Renungan Harian Sepanjang Minggu
Senin, 22 Juni 2009
SEANDAINYA. (Yohanes 11:17-32)
Sudah enam hari ibu saya dirawat di ICU. Tiap malam saya atau kakak bergantian menginap di rumah sakit. Karena kondisinya terus membaik, pada malam keenam kami pulang ke rumah untuk beristirahat. Tidak menjagainya. Siapa sangka, malam itu kondisinya merosot! Esok paginya ibu saya tidak sadarkan diri dan meninggal sore harinya. Ada rasa sesal di hati. Mengapa pada saat kritis itu kami tidak ada bersamanya? Seandainya malam itu kami mendampinginya, mungkin kami bisa berbuat sesuatu!
Kita kerap menyesali diri atau situasi ketika tragedi terjadi. "Seandainya aku berbuat ini atau itu, kondisinya pasti tidak separah apa yang terjadi." Waktu Lazarus meninggal, Maria dan Marta menyesal Yesus datang terlambat. Pikirnya, andaikata Yesus datang lebih cepat, Lazarus masih sempat disembuhkan (ayat 21,32). Faktanya, Yesus sengaja menginap dua hari lagi di tempat lain setelah dikabari bahwa Lazarus sakit (ayat 6). Dalam penyesalan, Maria dan Marta sulit menerima bahwa peristiwa kematian Lazarus ada dalam rancangan Tuhan. Baru setelah Lazarus dibangkitkan, mereka paham bahwa bersama Yesus tidak ada kata terlambat atau di luar kendali. Semua hal terjadi seturut rencana-Nya.
Apakah Anda suka menyesali apa yang telah terjadi? "Hidupku pasti lebih baik ... seandainya dulu aku tidak memilih pekerjaan ini. Seandainya aku tidak menikah dengannya. Seandainya aku lebih cermat menanam investasi." Berhentilah berandai-andai! Hadapilah realitas dengan keyakinan bahwa setiap langkah dalam hidup Anda telah diatur oleh Tuhan. Bersama-Nya tidak ada yang di luar kendali.
Renungkan: Kita harus belajar dari kesalahan tetapi tidak boleh terus hidup dalam penyesalan. (JTI)
Selasa, 23 Juni 2009
DATANG TERLAMBAT. (Matius 20:1-16)
Eddie, seseorang yang terang-terangan menyebut dirinya ateis, menjalani seluruh hidupnya selama 50 tahun dengan menyangkal keberadaan Allah. Kemudian ia sakit keras, dan kondisi kesehatannya berangsur memburuk. Saat Eddie berbaring menanti ajal, hampir setiap hari ia dikunjungi beberapa teman kristianinya saat masih SMA. Mereka memberitahukan lagi kepadanya tentang kasih Kristus. Namun, semakin dekat Eddie pada kematian, ia tampak semakin tak berminat mengenal Allah.
Suatu hari Minggu, seorang pendeta berkunjung. Secara mengejutkan, Eddie berdoa bersama sang pendeta dan mohon pengampunan serta keselamatan kepada Yesus. Beberapa minggu kemudian, ia meninggal.
Eddie menyangkal Kristus selama 50 tahun dan ia hanya punya waktu dua minggu untuk mengasihi dan memercayai Dia. Namun karena imannya, ia mengalami kehadiran, kemuliaan, kasih, keagungan, dan kesempurnaan Allah. Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa hal itu tidak adil. Namun, berdasarkan perumpamaan Yesus dalam Matius 20, itu bukan masalah adil atau tidak, tetapi itu merupakan kebaikan dan anugerah Allah (ayat 11-15).
Apakah Anda sudah menanti begitu lama untuk percaya kepada Yesus dan menerima keselamatan-Nya sehingga Anda berpikir bahwa Anda mungkin sudah terlambat? Renungkan pencuri di atas salib, yang menaruh imannya kepada Yesus sesaat sebelum ia mati (Lukas 23:39-43). Percayalah kepada Yesus sekarang juga, dan terimalah karunia hidup kekal dari-Nya. Belum terlambat!.
Renungkan: Jangan berkata, "besok," saat allah berkata, "hari ini!". (JDB)
Rabu, 24 Juni 2009
LEBIH BAIK TERLAMBAT. (Yohanes 3:1-18)
Sekelompok warga senior meminta saya menjadi pembicara tamu dalam acara mereka. Waktu itu saya memutuskan untuk berbicara tentang perkataan Yesus kepada Nikodemus, "Kamu harus dilahirkan kembali" (Yohanes 3:7).
Saat saya berbicara, seorang wanita yang sudah agak tua tampak sedih. Selesai berkhotbah, pada acara minum teh, saya bertanya apakah ia sudah dilahirkan kembali dan sudah mencari Kristus dan pengampunan-Nya. Sambil menunduk ia menggelengkan kepala dan menjawab, "Belum, saya belum pernah melakukannya." "Apakah Anda ingin mencari Dia sekarang?" desak saya dengan lembut. "Saya kuatir sudah terlambat untuk itu," ia menjawab dengan sangat sedih. Saya pun berkata, "Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali!"
Seketika itu juga raut wajahnya menjadi cerah. "Saya baru tahu itu!" katanya. Pada waktu kami berdoa bersama, wanita ini pun menjadi "bayi di dalam Kristus" yang berbahagia. Walaupun masa hidupnya di dunia ini sudah hampir berakhir, namun hidup barunya dalam Kristus abadi untuk selamanya.
Perubahan hidup yang terjadi pada pukul sebelas itu mengingatkan kita bahwa Allah masih terus mengetuk pintu kehidupan kita. Ketukan itu juga menjadi peringatan serius bahwa "keterlambatan" bisa saja terjadi. Seseorang pernah berkata, "Jangan menunggu sampai pukul sebelas untuk diselamatkan karena Anda mungkin akan mati pada pukul 10.30!"
Berapa pun usia Anda, jika Anda belum pernah dilahirkan kembali, carilah Tuhan sekarang, selama Ia berkenan ditemui (Yesaya 55:6).
Renungkan: Pertobatan anda tidak akan pernah terlalu cepat tetapi mungkin dapat terlalu lambat. (JEY)
Kamis, 25 Juni 2009
SUDAH TERLAMBAT. (Markus 9:42-48)
Sebuah agen asuransi berulang kali mencoba meyakinkan seorang pemilik rumah agar mengasuransikan rumahnya, khususnya untuk risiko kebakaran. "Tidak," ujar si pemilik dengan tegas. "Rumah ini dibangun dengan baik, dan dipelihara dengan benar. Rumah saya tidak akan pernah terbakar." Namun suatu hari rumah itu benar-benar terbakar! Bayangkan raut wajah agen asuransi tadi sewaktu melihat pemilik rumah itu dengan tololnya bergegas menemuinya untuk membeli polis asuransi, sementara asap tebal telah membubung ke angkasa dan si jago merah telah melalap rumahnya. Sudah terlambat!
Meski sepertinya tidak masuk akal, kisah di atas mengajarkan tentang kecongkakan yang bodoh dan sikap menunda-nunda pengambilan keputusan. Hal ini penting terutama ketika kita harus mengambil keputusan untuk menghindarkan diri dari apa yang digambarkan Yesus sebagai "api yang tak terpadamkan" (Markus 9:43).
Dengan menebus dosa kita di salib Kalvari, Yesus telah memberikan satu-satunya jalan untuk melepaskan diri dari penghakiman. Namun kita harus membuat keputusan yang penting sebelum menikmati keselamatan itu. Kita harus menerima tawaran keselamatan itu lebih dulu saat segalanya masih berjalan dengan baik, sebelum kematian menjemput kita.
Jangan bodoh. Percayalah bahwa Kristus mati dan bangkit kembali untuk memberi kehidupan kekal bagi Anda, dan terimalah Dia sebagai Juruselamat hari ini juga. Saat ini, selagi masih ada waktu, terimalah hadiah keselamatan dari Allah yang diberikan secara cuma-Cuma.
Renungkan: Anda tidak akan bertobat terlalu cepat karena anda tidak tahu kapan hidup anda akan berakhir. (RWD)
Jumat, 26 Juni 2009
TERLAMBAT!. (Matius 25:1-13)
Suatu kali, Washington Post mengingatkan tentang insiden tragis yang dialami kapal Titanic. Di ruang kendali, petugas sedang sibuk menjalankan tugasnya. Telepon berdering. Satu menit berlalu. Pada menit kedua, si petugas tak mau diganggu karena terlalu sibuk. Menit ketiga pun berlalu sangat cepat. Setelah si petugas selesai dengan tugasnya, barulah ia mengangkat telepon yang pesannya berbunyi, "Ini tempat pengintai pada haluan kapal. Gunung es persis di depan! Putar haluan!" Dengan cepat si petugas ke ruang kendali, tetapi terlambat! "Kebanggaan segala lautan" itu menabrak gunung es dan menewaskan 1.600 jiwa.
Andai si petugas menanggapi telepon itu, mungkin film Titanic tak perlu dibuat. Tiga kesempatan dilewatkan dan ketika hendak menanggapi panggilan itu, ia sudah terlambat! Hal yang sama kerap dilakukan banyak anak Tuhan saat mendengar suaraNya. Kebanyakan dari kita sebenarnya sudah mendengar jelas apa yang menjadi peringatan dan kehendak Tuhan, tetapi kerap kali kita meremehkan semuanya itu.
Bila kesempatan itu ternyata merupakan yang terakhir, maka jika kita tidak serius menanggapinya, bisa-bisa kita pun akan "tenggelam". Firman Allah mengingatkan kita agar selalu berjaga-jaga. Jika tidak demikian, bisa-bisa kita mengabaikan kesempatan yang Tuhan berikan kesempatan untuk bertobat, untuk melakukan kehendakNya, untuk melayani-Nya, atau yang lain. Perbedaan nyata antara lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana dalam bacaan kita adalah bahwa yang bijaksana selalu berjaga-jaga (ayat 4), sementara yang bodoh terlambat menjaga minyaknya (ayat 3,10). Jangan terlambat!.
Renungkan : Saat kita melewatkan kesempatan dari Allah berarti ada kemungkinan bagi kita untuk terlambat. (PK)
Sabtu, 27 Juni 2009
OBAT MUJARAB. (Matius 27:45-55)
Apa persamaan dan perbedaan antara penyakit demam berdarah dan flu burung? Persamaannya adalah jika tidak segera diobati, keduanya dapat membawa kematian bagi si penderita. Perbedaannya, demam berdarah sudah ada obatnya, sedangkan flu burung belum ada obatnya. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka orang cenderung merasa "lebih tenang" jika terserang demam berdarah dibanding jika terserang flu burung. Padahal dulu ketika obat demam berdarah belum ditemukan, di mana-mana orang sangat takut terhadap penyakit ini. Ya, demam berdarah tetaplah sebuah penyakit yang mematikan. Kenyataan ini tidak berubah. Hanya, pada zaman sekarang para ahli sudah menemukan obat untuk penyakit ini.
Demikian juga dengan dosa. Pada kenyataannya, dosa adalah penyakit rohani yang mematikan karena akan membawa si penderita masuk kepada hukuman kekal. Buktinya dapat dilihat pada waktu Tuhan Yesus menanggung dosa manusia di atas kayu salib. Dosa telah membuat Dia ditinggalkan oleh Allah Bapa (ayat 46). Dan, hukuman ini jauh lebih berat dibanding hukuman salib itu sendiri. Akan tetapi, syukur kepada Allah karena dari peristiwa salib itulah kita menemukan "obat paling manjur" yang dapat menghapuskan dosa kita.
Kedua, walaupun "obat" penghapus dosa sudah ditemukan di dalam Kristus, bukan berarti kita boleh tetap merasa tenang jika berbuat dosa. Sebab pada esensinya dosa tetaplah penyakit rohani yang serius di mata Allah. Penyakit rohani yang harus segera dibereskan sebelum terlambat. Kiranya setiap kita menikmati ampuhnya "obat" dari Kristus itu.
Renungkan : Ingat, upah dosa adalah maut tetapi darah Kristus adalah penghapusnya. (RY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar