiri, padahal keselamatan adalah karena iman.
Orang kaya tersebut tidak pernah sungguh-sungguh percaya seperti pengakuannya. Dia bukan seorang ateis, juga bukan seorang Saduki yang tidak percaya pada kehidupan sesudah kematian. Kesalahan utamanya ialah bahwa ia tidak pernah serius terhadap berita firman Tuhan. Bukankah Hukum Taurat mengajarkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, tetapi mengapa ia tidak pernah menunjukkan belaskasihannya kepada Lazarus. Ia pun berkata kepada Abraham bahwa saudara-saudaranya tidak mungkin menanggapi secara serius firman Tuhan jika tidak ada orang yang datang dari dunia orang mati. Abraham atau di sini berarti Allah, menolak permintaan orang kaya bukan karena Ia melihat bahwa kedatangan orang mati tidak akan membantu. Mereka tidak perlu diyakinkan bahwa kehidupan setelah kematian itu ada atau penghakiman setelah kematian atau neraka itu ada. Namun mereka perlu diyakinkan bahwa pengabaian dan pemberontakan terhadap firman-Nya adalah suatu hal yang serius. Dan ini berhubungan dengan masalah moralitas manusia dan karakter moralitas Allah.
Renungkan: Jika kita meremehkan peringatan Alkitab tentang dosa kita di hadapan-Nya, maka betapapun banyaknya penglihatan tentang dunia orang mati yang kita terima, tidak pernah akan meyakinkan kita secara pribadi bahwa kita berada dalam bahaya, jika kita tidak bertobat.

Selasa, 02 Oktober 2012
HATI YANG BEKU. (Lukas 16:19-31)
Masalah orang kaya di dalam perumpamaan ini adalah hati yang beku, sama sekali tidak peka akan kebutuhan orang di sekelilingnya. Hati beku itu hanya mungkin dimiliki oleh orang yang seluruh hidupnya dikuasai oleh diri sendiri dan kesenangannya, yaitu hidup mementingkan diri sendiri.
Orang kaya ini hidup berkelimpahan (ayat 19). Sementara berpesta pora tidak sedikit pun ia peduli akan seorang pengemis yang hadir setiap hari di dekat pintu rumahnya. Pengemis yang begitu tidak memiliki apa-apa bahkan untuk makan saja menantikan remah atau sisa dari meja orang kaya tersebut. Bahkan pengemis itu dinajiskan oleh anjing-anjing yang menjilat boroknya. Yang lebih mengerikan lagi dari si orang kaya itu, adalah sebenarnya ia mengenal nama si pengemis itu, Lazarus (ayat 24). Berarti ketidakpedulian orang kaya itu bukan karena ia tidak pernah melihat atau bertemu dengan Lazarus melainkan karena ia mengeraskan hati untuk tidak mempedulikannya.
Kesempatan di dunia ini ada batasnya, demikian juga dengan penderitaannya. Lazarus mati dan diangkat malaikat untuk menikmati apa yang tidak pernah dinikmatinya sebelumnya di dunia ini, yaitu kasih dan perhatian, kepedulian terhadap nasibnya. Orang kaya itu mati juga dan sekarang dalam keadaan menderita luar biasa. Sekarang orang kaya itu merasakan bagaimana penderitaan yang dialami Lazarus dahulu, bahkan saya percaya lebih lagi daripada yang dirasakan Lazarus. Sekarang orang kaya itu merasakan betapa sengsaranya tidak dipedulikan Allah! Bukan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Tidak ada yang dapat mencairkan kebekuan hati, kalau itu adalah pilihan yang disengaja! Tidak juga kalau mukjizat kebangkitan orang mati terjadi di depan mata (ayat 31).
Camkanlah: Hanya hati yang masih mau mendengar suara Tuhan akan mampu mendengar jeritan orang lain. Jangan sampai hatimu beku!

Rabu, 03 Oktober 2012
UNTUK ORANG LAIN JUGA (Lukas 16:19-31)

Biasanya orang dihormati sesuai dengan kedudukan atau status ekonominya. Contohnya dapat kita lihat dalam acara seremonial, orang yang terpandang akan ditempatkan untuk duduk di barisan bangku terdepan sebagai penghormatan terhadap mereka.
Dalam perikop ini kita temukan bahwa ternyata hal itu tidak berlaku di hadapan Tuhan. Si orang kaya menderita di alam maut sementara si orang miskin duduk di pangkuan Abraham, bapak orang beriman (23). Mengapa demikian? Dalam rangkaian pengajaran-Nya tentang materi dan kepemilikan (16:1-31), Yesus bicara tentang bahaya kekayaan melalui kisah orang kaya dan Lazarus. Si orang kaya hidup mewah, sementara Lazarus mengais tempat sampah untuk mempertahankan hidupnya. Sungguh kontras! Gelimang kekayaan membutakan mata hati si orang kaya akan lingkungan sekitarnya. Padahal ada Lazarus, si pengemis yang begitu kelaparan sehingga hanya bisa berbaring dekat pintu rumahnya (19-21). Kekayaan telah menjerat hatinya hingga menjadi tuli terhadap teriakan orang yang butuh pertolongan. Ia juga menjadi buta terhadap kelaparan si miskin.
Yang Yesus ajarkan bukanlah supaya orang menghindari kekayaan tetapi bagaimana sikap orang seharusnya terhadap kekayaan. Jangan gunakan kekayaan hanya untuk diri sendiri saja tetapi gunakan juga untuk manfaat orang lain. Keberhasilan mengumpulkan kekayaan hendaknya tidak membuat kita menganggap orang miskin itu pemalas sehingga kita tidak mau mempedulikan mereka. Alih-alih memberi, kita malah menyalahkan mereka atas kemiskinan mereka. Yesus mengajarkan bahwa sikap terhadap kekayaan diperhitungkan Allah dan mendatangkan ganjaran di akhir hidup.
Karena itu jangan menjadikan kekayaan sebagai tuan yang memperbudak kita sehingga kita tidak melakukan kehendak Allah untuk menolong sesama.
Camkan: Jadikan kekayaan sebagai hamba yang dapat kita manfaatkan untuk membantu mereka yang berkekurangan

Kamis, 04 Oktober 2012
PEDULI ORANG YANG KEKURANGAN (Lukas 16:19-31)

Kecil bahagia, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga, begitulah harapan kebanyakan orang. Mungkin seperti itu pula harapan si orang kaya dalam bacaan kita hari ini, ketika ia masih hidup di dunia. Ia tidak menyangka bahwa kekayaannya di dunia bukanlah modal apalagi faktor penentu untuk masuk ke surga dan menikmati kesenangan di sana. Itu sebabnya ia meminta Abraham untuk mengutus Lazarus memperingatkan kelima saudaranya yang masih hidup.
Apa yang menyebabkan si orang kaya menderita sengsara di alam maut (23)? Dalam perumpamaan ini tidak disebutkan secara spesifik mengenai dosa dan kesalahan si orang kaya. Hanya disebutkan bahwa semasa hidup, si orang kaya setiap hari bersukaria dalam kemewahan (19), sementara seorang pengemis bernama Lazarus terbaring di dekat pintu rumah orang kaya itu (20). Tragis bukan? Si orang kaya yang bersukaria setiap hari tidak peduli pada si pengemis, yang tubuhnya penuh borok itu. Sampah, sisa-sisa makanan si kaya pun sulit didapatkan Lazarus, si pengemis (21).
Namun situasi berbalik seratus delapan puluh derajat ketika keduanya meninggal dunia. Di dalam kehidupan kekal, Lazarus menikmati kesenangan bersama Abraham. Namun si orang kaya harus merasakan sakitnya sengatan lidah api di alam maut. Tak ada seorang pun yang dapat menolong dia (25-26).
Apakah kisah ini ingin memperlihatkan bahwa Tuhan tidak menyukai orang kaya sementara orang miskin diperkenan Allah? Jelas tidak. Yang Tuhan ingin soroti adalah harta kekayaan yang digunakan hanya untuk kesenangan diri sendiri, tanpa ada perhatian dan belas kasihan terhadap orang yang membutuhkan. Mungkin Anda tidak memasukkan diri Anda ke dalam golongan orang kaya, tetapi bagaimana pun Tuhan tidak menginginkan kita hidup hanya bagi diri kita sendiri. Seberapa pun harta yang Tuhan percayakan kepada kita, hendaknya kita pakai juga untuk orang-orang yang membutuhkan di sekitar kita. Justru kepedulian kita terhadap orang-orang yang berkekurangan membuktikan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang sesungguhnya!

Jumat, 05 Oktober 2012
KAYA SEJATI (Pengkotbah 6:1-6)
Pada suatu malam sebuah acara berita menayangkan secara khusus tentang banyak atlet muda yang tiba-tiba mencuat menjadi selebriti olahraga yang kaya raya. Setelah kaya, mereka mulai membeli mobil-mobil mahal, hidup mewah, dan berpesta-pora, hingga kemudian mereka jatuh dalam perilaku yang tidak bermoral dan penggunaan obat-obat terlarang. Dari situ karier mereka berantakan.
Rupanya penulis kitab Pengkhotbah berempati kepada atlet-atlet muda tersebut. Dalam pasal 6 ia menggambarkan kehampaan dari seseorang yang hanya memiliki kekayaan duniawi namun tidak punya Allah. Ada dua orang yang digambarkan dalam pasal itu. Orang pertama adalah orang yang gila kerja atau suka mengumbar nafsu. Ia memang cepat sukses namun tidak merasa bahagia hingga akhirnya meninggal tanpa pewaris (ayat 1,2). Orang kedua hidup lebih lama dan punya banyak anak, tetapi tidak mengalami kepuasan dalam hidupnya dan akhirnya meninggal tanpa merasa dicintai (ayat 3-6). Penulis menyimpulkan bahwa lebih baik tidak hidup sama sekali daripada menjadi kaya dan terkenal namun menderita!
Rasul Paulus berkata bahwa apabila kita membiarkan Allah mengontrol hidup kita, maka kita dapat menikmati berkat di dunia, karena Dia "memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati" (1 Timotius 6:17). Dan, manakala kita menggunakan uang untuk kebaikan berarti kita menggunakannya untuk tujuan Allah yang kekal, sehingga kita "mencapai hidup yang sebenarnya" (ayat19). Masa depan yang cerah dan masa kini yang penuh sukacita-itulah yang disediakan Allah bagi kita!. (HVL)
KAYA DI DALAM ALLAH LEBIH BAIK DARIPADA KAYA DALAM HARTA BENDA

Sabtu, 06 Oktober 2012
PELAYANAN RAHASIA? (1 Raja-raja 18:1-20)

Haruskah pelayanan kita kepada Tuhan selalu ditunjukkan agar dapat dilihat semua orang? Ataukah pelayanan itu perlu dirahasiakan agar berhasil? Sepertinya pertanyaan-pertanyaan itu tidak mempengaruhi orang-orang percaya yang masih menikmati kebebasan beragama. Namun hal ini menjadi dilema bagi semakin banyak orang percaya yang menghadapi tekanan.
Dalam 1 Raja-raja 18, kita membaca bahwa Obaja juga mengalami dilema ini. Sebagai pelayan yang saleh di istana Raja Ahab, ia membenci apa yang telah dilakukan istri Raja Ahab, Izebel. Sewaktu Izebel membunuh banyak nabi Tuhan, Obaja menyembunyikan 100 orang nabi dalam gua dan diam-diam memberi mereka makan.
Selama masa itu, Obaja tanpa sengaja bertemu dengan Elia, yang memintanya untuk memberitahukan Ahab bahwa Elia telah tiba. Ahab menganggap Elia sebagai "orang yang mencelakakan bangsa Israel" (ayat 17) dan mencarinya. Namun bila Obaja mengatakan kepada Ahab bahwa ia telah berbicara dengan Elia, itu akan menunjukkan bahwa dirinya adalah nabi Allah juga. Itu berarti ia mempertaruhkan hidupnya sendiri. Namun ia menaati Elia dan bertindak terang-terangan. Ternyata ia tidak dibunuh dan Allah memberkati pelayanannya baik yang terbuka maupun yang rahasia. Hasilnya, banyak nabi Allah terselamatkan.
Ya Allah, beri kami kebijaksanaan untuk mengetahui cara terbaik melayani Engkau, baik secara terbuka atau rahasia. Biarlah pelayanan kami selalu dimotivasi oleh kasih dan hormat kami yang besar terhadap Engkau. (JDB)
ALLAH LEBIH MEMPERHATIKAN MOTIVASI KITA DARIPADA CARA KITA MELAYANI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar