Renungan Harian 03 - 08 Agustus 2015

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 03 Agustus 2015
YESUS MEMBEBASKAN KITA (Galatia 5:1-6)
Setelah zaman Rasul Paulus, barangkali belum ada orang lain yang menuliskan pengalamannya pada saat mengalami tekanan rohani secara jelas, selain ahli teologi terkenal bernama Agustinus (354-430 M). Meskipun dikaruniai kepandaian yang luar biasa, di masa mudanya ia pernah berkubang dalam kebobrokan moral yang sangat parah.
Sambil mengenang masa lalu, Agustinus mengisahkan pergumulannya, "Saya diikat oleh rantai besi kehendak saya sendiri. Saya cenderung menjadi seorang penderita yang patah semangat, bukannya orang yang memiliki kemauan untuk bangkit. Kehendak itu menjadi senjata makan tuan bagi saya, karena saya telah menjadi apa yang sesungguhnya tidak saya kehendaki."
Banyak di antara kita yang pernah menjalani pergumulan serupa. Kita ingin terbebas dari dosa, tetapi ternyata kita selalu mendapati diri tidak mampu mematahkan rantai kehendak kita. Kemudian, ketika kita percaya kepada Yesus, kita dibebaskan dan dapat menyuarakan kembali lirik kidung pujian karya Charles Wesley: "Lama sudah rohku terbelenggu dalam dosa dan gelapnya kemanusiaanku; mata-Mu memancarkan sinar yang menghidupkan kembali, aku terbangun, tempat aku dikurung tiba-tiba diterangi cahaya! Rantai yang membelengguku terlepas, rohku dibebaskan; aku bangkit, keluar, dan mengikut Dia."
Hanya Yesus, satu-satunya Pribadi yang mampu melepaskan belenggu dosa di dalam hidup Anda. Terimalah Dia sebagai Juru Selamat Anda, dan "kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yohanes 8:32).
KEBEBASAN SEJATI DITEMUKAN DALAM MELAYANI KRISTUS

Selasa, 04 Agustus 2015
TETAP MERDEKA ATAU MENJADI HAMBA? (Galatia 5:1-12)
Apa daya tarik ajaran yang menjadikan usaha menaati hukum Taurat sebagai jalan keselamatan yang membuat orang berpaling dari Injil anugerah? Jawabannya: Gengsi. Menerima anugerah berarti mengaku tidak berdaya. Sebaliknya dengan melakukan Taurat berarti bisa membanggakan diri telah mengerjakan keselamatan untuk diri sendiri!
Paulus menghimbau jemaat Galatia untuk kembali setia kepada ajaran Injil sejati dan menolak injil palsu yang mau memperhamba diri mereka pada Taurat (ayat 1). Orang yang kembali kepada hukum Taurat akan menerima konsekuensi sbb. Pertama, ia ada dalam bahaya di luar keselamatan karena menolak karya Kristus di salib (ayat 2,4). Baginya Kristus tidak dapat menyelamatkan dirinya. Hanya ia sendiri yang dapat menyelamatkan diri melalui menaati hukum Taurat. Kedua, hukum Taurat menjadi alat pendakwa dirinya karena keselamatannya bergantung penuh kepada kemampuannya menaati secara sempurna hukum tersebut (ayat 3-4). Jemaat Galatia sudah memiliki anugerah keselamatan itu, maka mereka seharusnya tidak membiarkan diri disesatkan (ayat 6-9). Namun, Paulus yakin bahwa jemaat Galatia tidak akan murtad. Sebaliknya, mereka akan berjuang melawan penyesat-penyesat itu. Penyesat-penyesat itu harus dibasmi karena kalau tidak mereka akan merusak keharmonisan gereja. Paulus yakin mereka akan dihukum Tuhan (ayat 10).
Gereja harus berani bertindak tegas terhadap orang-orang yang memaksakan berbagai peraturan sebagai syarat untuk diselamatkan. Kalau hal ini dibiarkan akan menimbulkan kekacauan. Akan ada orang-orang yang menyombongkan diri oleh karena mereka sudah taat melakukan peraturan-peraturan tersebut. Sebaliknya juga akan banyak orang merasa bersalah dan berdosa karena tidak dapat dengan sempurna melakukannya.
SETIAP AJARAN YANG MENEKANKAN PERBUATAN MENAMBAHI ATAU BAHKAN MENGGANTIKAN KASIH KARUNIA HANYA AKAN MEMBUAHKAN KESOMBONGAN DAN PERPECAHAN DALAM GEREJA!

Rabu, 05 Agustus 2015
TETAP DALAM KEMERDEKAAN (Galatia 5:1-15)
Seorang tukang sayur memikul dagangannya berjalan menuju pasar di kota. Sebuah mobil bak terbuka berhenti di sampingnya. Sopirnya mempersilakan tukang sayur itu naik ke bak belakang supaya tidak usah berjalan menuju pasar. Namun anehnya, sementara mobil melaju menuju kota, si tukang sayur berdiri di bak mobil dengan masih memikul barang dagangannya. Ilustrasi ini merupakan gambaran mengenai seseorang yang sudah dimerdekakan dari dosa oleh Kristus, tetapi masih memikul dosanya sendiri, seolah-olah ia belum dimerdekakan. Memang ilustrasi tersebut tidak terlalu tepat untuk menjelaskan perikop hari ini.
Perikop hari ini lebih serius daripada apa yang digambarkan oleh ilustrasi di atas. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa kalau orang sudah tahu bahwa keselamatan itu terjadi oleh karena iman kepada Kristus, lalu ia sudah mengalami kemerdekaan dari dosa oleh Kristus, tetapi kemudian ia berpaling dari Kristus lalu menghambakan diri lagi pada penegakan tuntutan Taurat, misalnya dengan menyunatkan dirinya, maka itu berarti orang tersebut tidak menganggap karya Kristus berguna dan berkuasa! Itu artinya dia menolak anugerah Tuhan dan memilih mengerjakan sendiri keselamatannya. Paulus juga menegur keras para pemimpin atau orang yang berpengaruh di gereja Galatia, yang ikut mengeruhkan suasana dengan ajaran dan ajakan mereka yang mengacau (10b). Paulus sendiri tetap konsisten dengan ajaran tersebut.
Ayat 13-15 ditujukan kepada orang-orang yang tidak goyah oleh ajaran sesat, tetapi yang salah mengerti akan kemerdekaan dalam Kristus. Mereka menyangka, merdeka berarti hidup tanpa aturan. Padahal Taurat adalah aturan menjalani hidup bagi orang yang sudah dimerdekakan oleh Kristus, yaitu saling mengasihi (14). Jadi yang terikat Taurat sebagai tuntutan untuk selamat dan yang menyangka Taurat tidak ada gunanya lagi, sama-sama salah. 
KRISTUS MEMERDEKAKAN KITA DARI TUNTUTAN TAURAT AGAR KITA DENGAN KASIH MELAKUKAN TAURAT UNTUK MEMULIAKAN TUHAN DAN MEMBERKATI SESAMA.

Kamis, 06 Agustus 2015
DIUBAHKAN OLEH PUJIAN (Amsal 16:20-24)
Bocah itu bercita-cita menjadi penulis. Ia hidup di London saat krisis ekonomi abad ke-19 tak kalah buruk dari krisis saat ini. Ia hanya bersekolah empat tahun dan ayahnya dipenjara karena tak sanggup melunasi utang. Ia bekerja menempelkan label di botol dan tidur di gudang kumuh penuh tikus. Walau demikian, ia gigih menulis; dan malam-malam ia menyelinap diam-diam agar tidak ditertawakan orang guna mengirimkan naskah. Berkali-kali tulisannya ditolak. Namun, suatu hari seorang editor menerima dan memuji karangannya. Ia pun berjalan pulang dengan pandangan mengabur, air mata berlelehan di pipinya. Pujian dari sang editor berpengaruh kuat baginya, dan turut membentuk jalan hidupnya. Kata-kata itu mengobarkan semangat untuk mengasah keterampilannya. Nyatanya, anak ini di kemudian hari benar-benar menjadi salah satu penulis terhebat sepanjang masa: Charles Dickens.
Ketika berbicara tentang perkataan yang menyenangkan, Salomo juga mengacu pada perkataan yang berpengaruh positif bagi pendengarnya.
Tentu saja bukan sekadar kata-kata manis yang enak didengar. Salomo mengacu pada perkataan orang bijak nasihat, petunjuk, dan penghiburan yang tepat pada waktunya, yang bersumber dari kebenaran firman Tuhan.
Jadi, bukan hanya manis, melainkan juga menguatkan, menyembuhkan, dan membangkitkan harapan.
Kita dapat menemukan perkataan yang menyenangkan itu dengan menekuni dan merenungkan firman Tuhan. Selanjutnya, kita dapat menggunakannya untuk membangun satu sama lain, sehingga kita bersama-sama mendapatkan kekuatan untuk menghadapi pergumulan hidup.
MEREKA YANG MENGGUGAH SEMANGAT SESAMANYA MENGUBAH KEHIDUPAN MENJADI LEBIH BAIK

Jumat, 07 Agustus 2015
IMAN  BERCAMPUR KERAGUAN (Mazmur 42) 
Hati saya hancur saat sahabat saya, Sharon, meninggal dalam kecelakaan mobil. Saya malu mengakuinya, tetapi ketika hidup terasa menyakitkan, acap kali iman saya bercampur dengan keraguan. Ketika Sharon meninggal, saya menyerukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada Allah: 
Tuhan, aku benar-benar tidak memahami-Mu. Mengapa Engkau membiarkannya mati? 
"Tidakkah Kau dengar? Tuhan ialah Allah kekal ... tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya" (Yesaya 40:28). "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku" (Yesaya 55:8). 
Tuhan, Engkau begitu sulit kupahami. Tetapi aku masih penasaran, apakah Kau sudah tidak memedulikan dunia? 
"Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus" (Mazmur 47:9) dan "memerintah dengan perkasa untuk selama-lamanya" (Mazmur 66:7). 
Aku percaya Engkau memerintah dunia ini, tetapi pedulikah Engkau akan kepedihan? Sudahkah Engkau melupakan kebaikan-Mu? 
Aku "baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-[Ku]" (Mazmur 86:5). 
Ya, Tuhan, tak terhitung cara-Mu dalam melakukan kebaikan kepadaku, termasuk mendengarkan berbagai keraguan dan pertanyaanku mengenai Engkau. 
Mungkin jawaban yang Allah berikan melalui firman-Nya tidak mengusir kesedihan kita. Namun, kita dapat selalu berpegang pada kebenaran bahwa Dia bijaksana, berdaulat, dan baik.
SETIAP KEHILANGAN MENYISAKAN RUANG HAMPA YANG HANYA DAPAT DIISI OLEH HADIRAT ALLAH 

Sabtu, 08 Agustus 2015
MANIPULASI (Kisah Para Rasul 5:1-11)
Apabila menilik perbuatan Ananias dan Safira, seberat apakah kesalahan mereka sehingga tak ada kesempatan kedua? Mari cermati hal ini agar kita tak mengulang tindakan mereka: Suasana jemaat mula-mula diliputi kegembiraan karena karya Allah begitu nyata dalam persekutuan orang percaya. Sebagian jemaat menjual harta miliknya; bahkan menjual tanahnya untuk kepentingan kelompok. Ananias dan Safira juga. Akan tetapi, setelah menjualnya, dengan sengaja mereka menahan hasil penjualannya.
Sebetulnya, Petrus serta jemaat mula-mula tidak menuntut Ananias dan Safira menyerahkan keseluruhan   hasil penjualan. Sayangnya, Ananias dan Safira mengaku memberikan seluruhnya, padahal mereka menahan sebagian. Itu sebabnya Petrus bertanya, "Dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" (ayat 8).
Mereka dihukum bukan karena tidak mempersembahkan semua hasil tanahnya, melainkan karena dengan sengaja mereka memanipulasi hasil  penjualan tanah dan berlaku tidak jujur. Barangkali mereka mengharapkan decak kagum dari komunitas jemaat mula-mula, supaya jemaat mengira mereka memberi banyak. Bagi Petrus, ini adalah penipuan terhadap Roh Kudus. Tentu umat dan Roh Kudus tidak sama.  Akan tetapi, Roh Kudus memperhatikan bagaimana orang bersikap terhadap umat Tuhan.
Bagaimanakah sikap kita terhadap jemaat? Apakah kita kerap terjebak dalam manipulasi, yaitu mengambil untung dari persekutuan jemaat? Ataukah kita tulus melayani dan memberi diri di situ? Tuhan melihat hati kita. Jadilah saluran berkat yang menyenangkan hati-Nya. 
KITA TAK PERLU MENCARI PUJIAN SESAMA. TUHAN TAHU MENGGANJAR KITA YANG MENYENANGKAN HATI-NYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar