RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 15 Agustus 2011
PEMBERITA INJIL SEJATI (Galatia 1:11-24)
Ada orang yang senang memakai perhiasan imitasi untuk bergaya. Ada juga orang lain yang senang mengimitasi tokoh terkenal. Orang seperti ini biasanya mengenal tokoh yang ditirunya sebatas lahiriah saja, artinya ia tidak tahu motivasi dan hakikat dari perilaku tokoh yang dilakoninya. Paulus bukanlah orang yang sedemikian. Ia menjadi pemberita Injil bukan dengan cara meniru para rasul pendahulunya.
Paulus sadar perkataan kerasnya di perikop sebelum ini harus didukung dengan kewibawaan rasulinya. Maka ia telah menegaskan sejak permulaan bahwa ia menjadi rasul dan pemberita Injil bukan karena kehendak manusia, melainkan karena kehendak Allah (ayat 1). Sekarang ia menegaskan bahwa sumber Injilnya bukan dari manusia, melainkan dari Allah sendiri melalui penyataan Yesus Kristus (ayat 11-12). Riwayat hidupnya membuktikan kedua hal tersebut. Pertama, ia dahulu seorang Yahudi saleh yang sekaligus penganiaya jemaat Tuhan. Namun, Tuhan yang memilih dia sejak semula, secara langsung menugaskannya untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa nonyahudi (ayat 13-16). Kedua, Paulus belajar Injil langsung dari Allah di tanah Arab, sebelum ia bertemu dengan rasul Petrus dan tokoh gereja di Yerusalem, Yakobus (ayat 17-19). Ketiga, pelayanan Paulus di seluruh daerah Siria dan Kilikia menggema sampai ke jemaat di Yudea, sehingga mereka memuliakan Allah (ayat 21-24).
Pertemuan pribadi dengan Tuhanlah yang mengubah Paulus dari penganiaya jemaat menjadi pemberita Injil sejati. Kita juga harus demikian. Jangan mengandalkan dan meniru para tokoh gereja atau pengabar Injil semata-mata. Kita boleh meneladani hal-hal yang baik dari mereka, namun hal-hal itu tidak boleh menggantikan hubungan pribadi kita dengan Tuhan dalam doa dan firman.
Renungkan: Efektivitas pemberitaan Injil tidak bergantung pada kehebatan kata-kata, tetapi pada otoritas Allah pada si pemberita Injil dan pada hidupnya yang sudah diubahkan.
Selasa, 16 Agustus 2011
KEBENARAN HARUS DIBELA (Galatia 1:11-24)
Bagaimana perasaan Anda jika dituduh bersalah padahal Anda melakukan hal yang benar? Apakah Anda berusaha mengemukakan kebenaran atau membiarkannya begitu saja?
Rasul Paulus menghasilkan buah pemberitaan Injil dengan mendirikan sebuah jemaat di Galatia (Kis. 13-14). Seharusnya Rasul Paulus dipuji dan dihargai karena hal itu, tetapi justru kritikanlah yang muncul. Setelah Rasul Paulus mendirikan jemaat di Galatia, berita Injil yang dia sampaikan serta jabatan kerasulannya diserang oleh kelompok-kelompok Yahudi yang berusaha mengacaukan iman jemaat Galatia. Kelompok Yahudi itu berusaha memaksa jemaat di Galatia untuk disunatkan dan menerima Taurat Musa sebagai syarat agar mereka diselamatkan dan diterima dalam persekutuan orang percaya (7). Mereka juga menuduh Paulus sebagai orang yang tidak termasuk kelompok rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki wibawa rasuli (1, 7, 12). Maka menurut mereka, pemberitaan Paulus menyimpang dan tidak sah (9).Tentu saja bagi Paulus, tuduhan ini terasa mengganggu proses pemberitaan Injil yang dia lakukan. Apalagi jemaat Galatia yang baru bertumbuh sangat mudah memercayai hal-hal yang masuk akal (6-7). Oleh sebab itu, Rasul Paulus mematahkan kritikan dan keraguan yang ditujukan kepadanya dengan menegaskan bahwa Injil yang dia beritakan bukanlah Injil yang berasal dari pengajaran manusia (11-12), melainkan Injil yang diterima melalui penyataan Yesus Kristus (12). Kristus sendirilah yang memilih dan memerintah dia untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain (15-16). Rasul Paulus dengan tegas memproklamirkan bahwa Injil yang dia beritakan adalah kebenaran (20) dan jabatan kerasulannya dapat dipertanggung jawabkan di hadapan Allah (1) dan manusia (18-19).
Jika Paulus tetap berdiri diatas kebenaran dan berusaha untuk memperjuangkan tuduhan palsu yang dilontarkan terhadap dia, apakah kita juga memiliki keberanian untuk mempertahankan kebenaran dan berusaha memperjuangkannya?
Rabu, 17 Agustus 2011
KEBENARAN SEJATI (Yohanes 3:1-15)
Tatkala akan menyampaikan kesaksian di pengadilan, seorang saksi harus mengucapkan semacam sumpah yang berbunyi demikian, "Saya berjanji akan mengatakan yang benar, tidak lain dari yang sebenarnya." Kemudian disambung dengan kalimat, "Semoga Tuhan menolong saya" sebagai suatu permohonan kepada Yang Mahakuasa. Mengatakan suatu kebenaran di pengadilan sangatlah penting karena hal itu dapat mempengaruhi pengambilan keputusan tentang hidup matinya seseorang.
Manakala bercakap-cakap dengan Nikodemus tentang kelahiran baru dan hidup kekal, Yesus berbicara "di bawah sumpah." Perhatikan bagaimana Dia mengawali kata-kata-Nya di dalam Yohanes 3:11, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya." Dalam bahasa aslinya, yakni bahasa Yunani, Dia memakai kata "amen, amen," yang dapat diterjemahkan menjadi "bahwasanya," "sesungguhnya," atau "aku mengatakan yang sebenarnya kepadamu." Dalam kitab Yohanes tercatat bahwa Yesus menggunakan kata-kata tersebut sebanyak 25 kali.
Daniel Fuller dalam bukunya The Unity Of The Bible (Keutuhan Alkitab), menulis, "Yesus . tidak berbicara untuk Allah tetapi sebagai Allah sendiri. Dari semua tokoh Alkitab yang ada, hanya Yesus yang menyertakan kata amen dalam pernyataan-Nya, guna menjelaskan bahwa Dia sendiri adalah Allah yang punya kuasa untuk meneguhkan bahwa ajaran-Nya benar dan dapat dipercaya.
Firman Tuhan adalah benar, tidak lain dari yang sebenarnya. Karena itu, percayailah dan taatilah kata-kata-Nya. Kebenaran yang sejati menentukan masalah hidup atau mati!. (DJD)
KRISTUS ADALAH KEBENARAN SEJATI KITA TIDAK APA-APA LAGI
Kamis, 18 Agustus 2011
APAKAH KEBENARAN ITU? (Yohanes 18:28-38)Hampir saja Pilatus memperoleh penemuan terbesar dalam kehidupannya. Yesus baru saja memberitahukan bahwa Dia datang ke dalam dunia untuk memberi kesaksian tentang kebenaran. Hal ini mendorong Pilatus untuk bertanya, “Apakah kebenaran itu?” (Yohanes 18:38). Politikus Roma yang pintar itu telah mengajukan pertanyaan yang tepat kepada Pribadi yang tepat, dengan jawaban yang sudah ada di hadapannya. Namun sayang ia tidak mau bersujud di hadapan-Nya dengan pertobatan, pengakuan dosa, dan iman, malah mengabaikan jawaban Yesus dan berkata kepada orang-orang Yahudi, “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.”
Cepat atau lambat, kita semua juga akan berada dalam posisi Pilatus, saat kita harus mengambil keputusan tentang Pribadi luar biasa yang menyatakan sesuatu yang tak terbantahkan yaitu bahwa Dia adalah kebenaran.
Sepanjang sejarah banyak pemimpin agama yang datang dan pergi, namun tak seorang pun berani menyatakan diri sebagai kebenaran dan kemudian membuktikannya dengan cara bangkit dari antara orang mati. Banyak orang di sepanjang sejarah telah mendapati bahwa kehidupan Yesus, firman-Nya, dan kebangkitan-Nya adalah bukti-bukti yang meyakinkan bahwa Dia dapat dipercaya. Dan, mereka menyimpulkan bahwa mengenal kebenaran harus dimulai dengan memiliki hubungan pribadi dengan Kristus.
Sudahkah Anda menemukan jawaban dari pertanyaan yang paling penting dalam kehidupan: “Apakah kebenaran itu?” Jika belum, renungkanlah pernyataan Yesus dalam Yohanes 14:6, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (DJD)
MENGENAL KRISTUS BERARTI MENGENAL KEBENARAN.
Jumat, 19 Agustus 2011
MENEMUKAN KEBENARAN (Kolose 2:1-12)
Bagaimanakah jawaban Anda atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Apakah Yesus pernah berdosa?
- Apakah Yesus benar-benar bangkit?
- Apakah semua agama mengajarkan pemahaman dasar yang sama?
Ini merupakan statistik yang mencemaskan karena data itu menunjukkan kurangnya pemahaman Alkitab secara serius. Jawaban atas ketiga pertanyaan di atas merupakan konsep yang dengan jelas dipaparkan dalam Kitab Suci dan menjadi dasar bagi kebenaran Injil.
Oleh karena itu, apa yang dapat kita lakukan untuk memastikan bahwa kita "bertambah teguh dalam iman"? (Kolose 2:7). Pertama, kita harus setia membaca dan mempelajari Alkitab. Kedua, kita harus mencari bimbingan dari guru-guru yang saleh dan mencari sumber-sumber yang dapat diandalkan. Ketiga, kita harus meminta Allah untuk memimpin kita kepada kebenaran dan menjauhkan kita dari kesalahan.
Sebagai umat Allah, kita patut mencintai kebenaran, mencari kebenaran, dan hidup dalam kebenaran. (DB)
KEBENARAN TIDAK DITENTUKAN OLEH BERAPA BANYAK ORANG YANG MEMPERCAYAI KEBENARAN ITU
Sabtu, 20 Agustus 2011
MELANGKAH DARI MASA LALU (Keluaran 14:10-22)
Kehidupan kita seperti roda yang selalu berputar; selalu maju. Masa lalu tidak dapat diulang lagi. Namun begitu, kita kerap membandingkan keadaan yang terjadi di setiap masa. Misalnya, seingat saya, pada 1990-an, harga gula pasir sekitar Rp900,00/kg. Kini, harganya hampir sepuluh kali lipat! Maka, tidak heran jika ada orang yang berharap untuk kembali ke masa lalu, ketika harga lebih murah, pemikiran lebih sederhana, dan tuntutan hidup yang memicu stres tidak setinggi saat ini.
Pengalaman ingin kembali ke masa lalu juga pernah dialami bangsa Israel ketika Musa memimpin mereka keluar dari Mesir. Di depan mereka terhampar Laut Teberau. Di belakang mereka pasukan Mesir mengejar. Dalam situasi itu, orang Israel berkata kepada Musa, "Lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir daripada mati di padang gurun ini" (ayat 12). Mereka ingin kembali, padahal Tuhan membebaskan mereka untuk mengalami hal yang lebih indah di depan! Perjalanan keluar dari Mesir juga dipakai Tuhan untuk menuntun Israel selangkah lebih dekat pada penggenapan rencana-Nya: masuk tanah perjanjian. Namun, orang Israel sudah terbuai kenyamanan di Mesir sebagai budak.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga berpikir seperti bangsa Israel yang memilih tinggal di masa lalu karena "nyaman"? Tuhan menuntun Israel keluar dari Mesir untuk mengajarkan hal baru yang berharga. Demikian juga Dia menuntun kita melangkah maju setiap hari, untuk mengalami kuasa-Nya yang luar biasa. Jangan kecut dan tawar hati, sebab walau tantangan hidup bertambah, penyataan kuasa Tuhan juga semakin bertambah. Maka, nikmatilah hidup yang Tuhan hadirkan setiap hari. Dan majulah bersama Tuhan!. (HA)
MASA LALU DIBERIKAN TUHAN MENJADI PELAJARAN BERHARGA
BUKAN SEBAGAI BAYANG-BAYANG MENYESAKKAN BAGI HIDUP MASA KINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar