RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 04 Juni 2012
KESENANGAN VS. SUKACITA (Yohanes 15:7-11)
Dunia menawarkan kesenangan-kesenangan sementara (Ibrani 11:25), tetapi Tuhan Yesus menawarkan sukacita yang penuh dan kekal (Yohanes 15:11). Kesenangan bergantung pada situasi-situasi tertentu, sedangkan sukacita datang dari dalam dan tidak terpengaruh oleh keadaan lingkungan.
Kesenangan dapat selalu berubah-ubah, sedangkan sukacita tak pernah berubah! Kesenangan-kesenangan duniawi sering diikuti dengan depresi. Sukacita sejati berakar dalam Yesus Kristus, yang “tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8).
Agar selalu dapat menikmati kesenangan, kita harus berupaya masuk dari rangsangan kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain sebab kesenangan tidak bersifat permanen. Namun sukacita merupakan kebalikannya. Sukacita adalah anugerah yang kita terima dari Allah.
Kesenangan dibangun atas dasar kepentingan pribadi, sedangkan sukacita didasarkan pada pengorbanan diri seseorang. Semakin banyak kita mengejar kepuasan diri, maka akan semakin hampa perasaan kita. Jika kesenangan kecil memberi kegembiraan sementara hari ini, maka dibutuhkan kesenangan dan sensasi yang lebih besar untuk mendapat kegembiraan yang sama besok pagi. Sebaliknya, sukacita didasarkan pada pengorbanan diri kita. Saat kita belajar apa artinya memperhatikan kebutuhan orang lain, maka kita akan menemukan kepenuhan yang lebih besar dalam diri Allah sendiri, yang memenuhi setiap kebutuhan kita.
Hanya dengan mencari hal-hal di dalam Kristus, maka Anda dapat menemukan sukacita yang abadi. (HGB)
UNTUK MENDAPATKAN SUKACITA YANG ABADI UTAMAKANLAH KRISTUS SENANTIASA
Selasa, 05 Juni 2012
KASIH TERBESAR.(Yohanes 15:9-17)
“Penyakit" yang sebenarnya paling dihindari setiap orang ialah ketika ia tidak dikasihi. Manusia yang tidak dikasihi tidak akan pernah mampu mengasihi apalagi berbuat hal-hal yang didasari oleh kasih. Dunia seharusnya bersyukur bahwa kasih terbesar telah lebih dahulu tercurah ke atasnya. Kasih yang kekal dari Allah Bapa dan Putra-Nya tak berkesudahan. Selayaknyalah orang percaya yang mengalami kelimpahan kasih menjadi teladan bagaimana bertindak sebagai orang yang dikasihi dan mampu mengasihi.
Pancarkanlah kasih! Kasih Allah kepada orang percaya sungguh luar biasa. Kasih membentuk karakter orang percaya. Semula disebut hamba, sekarang sahabat. Dulu hidup sia-sia, kini penuh arti. Dulu egois, kini menaruh perhatian kepada orang lain. Dulu menuntut dikasihi, kini menuntut diri untuk mengasihi orang lain. Dulu tidak ada sukacita, kini senantiasa bersukacita. Kasih tidak hanya mampu mendobrak berbagai kesulitan mengasihi, tetapi kasih juga mendorong semangat orang percaya untuk terus menjadi teladan. Bukankah ini suatu perubahan yang menjadikan hidup lebih indah? Selanjutnya, apa yang harus orang percaya lakukan? Memancarkan kasih Allah itu kepada orang-tua, saudara, teman, dlsb. dan di mana pun kita berada, agar orang-orang lain pun mengalami kasih Allah.
Rabu, 06 Juni 2012
KASIH MENGHASILKAN BUAH (Yohanes 15:9-17)Pada perikop ini, panggilan gereja untuk menghasilkan buah (ayat 16b) diungkapkan Yesus dengan cara yang berbeda.Setelah menggunakan ilustrasi Pokok Anggur yang benar, yang menekankan perlunya orang percaya memelihara persekutuan hidup di dalam Yesus melalui firman-Nya, Yesus kini menggunakan ilustrasi kasih persahabatan untuk menunjukkan bagaimana bisa menghasilkan buah. Kasih terbesar dari seorang sahabat adalah ketika ia memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (ayat 13).
Yesus membuktikan diri-Nya penuh dengan kasih. Ia mengasihi Bapa dengan taat kepada perintah-Nya (ayat 9) dan Ia mengasihi para murid-Nya dengan rela mati demi keselamatan mereka (ayat 13). Sekarang Yesus menantang para murid untuk membuktikan kasih mereka kepada-Nya, yaitu dengan taat perintah Yesus untuk saling mengasihi di antara mereka (ayat 12). Hanya dengan tinggal terus di dalam Yesus, mereka sanggup untuk saling mengasihi (ayat 10). Pada waktu mereka saling mengasihi, mereka bukan lagi hamba-hamba Allah, tetapi sahabat-sahabat Kristus (ayat 14-15). Kepada sahabat-sahabat Kristus, Allah menyatakan isi hati-Nya, yaitu kerinduan-Nya untuk menyelamatkan isi dunia. Allah ingin memakai dan mengutus gereja agar pergi ke tengah-tengah dunia, untuk menjadi alat anugerah Allah memperkenalkan Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat bagi dunia ini. Itulah buah yang harus dihasilkan para murid/gereja (ayat 16).
Apakah buktinya kita adalah murid-murid Tuhan atau gereja sejati? Yaitu, saat kita menunjukkan kasih kepada Allah dengan taat kepada-Nya dan mempraktikkan hidup saling mengasihi di antara sesama umat Tuhan. Saat kita taat kepada firman-Nya dan hidup saling mengasihi, banyak orang akan dimenangkan kepada Kristus oleh kesaksian kita ini. Itulah buah-buah yang kita hasilkan sesuai dengan kehendak-Nya.
Kamis, 07 Juni 2012
SEKALI LAGI, MENGASIHI (Yohanes 15:9-17)Entah ada berapa milyar murid Yesus yang kini hidup di bumi ini. Satu hal menarik yang segera menonjol ketika kita memperhatikan hal ini adalah: betapa beragamnya kita. Pembaca renungan ini pun niscaya berasal dari kalangan tradisi gereja yang beragam. Di tengah keberagaman itu, sikap curiga, entah secara sosial atau doktrinal, sikap kecewa, kesal, dll. tetap mewarnai dinamika sikap dan hubungan para murid Kristus. Kondisi ini tentu saja tidak mungkin disingkirkan begitu saja. Walaupun begitu, kondisi ini pun tidak boleh kita terima begitu saja. Keberagaman denominasi, budaya, pola pikir teologi, dll., di antara para murid Kristus harus disikapi dengan satu hal penting: kasih.
Dalam nas ini Yesus mengajarkan bahwa tindakan mengasihi justru merupakan sebuah anugerah. Murid bisa mengasihi karena ia dipilih Tuhan untuk dikasihi, dan terlebih dulu dikasihi oleh Tuhan. Fakta ini membuat kita, sebagai murid, selamanya berutang kepada Allah, dan selamanya mesti merespons kasih itu dengan kasih kepada sesama kita. Bukan hanya itu, selain anugerah, mengasihi juga merupakan perintah dari Tuhan. Oleh karena itu, kondisi keberagaman di antara sesama murid Kristus harus kita hadapi dengan kesiapan dan kesigapan untuk mengasihi sesama murid. Kata-kata Tuhan dalam nas ini sangat jelas. Bukan kolega dari denominasi atau sinode yang sama saja yang harus kita kasihi, melainkan sesama orang yang mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, Anak Allah.
Bagi konteks kita, murid Kristus yang hidup di Indonesia, ini sangat penting. Sebagai contoh, kebanyakan orang Kristen di Jakarta tidak tahu apa yang dialami dan dihadapi saudara-saudari seiman kita di Bengkulu atau Papua, begitu pula sebaliknya. Menyadari hal ini, berbagai yayasan pelayanan seperti PPA berusaha keras agar kondisi ini tidak bertambah parah. Namun semua upaya itu niscaya percuma jika kita sendiri tidak punya tekad untuk mewujudkan iman kita dengan kasih yang konkret
Jumat, 08 Juni 2012
CONTOH KETAATAN (Yeremia 35:12-19)Pernahkah Anda berjumpa dengan seseorang yang memiliki sifat-sifat kristiani sehingga Anda menduga ia orang kristiani, tetapi ternyata ia belum mengenal sang Juruselamat? Hal itu biasa terjadi. Kadangkala orang yang tidak mengenal Yesus justru dapat memegang standar moral mereka sendiri dengan lebih konsisten daripada orang kristiani yang memegang standar Allah.
Nabi Yeremia pernah berhubungan dengan kelompok orang semacam itu. Lalu dari hasil pengamatannya terhadap mereka, ia memberi pelajaran berharga kepada kita. Mereka adalah bangsa pengembara yang hidup secara nomaden dan disebut orang-orang Rekhab. Yeremia memakai mereka sebagai contoh tentang ketaatan. Walaupun mereka bukan umat pilihan Allah, tetapi Allah memuji ketaatan mereka.
Sebagai contoh, nenek moyang mereka telah mengajarkan supaya mereka tidak minum anggur. Oleh karenanya saat Yeremia menawari mereka anggur, mereka menolaknya (Yeremia 35:5,6). Itulah sebabnya Yeremia ingin menunjukkan kepada orang-orang Yehuda tentang seperti apakah ketaatan itu. Allah ingin orang Yahudi memiliki ketaatan terhadap-Nya sama seperti orang Rekhab yang taat kepada para pemimpin mereka.
Bahkan saat ini pun kita banyak melihat orang-orang yang tidak percaya menganut ajaran moral mereka dengan sungguh-sungguh, sementara orang kristiani sendiri malah tidak taat pada perintah Tuhan. Allah membenci ketidaktaatan kita. Jangan sampai saat melihat kita, orang berkata bahwa "orang Rekhab" zaman ini lebih taat daripada kita, orang kristiani. (JDB)
KETAATAN ADALAH IMAN YANG DIWUJUDKAN DALAM TINDAKAN
Sabtu, 09 Juni 2012
MEMBERI DENGAN SUKACITA (2 Korintus 9:9-12)Ada humor tentang seorang anak kecil yang mengamati para petugas ketika mengedarkan kantong persembahan di tengah ibadah. Saat kantong persembahan itu semakin mendekat ke barisan tempat anak itu duduk, ia membisik ayahnya-walau dengan volume suara yang membuat semua orang di sekeliling mereka mendengarnya, "Ayah tidak perlu membayari aku. Kan aku masih di bawah lima tahun?"
Sebagai bagian ibadah, persembahan kadang masih kurang dipahami dan dihayati maknanya. Tak hanya oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Dan, kurangnya pengertian ini hanya menggerus motivasi untuk memberi, apalagi memberi lebih banyak.
Persembahan, adalah sarana yang akan dipakai gereja untuk dapat menjalankan segala fungsinya dengan baik. Sama seperti ketika seseorang memiliki keluarga dan harus membayar berbagai tagihan atas keluarganya, demikian pula ketika kita menyebut sebuah gereja sebagai "gereja saya", maka kita turut bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupannya. Bagaimana gedung dirawat, para hamba Tuhan dicukupi, program gereja berkembang, kegiatan jemaat dibuat lebih mendalam demi menumbuhkan kerohanian, bahkan bagaimana gereja dapat melayani keluar jemaat dan menjadi berkat, tentu tak lepas dari persembahan yang dibawa jemaat.
Yang penting, Tuhan mau kita memberi persembahan atas dasar sukacita, kasih, dan syukur kepada Allah yang telah begitu besar mengasihi kita (ayat 7, 12). Dan, ketika kita berani memberi, Tuhan tidak akan membiarkan kita kekurangan, sebaliknya, Dia akan membuat kita berkecukupan, bahkan berkelebihan (ayat 8)!. (AW)
SEMAKIN BANYAK PERSEMBAHAN DIBAWA KE RUMAH ALLAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar