Minggu, 07 Maret 2010
Oleh : Pdt.Daniel Lukas Lukito
Hidup Benar di Hadapan Allah
(Matius 5 : 3)
(Matius 5 : 3)
Apa yang terjadi dengan hidup kita? Dulu begitu semangat, melayani Tuhan, semangat bekerja, sekarang apakah kita tetap semangat? Dulu lebih baik atau sekarang lebih baik? Khotbah dibukit ditujukan untuk orang percaya. Di dalam khotbah di bukit pada pasal 5:10 ada ucapan “berbahagia orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran”. Ada kata penganiayaan berarti khotbah di bukit ditujukan untuk orang percaya. Pagi ini kita akan belajar salah satu ucapan bahagia “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah. Berbahagia orang miskin dihadapan Allah ada 2 gambaran:
- Orang yang merasa tidak layak dihadapan Allah. Orang yang berdosa tetapi ditebus oleh Tuhan yang maha kudus. Dia merasa tidak layak ditebus oleh kekudusan darahNya yang mahal. Darah Tuhan Yesus begitu mahal bukan murahan, bahkan nilai yang tak terhingga. Sebenarnya kita harus mati tetapi kita diselamatkan. Sadarkah kita bahwa kita tidak layak ditebus oleh darah Yesus? Kita harus dimurkai tetapi ditebus oleh Tuhan. Kita sadar bahwa kita tidak layak. Betulkah kita merasa tidak layak? Ketika seseorang sadar maka kita tidak main-main dalam ibadah / ketika datang kepada Tuhan. Waktu kita ke bioskop berbeda ketika datang ke rumah Tuhan. Sikap datang ke rumah Tuhan harus hormat dan takut. Ketika bangsa Israel datang ke rumah Tuhan, mereka gemetar datang ke rumah Tuhan. Ketika kita ke rumah Tuhan kadang kita merasakan kejenuhan, asal-asalan dan semaunya. Kalau kita mempunyai sikap seperti itu, kita akan tidak sungguh-sungguh dan mempunyai sikap hormat dalam ibadah kita. Jangan kita merasa mengatur waktu. Ada gereja dengan tulisan “gereja hanya satu jam saja” Kalau ada orang merasa berhak atas waktu maka beribadahlah ia ke gereja tersebut, dengan waktu yang singkat. Seharusnya kita tahu, waktu adalah milik Allah, sehingga kita melayani dan beribadah dengan baik karena kita melayani kerajaan Allah. Kita yang tidak layak, dilayakkan untuk melayani Allah yang kudus.
- Orang yang tahu dengan jelas bahwa hidupnya bergantung pada Allah. Terus-menerus bergantung 100 % kepada Allah sehingga tidak menjadi baik hanya di gereja saja. Di gereja memuji Tuhan tetapi di rumah stress, marah-marah. Mengapa kita terlihat baik di gereja saja? Apakah kita berdoa secara pribadi dirumah? Tuhan Yesus mengajarkan kalau berdoa memberi persembahan dan berpuasa tidak diperlihatkan kepada orang lain. Penuh dengan Roh Kudus, tidak perlu diberitahukan kepada orang lain karena orang lain akan melihat ada sesuatu yang lain. Seperti ketika Petrus dan Yohanes di depan Sanhedrin / mahkamah agama, dilihat oleh mereka keduanya orang biasa dan tidak terpelajar, mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus (Kisah Para Rasul 4:1-22) Apakah orang lain melihat kita sebagai pengikut Yesus? Ketika kita makan, bersyukurkah kita untuk makanan itu dan kesanggupan untuk menerima makanan itu? Bukankah banyak yang orang kaya tetapi sakit sehingga tidak bisa menikmati makanan. Adakah ketergantungan kita kepada Tuhan? Ada seorang pemuda di usia 26 tahun terkena stroke. Tetapi pada hari ketiga dia sudah mulai bisa duduk dan menggerakkan badannya. Pemuda ini bisa memberi kekuatan dengan mengatakan “saya dapat menggerakkan satu jari ini saja perlu anugerah Tuhan” Ketika kita bisa menggerakkan tubuh kita semua perlu anugerah Tuhan. Oleh sebab itu ketergantungan kita kepada Tuhan harus terus-menerus ada dalam hidup kita.
Diringkas oleh: Pdt. Susi Raswati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar