Renungan Harian 29 Maret 2010 - 03 April 2010

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 29 Maret 2010
MINTA, CARI, DAN KETOK ... (Matius 7:7-11)
Doa tidak boleh dijadikan sarana semata-mata untuk meminta-minta kepada Tuhan demi memuaskan keinginan yang egosentris. Doa adalah membangun relasi yang intim dengan Tuhan. Caranya adalah membuka diri apa adanya dan dengan rendah hati memohon berkat-Nya melimpah dalam hidup kita. Tujuannya adalah hidup kita menjadi semakin dekat dengan Tuhan dan bahkan berkat-Nya mengalir keluar melalui kita kepada orang-orang di sekeliling kita.
Tuhan Yesus menggunakan tiga kata kerja untuk mendorong para murid berdoa kepada Allah Bapa. Tiga kata kerja ini adalah, pertama, mintalah! Jelas sumber segala berkat yang kita butuhkan ada pada Allah. Yang kita perlu lakukan hanyalah meminta dengan iman, yaitu percaya bahwa Dia akan memberikan yang terbaik untuk hidup kita (ayat 9-11). Kedua, carilah! Kita diperintahkan untuk mencari kehendak Allah. Allah tahu yang terbaik untuk hidup kita, tetapi kita tidak tahu. Waktu kita mencari dengan segenap hati kehendak Allah itu, maka kita akan menemukan apa yang Tuhan ingin kerjakan melalui dan di dalam anak-anak-Nya. Ketiga, ketoklah! Ada pintu yang tidak bisa kita buka sendiri karena keterbatasan kita. Hanya Allah yang dapat membukakannya bagi kita. Oleh karena itu, kita diminta untuk tekun menantikan Tuhan sendiri bertindak membukakan pintu untuk kita.
Bagaimana tahu kehendak Allah, sehingga yang kita minta memang yang Allah sediakan buat kita, dan yang kita ketok adalah pintu dari Allah yang seharusnya kita masuk? Tidak ada cara lain kecuali kita memelihara kedekatan hati kita dengan hatiNya, sehingga pikiran kita pun bisa memahami pikiranNya, dan keinginanNya menjadi keinginan kita. Mulailah dengan doa dan membaca Alkitab setiap hari. Pakai waktu meminta hadiratNya, mencari pimpinanNya, dan bersedia masuk melalui pintu yang Ia bukakan. Selamat menjalani hidup sebagai murid Kristus!

Selasa, 30 Maret 2010
MINTA, CARI, KETOK! (Matius 7:7-12)
Apakah yang membuat permohonan doa kita dijawab? Kesungguhan kita berdoakah, atau kebaikan Allah yang ingin memberikan yang terbaik untuk kita? Tuhan Yesus mengajar kita bahwa keduanya tidak bertentangan tetapi saling menunjang. Kita berdoa dengan penuh kesungguhan bukan karena Allah perlu "dipaksa" oleh klaim-klaim kita, tetapi karena kita percaya Allah baik adanya.
Tuhan Yesus menegaskan kesungguhan dan ketekunan berjalan seiring dengan keyakinan bahwa doa kita disambut oleh Bapa Surgawi yang baik. Ia melukiskan hal berdoa itu dengan tiga kata kerja: minta, cari, ketok (ayat 7). Melalui ketiga kata kerja itu Ia menegaskan dua hal penting tentang doa. Pertama, posisi pendoa ada dalam posisi orang yang berkebutuhan sedangkan Tuhan dalam posisi penjawab dan pemenuh kebutuhan. Dalam posisi demikian, yang menentukan bukan pendoa tetapi sang Penjawab doa.
Kedua, ketiga kata kerja itu menekankan keserasian antara kegiatan berdoa dan sikap bersungguh serta bertekun dalam doa. Kesungguhan dan ketekunan berdoa itu lahir dari keyakinan bahwa Allah baik adanya dan pasti akan menjawab doa-doa kita sesuai dengan sifat baik sempurna-Nya sebagai Bapa Surgawi. Yesus mempertentangkan Bapa Surgawi dengan bapak duniawi. Bila bapak duniawi yang jahat saja tahu memberi yang baik kepada anak-anaknya, alangkah lebih baik lagi sikap dan tindakan Bapa Surgawi kita (ayat 11). Keyakinan akan kebaikan Allah bukan saja berdampak pada kehidupan doa kita, tetapi juga berdampak pada sikap sosial kita (ayat 12). Seperti Bapa Surgawi memberikan yang terbaik untuk kita, kita juga mau memberikan yang terbaik untuk sesama kita.
Ingat: Berdoa berarti menundukkan diri kepada kehendak Allah. Jangan menjadikan doa alat untuk mengatur atau memaksa Tuhan. Yakinlah bahwa Allah baik dan akan memberi yang terbaik bagi kita. Jangan berdoa asal-asalan sebab itu berarti menyepelekan kebaikan Tuhan.

Rabu, 31 Maret 2010
BERSAHABAT DENGAN YESUS (Yohanes 15:9-17)
Joseph Scriven (1820-1886), penulis kidung pujian terkenal berjudul What A Friend We Have in Jesus (Persahabatan Seperti Apa yang Kita Miliki Dalam Yesus), tahu benar bagaimana rasanya dukacita dan kesepian. Calon istrinya meninggal karena tenggelam tepat pada sore hari sebelum pernikahan mereka berlangsung. Lalu tunangannya yang berikut juga meninggal, dan lagi-lagi harapannya untuk menikah sirna. Namun persahabatannya dengan Kristus telah menolongnya.
Siapa pun dapat memiliki persahabatan dengan Yesus. Sekitar 17 tahun yang lalu, saya mengenal John, seorang bekas pecandu yang bertemu Yesus pada titik terendah dalam hidupnya. Saat itu ia merasa Tuhan bertanya kepadanya, "Apakah kau ingin seorang sahabat yang menyertaimu selamanya?" John pun meratapi keadaannya, dan sambil terisak ia menjawab, "Ya," maka Kristus hadir dalam hidupnya.
Baru-baru ini John memberitahu saya bahwa ia hendak menjalani transplantasi (pencangkokan) hati. "Kau tahu John," kata saya, "orang-orang yang sinis mungkin akan berkata, 'Tampaknya Yesus telah meninggalkan sahabatnya, lihat saja kondisimu sekarang.'" John menjawab, "Tetapi saya tidak merasa demikian." Lalu ia menambahkan, "Bahkan, jika saya harus meninggal sekalipun saya percaya, Yesus tetaplah sahabat saya."
Dalam Yohanes 15:14, Yesus berkata bahwa kita adalah sahabatNya, dan menyatakan bahwa persahabatan ini adalah hubungan dua arah. Namun Dia menambahkan satu hal penting: kita harus berjalan bersamaNya dalam ketaatan. Hanya dengan demikian kita dapat bersaksi, "Apa pun yang terjadi, Yesus tetap sahabatku" . (JEY)
TAK ADA SAHABAT SEJATI SEPERTI YESUS

Kamis, 01 April 2010
BOSAN DENGAN MANNA? (Bilangan 11:1-9)
Sepasang suami-istri muda pindah ke Banff. Tempat yang sangat indah itu terletak di tengah pegunungan batu Kanada dan dikelilingi oleh puncak-puncak gunung yang begitu mempesona. Keindahan lereng pegunungan yang mengagumkan itu berganti-ganti seiring musim: salju yang berkilauan, bunga-bunga liar berwarna cerah, dan daun-daun musim gugur yang keemasan.
Dalam tahun pertama, setiap kali berjalan-jalan, mereka selalu berhenti untuk mengagumi keindahan pegunungan tersebut. Mereka merasa yakin bahwa mereka tidak akan pernah bosan dengan pemandangan yang luar biasa itu. Tetapi mereka salah. Tak lama kemudian semua keindahan tersebut sudah menjadi sangat biasa sehingga tidak lagi membuat mereka takjub.
Tak lama setelah bangsa Israel keluar dari Mesir dan berada di padang gurun, mereka kehabisan makanan. Namun Allah mendengar seruan mereka dan memberi makan secara adikodrati dengan mengirim manna setiap hari. Pertama-tama mereka pasti kagum terhadap pemeliharaan Allah yang luar biasa itu. Tetapi beberapa waktu kemudian mereka mulai bosan menerima makanan yang sama terus-menerus. Sesuatu yang sudah biasa tidak lagi mengagumkan.
Pernahkah Anda meremehkan segala berkat yang dicurahkan Allah bagi Anda setiap hari? Jangan berkata bahwa sudah semestinya Anda menerima semua itu. Ingatlah untuk berterima kasih kepada Allah atas pemeliharaan dan kekuatan yang Dia berikan setiap hari, dan atas berkat melimpah yang diberikanNya bagi Anda setiap hari. (DCE)
UNTUK MELIPATGANDAKAN SUKACITA
HITUNGLAH BERKAT-BERKAT YANG ANDA TERIMA

Jumat, 02 April 2010
SELARAS DENGAN KRISTUS (1Korintus 12:12-20)
Dalam bukunya The Pursuit of God, A.W. Tozer menulis, "Pernahkah Anda menyaksikan, bagaimana 100 piano yang disetem dengan penala yang sama, secara otomatis menjadi selaras satu sama lain? Suaranya menjadi selaras saat disetem bukan satu piano terhadap piano yang lain melainkan dengan sebuah standar yang diikuti oleh masing-masing piano tersebut. Bila seratus umat berkumpul bersama dan masing-masing memandang kepada Kristus, maka hati mereka akan lebih dekat satu sama lain daripada apabila mereka berusaha bersatu mewujudkan persekutuan yang lebih akrab namun dengan berpaling dari Allah."
Walaupun di sini Tozer berbicara tentang penyembahan, komentar itu juga menyingkapkan rahasia kesatuan umat Kristen. Semakin kita memusatkan pikiran pada Kristus, kita akan semakin dekat terhadap yang lain sebagai pengikutNya. Perbedaan-perbedaan di antara kita pun akan semakin pudar, menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi.
Mungkin saja kita tidak sependapat tetapi tetap bersatu, khususnya jika mengutamakan persekutuan dengan Kristus. Rasul Yohanes menulis, "Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan AnakNya, Yesus Kristus" (1Yohanes 1:3).
Adakah Anda merasakan adanya kesatuan dengan sesama saudara seiman? Sudahkah hidup Anda "selaras" dengan Kristus?. (RWD)
AGAR DAPAT HIDUP HARMONIS DENGAN SESAMA SAUDARA SEIMAN
HIDUP KITA HARUS SELARAS DENGAN KRISTUS

Sabtu, 03 April 2010
PERSAHABATAN DENGAN ALLAH (Yohanes 15:13-15)
Telusurilah halaman demi halaman buku pujian kuno dan perhatikan betapa sering penulis pujian merujuk pada berkat yang timbul dari persahabatan dengan Allah. Berhentilah sejenak dan renungkan makna sejati dari lagu-lagu itu.
Ya. Sungguh suatu berkat bila kita memiliki sahabat sesama manusia yang memperkaya hidup kita. Seorang sahabat, seperti yang dikatakan dalam Amsal 17:17, “menaruh kasih setiap waktu”, selalu berdiri teguh menemani kita menjalani cerahnya hidup dan dahsyatnya badai hidup.
Begitu juga sebagian dari kita bersyukur karena mengetahui bahwa berdasarkan pengalaman pribadi “ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara” (Amsal 18:24). Kita mengaitkannya dengan Daud dan Yonatan saat membaca tentang ikatan di antara mereka (1 Samuel 18:1).
Persahabatan antarmanusia memang menyenangkan, tetapi bagaimana tentang persahabatan dengan Allah? Sungguh berkat yang luar biasa memiliki sahabat Pencipta dan Pemelihara semesta alam. Meski telah disembah penghuni surgawi yang tak terhitung banyaknya, Dia sangat bersukacita berelasi dengan kita.
Apakah kita mengabaikan hak istimewa untuk berjalan bersama Allah, Sahabat terbesar dari semua sahabat? Dengan ucapan syukur dan kekaguman, mari kita luangkan waktu bersama-Nya hari ini juga dalam doa dan dalam pembacaan firman-Nya.
Ingatlah bahwa Yesus menyebut para pengikutNya sahabat (Yohanes 15:15). Sungguh suatu kehormatan bagi kita dapat menikmati persahabatan dengan Allah!. (VG)
KETIKA ANDA MELUANGKAN WAKTU BERSAMA ALLAH
ANDA MENANAM MODAL PERSAHABATAN KEKAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar