RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 11 Juli 2011
SAAT MENGALAMI DERITA (Mazmur 22:1-19)
Kehidupan Kristen bukan hanya terdiri dari pengalaman manis yang indah untuk dikenang. Pasti ada juga pengalaman pahit yang menghadirkan duka dan penderitaan. Namun bagaimana kita menyikapi pengalaman pahit?
Di dalam intensitas penderitaan yang pemazmur alami, tidak ada tempat lain baginya untuk mengadukan kepedihan yang dia alami, selain kepada Allah. Kepada Dia sajalah, pemazmur mencurahkan isi hatinya. Pemazmur mempertanyakan Allah yang dia anggap sebagai penyebab penderitaannya (ayat 1), Allah yang tidak mendengarkan doanya (ayat 2). Allah meninggalkan dia sendirian, menyebabkan ia terasing dan kesepian. Ia juga harus menghadapi musuh yang begitu kejam (ayat 15-19). Padahal sejarah Israel telah memperlihatkan bagaimana Allah tampil menyelamatkan dan menjadi Pembela bagi umat-Nya (ayat 4-6). Akibat kontras itulah, maka banyak orang yang mencibirkan bibir karena menganggap bahwa penderitaan pemazmur adalah akibat dosanya (ayat 8-9). Merenungkan situasi yang menyedihkan tersebut, pemazmur kembali mengalihkan pandangannya pada Allah. Pemazmur meminta agar Allah tidak menjauhi dia (ayat 12).
Penderitaan hidup memang tampil dalam berbagai bentuk. Mungkin saja berupa perlawanan dari teman atau orang yang kita kasihi, bisa juga berupa pengalaman fisik atau mental yang menyakitkan, atau kegagalan yang menyebabkan rasa frustasi yang dalam. Namun semua itu harus dipandang berdasarkan perspektif yang tepat.
Pengalaman orang Kristen bukanlah nasib buruk yang melulu menyebabkan kesedihan dan penderitaan. Meski demikian, pencobaan (Yak. 1:2-4, 12), penganiayaan (Yoh. 15:18; 2Tim. 2:12), dan penderitaan (Flp. 1:29) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman hidup orang Kristen. Karena melalui kesusahan, iman kita diperdalam (Yak. 2:3), persekutuan kita dengan Allah diperkaya (Flp. 3:10) dan kita mengalami sukacita dalam kesulitan (Yoh. 17:13; 1Ptr. 4:13; 2Kor. 12:10).
Selasa, 12 Juli 2011
DITINGGALKAN ALLAH? TAK PERNAH! (Mazmur 22:1-23)
Penderitaan macam apa yang pernah Anda alami? Sakit berat? Bangkrut? Ditinggal orang yang Anda kasihi? Masuk penjara? Semua itu pasti berat. Namun bukan tak tertanggungkan.
Mazmur 22 melukiskan penderitaan yang jauh melampaui semua hal di atas: penderitaan karena merasa ditinggalkan, ditolak manusia (7-9), dan bahkan 'dikucilkan' Allah (2, 12, 20). Pergumulan ini pernah dirasakan oleh Tuhan Yesus saat Ia tergantung di kayu salib (lihat Mat. 27:46; Mrk. 15:34).
Akan tetapi, Mazmur 22 tidak berhenti hanya pada penderitaan yang tak tertanggungkan itu (2-22). Kita bertemu dengan sikap pemazmur yang lebih positif (24-32). Kunci untuk mengerti perubahan ini ada di ayat 23, "Aku akan memahsyurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah."
Mengapa di tengah penderitaan yang "tak tertahankan" itu, pemazmur masih bisa bertekad memuji Tuhan? Karena pengalaman bersama komunitas beriman bahwa Tuhan peduli pada mereka (4-6). Jadi walaupun saat itu pemazmur dijepit habis-habisan oleh musuh, yang bukan tidak mungkin adalah orang-orang di sekitarnya (7-9, 13-14, 17-19) dan sepertinya Allah juga tidak peduli (15-16), iman bersama umat Tuhan tidak pernah luntur sepenuhnya. Apalagi kenangan pemeliharaan Tuhan (10-11) begitu lekat dalam ingatan pemazmur, membuat kesusahan tak mudah menghapus memori indah itu.
Ada dua hal yang tidak bisa dihapuskan dari memori iman anak-anak Tuhan sejati. Pertama, pengalaman diampuni Tuhan dan diselamatkan, baik dalam artian rohani maupun sehari-hari. Kedua, firman-Nya yang kita renungkan setiap hari. Firman Tuhan hidup dan berkuasa membongkar kepahitan hidup dan membangun dasar iman yang kokoh. Buktikan sendiri dengan membaca firman Tuhan tiap-tiap hari!
Rabu, 13 Juli 2011
JERITAN HATI ORANG YANG TERTINDAS. (Mazmur 22:1-19)
Kapan seseorang benar-benar merasakan bahwa dirinya menderita? Ketika orang lain memandang dirinya tidak lebih dari mangsa yang siap diterkam dan dihabisi. Apa yang dapat dilakukan orang yang berada dalam penderitaan? Menjerit dan berdoa kepada Tuhan?
Kali ini kita berhadapan pemazmur yang menjerit kepada Allah karena penderitaannya. Alasan mengapa menderita diungkapkan dalam rangkaian mazmur ini. Tetapi, ia merasa ditinggalkan Allah dengan alasan yang tidak diketahui (ayat 2). Hidupnya sekarang berada dalam suatu ketegangan antara percaya atau tidak kepada Allah. Dia berseru kepada Allah, namun Allah tetap jauh dan tak menjawab, seakan-akan menolak dan membuang dia (bdk. 27:9 dan 71:9). Apakah ia menjadi putus asa? Tidak, karena dia tetap percaya bahwa Tuhan memberi kekuatan dan pengharapan kepadanya. Dibutuhkan perjuangan iman untuk tetap meyakini Allah dan menyerahkan segala penderitaannya kepada Allah. Pernyataan kepercayaan ini disusul dengan suatu permohonan agar Tuhan tidak jauh karena tidak ada yang dapat menolong kecuali Tuhan.
Satu lagi teladan sebagai anak Tuhan pemazmur tunjukkan kepada kita. Benar bahwa penderitaan yang lama dan hebat membuat dia merasa ditinggalkan Allah, tetapi itu tidak membuatnya meninggalkan Allah, malah menyanyikan pujian dan syukur kepada Allah. Perjuangan iman ini akhirnya tidak hanya berujung pada tindakan Allah membebaskan dirinya dari penderitaan, tetapi juga perkenanan Allah mempersilakan dirinya mengalami kembali kasih setia Allah.
Renungkan: Pemazmur memilih mengambil jalan iman, meskipun jalan ini penuh tantangan, kekecewaan, dan ketegangan. Pemazmur memilih jalan ini karena dia percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang setia pada diri-Nya sendiri: Dia adalah Allah yang kudus, Allah Penyelamat.
Kamis, 14 Juli 2011
DIA SELALU SETIA (Mazmur 119:89-96)
Jim dan Carol Cymbala terus-menerus berdoa, memuji, dan berkhotbah meskipun selama dua tahun keluarga mereka mengalami hal yang menyedihkan. Putri remaja mereka, Chrissy, telah berpaling dari Allah yang mereka kasihi dan layani dengan setia. Meskipun hati mereka sangat terluka, Jim dan Carol tetap melanjutkan pelayanannya bagi jemaat Gereja Tabernakel Brooklyn di New York.
Sebagian orang mengira bahwa Carol menulis lagu yang berjudul "Dia Selalu Setia" setelah putrinya bertobat secara dramatis. Namun, ternyata tidak. Ia menuliskan lagu itu sebelum kejadian tersebut. Carol menyebut lagu itu sebagai "lagu pengharapan yang tercipta di tengah-tengah penderitaanku". Saat hatinya sangat terluka, Carol mengatakan bahwa lagunya "menenangkan jiwaku, dan berulang kali menguatkanku". Lirik yang ditulisnya pada saat yang berat itu telah membantunya untuk terus melangkah. Meskipun putrinya belum bertobat, Carol masih bisa memuji kasih setia-Nya di dalam hidupnya.
Beberapa waktu kemudian, saat Chrissy pulang ke rumah dan berlutut memohon ampun kepada kedua orangtuanya, kebenaran yang tertulis dalam Mazmur 119:90 menjadi terlihat begitu nyata di mata Carol. Kesetiaan Allah tidak hanya akan tampak bagi keturunan kita saja, melainkan dari keturunan ke keturunan! Carol memperoleh pengalaman baru seperti yang tertuang dalam sebaris lirik lagunya yang telah memberi berkat bagi banyak orang: "Apa yang kupikir mustahil, kini telah kulihat Allah melakukannya!" (JL)
JIKA HANYA ALLAH YANG ADA PADA KITA KITA TAHU BAHWA ALLAH SAJA SUDAH CUKUP
Jumat, 15 Juli 2011
PEMELIHARAAN LEMBUT ALLAH (Mazmur 31:1-15)
Ketika sedang berduka, C.S. Lewis mengamati para tetangganya berjalan menyeberang jalan untuk menghindarinya tatkala mereka melihatnya mendekat.
Daud pun mengalami dukacita ketika ia berkata, "Di hadapan semua lawanku aku tercela, menakutkan bagi tetangga-tetanggaku .... Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati" (Mazmur 31:12,13).
Mungkin Anda pun pernah dilupakan para sahabat ketika Anda sedang berduka. Mereka tidak menelepon, menulis surat, atau berjanji untuk mendoakan.
Namun, di saat-saat seperti itu kita dapat merasakan kelembutan Allah yang paling dalam. Ketika hari-hari terasa panjang dan sepi, serta tak seorang pun tampaknya peduli, Dia mencari kita dan menyelimuti kita dengan kasih setia-Nya. Kesedihan kita sama sekali tidak membebani-Nya, tetapi justru membuat-Nya menunjukkan belas kasih yang lembut. Dia mengetahui kesengsaraan jiwa kita (ayat 8). Dan Dia peduli. Karena itulah kita dapat menyerahkan nyawa kita ke dalam tangan-Nya (ayat 6), seperti yang dilakukan Tuhan Yesus ketika semua murid-Nya lari meninggalkan Dia.
Penyair Frank Graeff bertanya, "Apakah Yesus peduli ketika hati saya terluka begitu dalam sampai tidak bisa bergembira dan bernyanyi; ketika beban mengimpit, kesusahan melanda, dan perjalanan hidup terasa panjang dan meletihkan?"
Jawabnya? Ya! Dia mengundang kita untuk menyerahkan segala beban dan kesusahan kita kepada-Nya, karena Dia peduli kepada kita (1 Petrus 5:7).
Percayailah Allah untuk memelihara Anda hari ini. (DR)
KITA TIDAK PERNAH DAPAT KELUAR DARI LINGKARAN PERHATIAN ALLAH
Sabtu, 16 Juli 2011
TUHAN, TIDAKKAH ENGKAU PEDULI? (Markus 4:35-41)
Dua dari pertanyaan paling keras yang terdapat dalam Perjanjian Baru diajukan kepada Yesus oleh orang-orang yang sangat mengasihi Dia. Ketika badai yang dahsyat mengancam hendak menenggelamkan perahu murid-murid di Laut Galilea, mereka bertanya, "Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" (Markus 4:38). Pada peristiwa yang lain, saat Maria dengan santai mendengarkan Yesus, Marta yang sedang sibuk melayani datang dari dapur dan berkata, "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?" (Lukas 10:40).
Kedua pertanyaan tersebut dilontarkan oleh orang-orang yang telah melihat kuasa Yesus sehingga mereka berharap agar Dia bertindak dan melegakan kecemasan mereka. Bila seolah Tuhan mengabaikan situasi yang mereka alami, kejengkelan mereka pun meningkat sehingga mereka berkata: "Tidakkah Engkau peduli?"
Kitab Suci tidak memberitahu kita tentang bagaimana nada suara Yesus, tetapi saya menduga bahwa jawaban yang diberikan-Nya lembut dan penuh perhatian. "Mengapa kamu begitu takut?" (Markus 4:40). "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara" (Lukas 10:41).
Saat kita merasa sendiri atau dalam keadaan yang sulit, seringkali kita berseru, "Tuhan, tidakkah Engkau peduli?" Namun, pada saat Yesus meredakan badai hidup kita dan menyebut nama kita, kita akan menyadari bahwa kita masih harus belajar banyak tentang kasih-Nya kepada kita, sehingga kita pun rindu untuk mempercayai Dia dengan segenap perhatian kita. (DCM)
YESUS MEMPEDULIKANMU!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar