GIA Sby (Darmo Harapan sore)
Minggu, 23 September 2012
Oleh: Pnt. Ir. Lindra Hariyanto
PERUMPAMAAN TENTANG ANAK-ANAK YANG HILANG DAN BAPA MEREKA
(Lukas 15:11-32)
Kisah mengenai perumpaan tentang anak yang hilang bukanlah hal yang pertama sekali kita dengar, mulai dari sekolah minggu sampai pada saat ini kisah ini sering kita dengar.
Kita dapat melihat 3 bagian dalam cerita ini :
- Ayat 11-20a Menceritakan tentang kepergian dan kedatangan anak bungsu.
- Ayat 20b – 24 Penyambutan sang bapa
- Ayat 25-32 Reaksi anak sulung.
Dalam perikop ini jelas ada 3 tokoh yang perlu kita bahas.
- Anak bungsu. Siapakah anak bungsu itu? Kita melihat ayat 12, dalam hal ini tidak ada maksud buruk dari bapanya dengan mengijinkan anaknya pergi, dan tidak ada seorang bapa pun yang akan memberikan hartanya jika tahu bahwa nantinya anaknya bakal rusak, dan berfoya-foya. Pada waktu itu, banyak diaspora; yaitu banyak orang Yahudi yang tersebar yang berhasil di seluruh dunia. Maka bapanya yang juga berharap anaknya juga akan sama, yaitu berhasil Namun apa sebenarnya yang menjadi kelemahan dengan anak ini? Si anak menuntut suatu kebebasan. Dia berpikir bahwa dengan uang yang banyak dia memiliki banyak pilihan untuk kemana dia mau pergi. Sebenarnya anak bungsu ini mau belajar untuk sukses, tetapi yang menjadi masalahnya adalah dia merasa dengan dia memiliki uang yang banyak maka semuanya bisa beres. Namun sebenarnya dia belum berpengalaman. Dia hidup dari agraria menuju kota besar dan mengganti kekayaannya dengan dirham atau uang tunai. Dia bergaul dengan orang-orang Yahudi yang berada di negeri asing yang memiliki kelas bisnis yang tinggi. Dia menghambur-hamburkan segala apa yang dia miliki menurut keinginnnya sendiri. Dia tidak memikirkan bahwa pengeluarannya lebih besar dari pemasukan. Sehingga habislah apa yang dia miliki ( ayat 14). Dia mencari teman orang-orang Yahudi agar dapat menolong dia disaat kesusahannya namun tidak ada seorangpun yang mau menolong sehingga akhirnya dia bekerja kepada orang non Yahudi dengan menjaga babi. Bahkan ketika dia habis-habisan dan mau menyambung hidupnya dengan makan dari makanan babi, tidak diijinkan. Ketika itu dia sadar, dan dia akhirnya memutuskan untuk kembali kepada bapanya.
- Sang bapa. Kalau kita melihat perumpaan sebelumnya tentang domba yang hilang; 1 domba di cari; dirham yang hilang; 1dicari, tetapi kenapa anak ini tidak di cari oleh bapanya? Figur Bapa yang perlu kita tau bahwa Dia adalah Bapa yang baik dan jangan melupakan bahwa Dia juga adalah Bapa yang benar. Inilah arti dari pertobatan; tanggung jawab manusia untuk berbalik dan bertobat. Dia memperhatikan dan berharap anaknya akan kembali dan mengerti akan kasih dari Bapanya. Dari jauh dia melihat anaknya kembali ke rumah bapanya, dan bapanya merangkulnya. Jauh-jauh hari sebelumnya bapanya menyiapkan jubah yang baik dan mengenakan kepada anak bungsu yang melambangkan bahwa dikembalikan kehormatan kepada anaknya; diberi cincin yang berarti kekuasaan, ahli waris; dikenakan kasut yang berarti engkau bukan budak tapi anak. Jadi bagi bapanya yang utama adalah bukan uang atau kekayaan, tetapi anaknya yang kembali.
- Anak sulung. Anak sulung yang baru saja pulang dari ladang tidak tau akan kejadian yang telah terjadi bahwa adiknya telah datang kembali ke rumah. Tetapi respon dari anak sulung ini bukannya bersukacita tetapi tidak terima terhadap perlakuan bapanya kepada adiknya. Anak sulung ini mengganggap dirinya hamba, sebagai orang upahan dirumah bapanya. Dia tidak menganggap bahwa bapanya adalah bapanya. Apa yang dia lakukan ada suatu maksud, pahala yang dia dapat dari bapanya kelak yakni sisa kekayaan bapanya nanti akan menjadi miliknya. Seharusnya kakaknya bersukacita atas kepulangan adiknya yang telah mati secara rohani dan menjadi hidup kembali, tetapi tidak demikian, justru menggerutu.
Diringkas oleh: Pdm. Rian Waruwu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar