Renungan Harian 15-20 Maret 2010

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 15 Maret 2010
RATAPAN MENJADI SUKACITA!(Habakuk 3:1-19)
Iman sejati tidak kehilangan asa. Habakuk mulai dengan meragukan keadilan Allah. Namun, kitab ini ditutup dengan pernyataan imannya bahwa Dia akan datang menyatakan keadilan-Nya. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Flp. 4:13).
Habakuk menaikkan mazmur permohonan dengan suasana kegentaran dan ketakjuban tentang Allah dan karyaNya (Hab. 2, 16). Habakuk mengingat kembali tindakan Allah pada waktu lampau (ayat 3-15). Dalam tindakanNya terpancar kekudusan dan keagungan (ayat 3), serta dampak dahsyat terhadap alam (ayat 4-6) dan musuh-musuhNya (ayat 7-15). Allah melepaskan Israel dari perbudakan Mesir dengan menurunkan tulah kepada Mesir. KehadiranNya menggentarkan bangsa-bangsa (ayat 6-7). KuasaNya menuntun mereka menyeberangi Laut Teberau, melintasi padang gurun, dan mengalahkan para musuh umatNya. Dia terus memimpin umatNya mengalahkan bangsa Kanaan. Kehadiran dan karya-Nya mengubah sejarah, membuat Habakuk insyaf bahwa ia harus belajar bergantung bukan pada gejala-gejala yang tampak, tetapi pada Dia yang mengatur segala sesuatu berjalan seturut kedaulatanNya. Tindakan dahsyat Tuhan pada masa lampau membuat hati Habakuk gentar (ayat 16). Siapakah dia yang berani meragukan keadilan Allah? Maka di akhir puisi ini, Habakuk menunjukkan keyakinan dan percayanya di dalam Tuhan (ayat 17-19). Pengharapannya tidak diletakkan pada situasi sekelilingnya yang tidak menjanjikan.
Di saat-saat hidup mengikut Tuhan penuh dengan kesulitan dan tantangan, pandanglah pada Tuhan Yesus. Dia telah mengurbankan diriNya di kayu salib untuk mengalahkan musuh-musuh-Nya dan memberi kemenangan bagi kita, umat-Nya. Jangan pernah putus harap dan menyerah, pada saatNya Dia akan mengubah ratapan kita menjadi sukacita.

JANGAN GENTAR KARENA SITUASI YANG MERESAHKAN DI SEKITAR KITA,
TETAPI TAKJUBLAH KARENA DIA SELALU HADIR DAN BERKARYA DALAM PERISTIWA SEGELAP APA PUN.

Selasa, 16 Maret 2010
MENGUASAI RASA TAKUT (1 Korintus 2)
Seorang wanita muda yang tinggal di daerah rawan kejahatan sedang menunggu bis ketika seorang calon polisi mendekatinya dan bertanya, "Bisakah saya menunggu bersama-sama Anda?"
"Tidak perlu," jawab wanita itu. "Saya tidak takut."
"Hmm, saya yang takut," kata polisi itu. "Apakah Anda keberatan bila saya menunggu bersama-sama Anda?"
Rasul Paulus berterus terang kepada jemaat di Korintus. Ia mengakui ketakutan dan juga kelemahannya, bahkan kegentarannya (1 Korintus 2:3). Tetapi ia tidak melarikan diri dari semua itu. Ia menyatakan kebutuhannya kepada Tuhan dan bersandar kepadaNya. Ia mengatakan bahwa perkataan dan pemberitaannya disampaikan dengan "keyakinan akan kekuatan Roh" (ayat 4). Dari situ tampak bahwa Paulus menyediakan banyak waktu untuk berdoa dan ia bergantung pada Allah ketika berada di kota yang penuh dengan kejahatan itu.
Mengakui bahwa kita merasa takut tidaklah berarti menunjukkan bahwa persekutuan kita dengan Allah terganggu atau ada sesuatu yang salah dengan hidup kita. Mengakui bahwa kita kuatir akan kematian, kuatir terserang penyakit kanker, kuatir bila kehabisan akal, atau kuatir tentang anak-anak yang mendatangkan kesusahan, itu semua merupakan sikap jujur terhadap perasaan kita. Untuk mengatasi ketakutan, langkah pertama adalah mengakuinya. Kemudian, kita harus membawanya kapada Allah dan terus hidup dalam ketaatan. Itulah satu-satunya cara untuk mengatasi ketakutan (DJD)

LAKUKANLAH SESUATU TERHADAP KETAKUTAN KITA
DAN KETAKUTAN ITU PASTI AKAN MUSNAH

Rabu, 17 Maret 2010
ANDA SERING KUATIR? (Matius 6:25-34)
Kekuatiran disebabkan oleh kurangnya iman, atau tidak adanya keyakinan akan firman Allah. Meski sudah menyadari hal ini, namun banyak orang Kristen sulit mengatasi dosa ini.
Renungkanlah sejenak hal-hal yang pernah Anda kuatirkan. Berapa banyak yang betul-betul terjadi? Dan, berapa banyak hal yang terjadi namun tak pernah terpikirkan sebelumnya? Kita cenderung mencemaskan apa yang mungkin akan terjadi namun tidak pernah terjadi.
Saya pernah membaca tentang seorang peterjun payung dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat yang telah melakukan lebih dari 50 kali penerjunan dengan sukses tanpa pernah mengalami cedera yang serius. Namun pada hari pertamanya di rumah setelah dipensiunkan dari Angkatan Bersenjata, ia tersandung sebuah karpet, kemudian jatuh menubruk meja sehingga empat tulang rusuknya patah! Ia sangat menguatirkan penerjunannya, namun tak sesuatu pun terjadi. Malah apa yang tak pernah ia kuatirkan justru terjadi, yakni tersandung karpet.
Jadi untuk apa kita kuatir? Yesus berkata bahwa kuatir itu sia-sia, karena kekuatiran tidak akan mengubah apa pun (Matius 6:27). Kita harus ingat bahwa Bapa surgawi tahu betul keadaan kita dan selalu menjagai kita (ayat 28-34). Kita harus yakin bahwa Dia akan memenuhi semua kebutuhan kita apa pun yang terjadi esok. Jadi, jauh lebih baik bila kita berlaku bijak dan percaya kepada Tuhan.
Ingat, kekuatiran tidak pernah menyelesaikan masalah! Jadi, janganlah menjadi orang yang suka kuatir! (MRD)

KEKUATIRAN TIDAK MEMPERBAIKI MASA DEPAN
KEKUATIRAN HANYA MERUSAK MASA KINI

Kamis, 18 Maret 2010
RASA AMAN RAHASIA (Mazmur 91)
Perasaan aman merupakan prioritas utama di dunia yang tidak aman dan cepat berubah ini. Sebuah agen investigasi swasta di Florida berjanji untuk “bekerja dengan tekun untuk memulihkan rasa aman dan perlindungan yang patut di-miliki oleh Anda dan keluarga”.
Sang pemazmur menemukan sebuah “tempat rahasia”, di mana ia merasa aman (Mazmur 91:1). Dan kita pun dapat tinggal dengan aman di tempat yang sama. Ia menggambarkannya dengan ungkapan berikut:
Dalam naungan Yang Mahakuasa (ayat 1). Naungan memberikan perlindungan dari panas matahari langsung. Di bawah panas yang terik, naungan mengurangi apa yang sebenarnya kita rasakan. Saat berada di bawah naungan Allah, kita tidak menghadapi panas sepenuhnya dari kesulitan-kesulitan kita.
Tempat perlindungan dan kubu pertahanan (ayat 2). Allah adalah pelindung terkuat yang kita miliki, dan kita dapat berlari kepadaNya untuk meminta pertolongan. Tak satu pun dapat melewati-Nya dan sampai kepada kita kecuali jika hal itu merupakan bagian dari rencana kasih-Nya bagi kebaikan kita.
Di bawah sayap-Nya (ayat 4). Allah itu lemah lembut bagaikan seekor induk burung yang penuh perhatian. Ketika kesulitan mengamuk, Dia menarik kita ke dekat-Nya. Kita tidak perlu takut Dia akan membuang kita-kita adalah milikNya.
Tempat perteduhan (ayat 9). Bapa akan menjadi rumah kita, tempat tinggal kita-sekarang dan selamanya.
Rasa aman sejati hanya dapat ditemukan dalam Tuhan, yang berjanji menyelamatkan dan berada di dekat kita (ayat 15,16). (AMC)

TAK ADA SEORANG PUN YANG LEBIH AMAN
DARIPADA MEREKA YANG ADA DI TANGAN ALLAH

Jumat, 19 Maret 2010
JAUH LEBIH BAIK (Yakobus 4:1-8)
Seorang pria yang tinggal jauh di pedesaan membeli pakaian dengan cara memesan lewat katalog. Selanjutnya ia tinggal menunggu pesanannya dikirim. Pada bagian bawah formulir pemesanan ia membaca pernyataan seperti ini: "Jika kami tidak memiliki persediaan barang yang Anda pesan, bolehkah kami menggantinya dengan barang lain?"
Saat pertama kali ia menulis "ya" sebagai jawaban atas pertanyaan itu, mereka mengiriminya sesuatu yang nilainya dua kali lipat dari harga barang yang ia minta. Perusahaan itu menjelaskan, "Kami minta maaf tidak memiliki persediaan barang yang Anda pesan. Untuk itu sebagai gantinya kami mengirimkan kepada Anda sesuatu yang lebih baik, dengan harga yang lebih mahal."
Sejak itu, pria tersebut selalu menulis besar-besar kata "ya" pada bagian bawah lembar pemesanan. Ia tahu ia tidak akan kecewa dengan barang pengganti yang mereka berikan.
Oleh sebab itu bila kita berdoa, katakan kepadaNya bahwa kita dengan senang hati mengizinkan Dia mengganti permohonan doa kita yang lemah dengan jawaban yang sesuai dengan kehendakNya. Sering kali kita berdoa tetapi permohonan-permohonan kita itu tidak dijawab karena kita secara egois "salah berdoa" (Yakobus 4:3). Sebaliknya, kita perlu meneliti keinginan hati kita dan percaya bahwa Dia dapat memberi jawaban tepat seperti yang kita perlukan. Kita dapat merasa yakin bahwa dengan melakukannya Dia akan mengirimkan kepada kita sesuatu yang jauh lebih baik, ya, "lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan" (Efesus 3:20) (HGB)

JAWABAN ALLAH SELALU LEBIH BIJAKSANA
DARIPADA DOA-DOA KITA

Sabtu, 20 Maret 2010
MENGHADAPI RASA TAKUT (Markus 1:21-39)
Ketakutan tidak selalu rasional. Setelah serangan yang dilakukan teroris pada bulan September 2001 dengan menggunakan pesawat komersial, kami agak terhibur saat mengetahui bahwa secara statistik risiko yang kami hadapi lebih besar saat menaiki anak tangga di rumah daripada saat naik pesawat terbang.
Frank Farley, seorang psikolog di Temple University di Philadelphia, berkata, "Kita sering menilai risiko dengan tidak akurat. Salah satu masalahnya adalah kita menganggap berlebihan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa." Itulah sebabnya teror dan ancaman dapat menimbulkan suasana penuh kecemasan pada setiap orang dan negara.
Bagaimana cara memperoleh kelegaan saat kita dicengkeram rasa takut? Raja Daud memberitahukan caranya kepada kita. Selama melalui masa penuh bahaya dalam hidupnya, ia menulis, "Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku .... Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka" (Mazmur 34:5,8). Dalam hari-harinya yang kelam dan sulit, Daud merasakan perlindungan kehadiran Allah dan terang kasihNya. Itulah sebabnya ia dapat berkata, "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (ayat 9).
Tatkala merasa takut, kita dapat meminta penghiburan kepada Bapa surgawi yang penuh kuasa. MataNya senantiasa tertuju kepada kita dan telingaNya terbuka untuk teriakan kita minta tolong (ayat 16). (DCM)

UNTUK MENAKLUKKAN RASA TAKUT
SERAHKAN RASA TAKUT ITU KEPADA TUHAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar