Minggu, 02 Agustus 2015
Tahun XLVI
DILARANG PAKAI BORGOL
“Supaya kita sunguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1)
Seorang tahanan politik selama bertahun-tahun dikurung di ruangan bawah tanah yang gelap dengan borgol yang berat membelenggu kedua tangan dan kakinya. Ketika terjadi perubahan pemerintahan, tahanan tersebut dibebaskan. Dengan penuh sukacita, tahanan tersebut berjalan keliling kota untuk menikmati udara kebebasannya. Namun orang-orang melihat satu hal yang aneh, tahanan tersebut masih mengenakan borgol di tangan dan kakinya. Ketika seseorang bertanya, mengapa ia tidak melepas saja borgol itu agar benar-benar bebas, ia justru menatap keheranan. “Saya memang dibebaskan dari penjara, tapi apa juga dibebaskan dari borgol-borgol ini?”
Bukankah kita juga seringkali bersikap seperti tahanan itu? Kristus telah membebaskan kita, itu berarti kita benar-benar bebas. Namun kita masih menjalani hidup kita dengan “borgol-borgol” membelenggu kita. Kadang kita mengenakan “borgol pekerjaan” yang menyita waktu dan tenaga kita sedemikian sehingga kita melupakan persekutuan pribadi kita dengan Tuhan. Kadang fokus kita pada Tuhan teralihkan dan kita lebih mengutamakan tata aturan tradisi.
Bekerja adalah tugas kita sebagai manusia. Tuhan menghendaki kita bekerja dan tidak bermalas-malasan. Tradisi pun bukan dosa sepanjang dijalankan dengan wajar, karena tradisi berawal dari pengalaman manusia turun-temurun yang kemudian dibuat menjadi aturan. Namun jika semua itu sudah mengikat kita dengan amat kuat, dapat menjadi “borgol” yang menghambat ibadah kita kepada Tuhan. Maukah kita melepas borgol-borgol itu, dan dengan bebas mereka datang pada Tuhan?
MERDEKA BERARTI SAY NO TO “BORGOL”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar