Renungan Harian Sepanjang Minggu
Senin 29 Juni 2009
Kekuatan Dalam Kelemahan (2 Korintus 12 : 1-13)
Jika aku lemah, maka aku kuat" (10b). Pernyataan yang paradoks ini, kita kenal dalam perjalanan rasul Paulus setelah melampaui banyak penderitaan dalam upaya penyebaran Injil. Walau Paulus merasa tidak perlu untuk mengungkapkannya kembali, ia bermaksud agar terhindar dari sikap tinggi hati. Meskipun Paulus punya banyak alasan untuk bermegah diri (11-13).
Walaupun telah mengalami peristiwa pertobatan yang hebat (1), Paulus tidak ingin membanggakannya. Sewaktu dia mengungkapkan kembali penglihatannya, ia memperhalus pernyataannya dengan kalimat ada seorang Kristen dan bukan sewaktu saya bertemu Tuhan empat belas tahun yang lalu. Disebutkan juga entah di dalam tubuh, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, selanjutnya ditegaskan `hanya Allah yang mengetahuinya' (2, 3). Lalu Paulus tiba-tiba terangkat ke Firdaus dan mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan kembali oleh manusia (4).
Para ahli menafsirkan bahwa peristiwa ini adalah kisah perjumpaan Paulus dengan Kristus, waktu Paulus berada dalam perjalanan ke Damaskus. Ada juga yang menyebutnya sebagai peristiwa pewahyuan dalam penglihatan akhir zaman. Bagi Paulus semua pengalaman adikodrati tersebut tidak melahirkan kebanggaan diri. Ia malah membanggakan kelemahannya, dengan berpendapat `supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu suatu utusan iblis (7). Berulang kali Paulus memohon kepada Tuhan agar beban itu diangkat dari dirinya. Namun Paulus kembali harus tunduk pada otoritas Tuhan, karena dalam hambatan inilah kuasa Tuhan semakin disempurnakan di dalam diri Paulus (8, 9).
Refleksi: Apakah saat ini Anda sedang merasa teraniaya dalam pelayanan? Ingatlah bahwa dalam kelemahan manusia, kuasa pemulihan Tuhan yang cukup menghasilkan ketaatan, berlimpah (www. Sabda. org).
Selasa, 30 Juni 2009
Di Mana Letak Kebaikannya ? (Matius 27 : 41-54)
Saat menghadapi suatu masalah yang tak kunjung berakhir, seringkali kita berseru, "Saya perlu mukjizat!" Sebuah mukjizat mungkin akan terjadi, tetapi bila tidak, apakah itu berarti kebaikan Allah tidak berlaku?
Izinkan saya mengajukan sebuah pertanyaan lain: Mengapa Jumat Agung, hari tatkala Yesus digantung di atas kayu salib disebut "agung"? Jika sekiranya pada saat itu suatu mukjizat terjadi, mungkin istilah itu tepat digunakan. Bahkan para pengejek yang ada di situ menantang, "Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya" (Matius 27:42). Namun, Yesus tidak menanggapi mereka. Penulis Philip Yancey menggambarkannya sebagai "masa tanpa mukjizat."
Sebenarnya Yesus tak pantas disalibkan. Namun Allah, sesuai dengan tujuan-Nya yang penuh kasih, menggunakan penderitaan yang harus ditanggung Yesus untuk memenuhi kebutuhan utama kita, yaitu "diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya" (Roma 5:10). Itulah sebabnya hari yang mengerikan itu disebut "agung."
Apakah Anda merasa bahwa mukjizat merupakan satu-satunya pengharapan Anda untuk dapat menyaksikan kebaikan Allah? Renungkanlah apa yang telah Kristus lakukan sekalipun lewat penderitaan, Dia menggenapi rencana keselamatan. Renungkan pula bahwa Jumat Agung merupakan hari Kristus yang "tanpa mukjizat." Suatu saat Anda akan mampu melihat kembali masa-masa kelam dalam hidup Anda dan dengan jujur menyebutnya "baik". (JEY) (www. Sabda. org)
ALLAH MENGGUNAKAN HAMBATAN DALAM KEHIDUPAN UNTUK MEMBUAT KITA BERGERAK MAJU.
Rabu, 01 Juli 2009
Mengubah Derita Menjadi Pujian (2 Korintus 1 : 7-11)
Setelah melalui tahun-tahun pelayanan yang menakjubkan dan menghasilkan buah di India, Amy Carmichael menderita sakit dan tidak dapat beranjak dari tempat tidurnya. Sebagai pendiri Dohnavur Fellowship (Persekutuan Dohnavur) yang penuh semangat dan berhati dinamis, ia menjadi alat untuk menyelamatkan ratusan anak lelaki dan perempuan dari kesengsaraan akibat perbudakan seks.
Ketika melakukan langkah penyela-matan untuk membawa kaum muda menuju kemerdekaan rohani melalui Yesus Kristus, ia menulis banyak buku dan puisi yang sampai saat kini masih menjadi berkat bagi para pembacanya di seluruh dunia.
Kemudian penyakit radang sendi menggerogoti tubuhnya sehingga ia menjadi cacat. Apakah ia mengeluhkan penderitaannya atau meragukan Allah? Tidak. Army masih tetap menjadi inspirasi dan tetap membimbing Dohnavur. Ia pun masih terus menulis. Renungan, surat-surat, serta puisi yang ditulisnya penuh dengan pujian kepada Allah dan semangat bagi rekan peziarahnya.
Pada saat penderitaan melanda kita, bagaimana reaksi kita? Apakah kita akan merasa sakit hati, ataukah tetap percaya pada kasih karunia Allah yang selalu menopang kita? (2Korintus 12:9). Apakah kita berdoa dengan khusyuk untuk memberi semangat kepada orang-orang di sekitar kita dengan pertolongan Roh Kudus yang memampukan kita untuk gembira, berani, dan percaya kepada Allah?
Apabila kita bersandar kepada Tuhan, Dia akan menolong kita untuk mengubah penderitaan menjadi pujian. (VCG) (www. Sabda. org)
PUJIAN ADALAH NYANYIAN JIWA YANG MERDEKA
Kamis, 02 Juli 2009
Derita Yang Menumbuhkan (Yakobus 1 : 1-18)
Ketika penderitaan melanda hidup, kita sering bertanya-tanya apa yang telah kita lakukan sehingga pantas menerimanya. Namun yang jelas, Yesus sang Juruselamat yang sempurna pun, menderita selama hidup-Nya di dunia. Dalam Ibrani 5:8 tertulis, "Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya."
Pengarang James Stalker menulis: "Penderitaan tidak selalu menyucikan. Penderitaan dapat membuat watak menjadi buruk dan egois. Namun ada banyak pula keberhasilan yang timbul dari pencobaan. Ada banyak kamar orang sakit yang merupakan suatu kehormatan untuk dikunjungi."
J. Oswald Sanders bercerita tentang kunjungannya ke tempat semacam itu di Australia, tempat Nona Higgens tinggal. Dalam keadaan sakit terus-menerus, ia tidak pernah meninggalkan kamarnya selama lebih dari 40 tahun. Kedua tangan dan kakinya telah diamputasi untuk menahan penyebaran penyakitnya. Setelah memutuskan untuk hidup secara kreatif, ia menamai pondoknya "Harapan Sukacita," tempat ia menyerahkan dirinya dalam doa dan pelayanan rohani. Dengan pena yang diikatkan pada ujung lengannya yang buntung, ia berkorespondensi ke seluruh dunia selama bertahun-tahun dan membimbing ratusan orang kepada Kristus. Penderitaannya mendorong kreativitas di dalam hidup dan pelayanannya.
Jika Anda rindu untuk hidup lebih kreatif, "Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan" (Yakobus 1:2). Sebutlah pergumulan-pergumulan dan derita hati Anda dengan sebutan "derita yang menumbuhkan," dengan penekanan pada kata menumbuhkan!. (JEY) (www. Sabda. org)
BILA ANDA MEMUJI ALLAH DALAM UJIAN HIDUP ANDA BEBAN ANDA AKAN BERUBAH MENJADI BERKAT.
Jumat, 03 Juli 2009
Tiada Penyesalan (1 Petrus 4 : 12-19)
Seorang gadis kecil yang harus menjalani operasi, merasa ketakutan. Untuk membujuk dia, maka orangtuanya kemudian berjanji akan memberinya apa yang telah diingininya sejak lama, yaitu seekor anak kucing. Operasi itu berjalan dengan baik, namun saat pengaruh obat bius mulai sirna, sang anak terdengar bergumam kepada dirinya sendiri, Benar-benar cara yang tidak enak untuk mendapatkan seekor kucing!
Orang-orang kristiani yang mengalami kesukaran sewaktu melayani Tuhan tidak akan merasakan hal seperti itu saat mereka menoleh ke belakang. Memang benar bahwa setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya (2Timotius 3:12). Yesus berkata kepada para murid-Nya, Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku (Matius 16:24). Dia juga meyakinkan mereka bahwa saat Dia kembali ke bumi, Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (ayat 27).
Paulus berkata bahwa penderitaan kita bagi Kristus tidak layak jika dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita (Roma 8:18). Dan Petrus mengatakan, Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya (1Petrus 4:13).
Orang-orang percaya yang bertahan di dalam kesukaran bagi Kristus akan menganggapnya sebagai hak istimewa untuk ambil bagian bersama Juruselamat mereka. Menderita bagi Dia mendatangkan upah yang pasti, tanpa penyesalan. (RWD) (www. Sabda. org)
MELAYANI TUHAN MERUPAKAN INVESTASI DENGAN DIVIDEN KEKAL
Sabtu, 04 Juli 2009
Bersahabat Dengan Yesus (Yohanes 15 : 9-17)
Joseph Scriven (1820-1886), penulis kidung pujian terkenal berjudul What A Friend We Have in Jesus (Persahabatan Seperti Apa yang Kita Miliki Dalam Yesus), tahu benar bagaimana rasanya dukacita dan kesepian. Calon istrinya meninggal karena tenggelam tepat pada sore hari sebelum pernikahan mereka berlangsung. Lalu tunangannya yang berikut juga meninggal, dan lagi-lagi harapannya untuk menikah sirna. Namun persahabatannya dengan Kristus telah menolongnya.
Siapa pun dapat memiliki persahabatan dengan Yesus. Sekitar 17 tahun yang lalu, saya mengenal John, seorang bekas pecandu yang bertemu Yesus pada titik terendah dalam hidupnya. Saat itu ia merasa Tuhan bertanya kepadanya, "Apakah kau ingin seorang sahabat yang menyertaimu selamanya?" John pun meratapi keadaannya, dan sambil terisak ia menjawab, "Ya," maka Kristus hadir dalam hidupnya.
Baru-baru ini John memberitahu saya bahwa ia hendak menjalani transplantasi (pencangkokan) hati. "Kau tahu John," kata saya, "orang-orang yang sinis mungkin akan berkata, “Tampaknya Yesus telah meninggalkan sahabatnya, lihat saja kondisimu sekarang." John menjawab, "Tetapi saya tidak merasa demikian." Lalu ia menambahkan, "Bahkan, jika saya harus meninggal sekalipun saya percaya, Yesus tetaplah sahabat saya."
Dalam Yohanes 15:14, Yesus berkata bahwa kita adalah sahabat-Nya, dan menyatakan bahwa persahabatan ini adalah hubungan dua arah. Namun Dia menambahkan satu hal penting: kita harus berjalan bersama-Nya dalam ketaatan. Hanya dengan demikian kita dapat bersaksi, "Apa pun yang terjadi, Yesus tetap sahabatku". (JEY) (www. Sabda. org)
TAK ADA SAHABAT SEJATI SEPERTI YESUS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar