RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 07 Desember 2015
TAAT DAN SETIA (Matius 2:13-23)
Allah memakai Maria dan Yusuf sebagai alat untuk penggenapan rencana-Nya atas dunia ini melalui kelahiran Yesus di dalam keluarga mereka. Tugas mereka tidaklah mudah, apalagi kemudian diketahui bahwa nyawa Yesus yang masih kanak-kanak itu terancam. Raja Herodes yang mengetahui kelahiran seorang Raja Yahudi melalui orang Majus, lalu berhasrat mencari untuk membunuh Sang Bayi (1). Yusuf yang mengetahui hal itu dari malaikat kemudian segera menyingkir ke Mesir, sesuai perintah malaikat (2). Meski harus menempuh perjalanan berat bersama istri dan bayinya, Yusuf memilih untuk taat.
Benar saja, Herodes yang kemudian tahu bahwa orang-orang Majus tidak kembali menemui dia, lalu memutuskan untuk membinasakan semua anak yang berusia dua tahun ke bawah (16). Kepatuhan Yusuf terhadap perkataan malaikat menggenapkan pemeliharaan Allah atas keluarga Yusuf.
Akan tetapi, tinggal dan membesarkan anak di Mesir bukanlah rancangan Allah bagi Yusuf dan Maria. Maka melalui malaikat yang tampak dalam mimpi, Allah memerintahkan Yusuf untuk kembali ke Israel sebab saat itu Herodes sudah mati (19-21). Lalu lagi-lagi melalui mimpi, Yusuf dipimpin Tuhan untuk tinggal di Nazaret, di daerah Galilea (22-23).
Kita melihat bahwa pimpinan Tuhan terhadap Yusuf nyata di dalam kehidupannya. Pimpinan itu pun diikuti oleh kepatuhan dan kesetiaan Yusuf langkah demi langkah. Maka kita melihat bagaimana nubuat para nabi digenapi, rancangan Tuhan terus berjalan, dan Yusuf serta keluarga kecilnya tetap berada dalam pemeliharaan Tuhan.
Kepatuhan Yusuf patut kita teladani, terutama dalam menjalani tahun baru ini. Biasanya di awal tahun, orang punya segudang tekad untuk memperbaiki hidup. Namun seiring berjalannya waktu, tekad itu memudar, terlupakan, lalu dirumuskan lagi di tahun berikut. Kisah Yusuf mengajar kita untuk taat langkah demi langkah sesuai tuntunan Tuhan.
PIMPINAN TUHAN YANG KITA PATUHI SATU PER SATU MEMBENTUK KITA UNTUK SETIA KEPADA DIA. MAKA KITA AKAN BERTUMBUH DALAM KETAATAN DAN MENGALAMI BUAHNYA KELAK.
Selasa, 08 Desember 2015
TAK AKAN GAGAL (Matius 2:13-23)
Ada kalanya Allah membiarkan orang merajalela dengan kejahatannya. Namun tidak selalu demikian. Ada saat Allah tidak akan membiarkan seorang pun melakukan tindak kejahatan yang menghalangi penggenapan rencana-Nya.
Allah tahu niat jahat Herodes. Itulah sebabnya Ia campur tangan dengan mengutus malaikat untuk memberitahu Yusuf melalui mimpi, agar Sang Bayi kudus bisa lepas dari usaha Herodes untuk melenyapkan Dia (ayat 13-15). Allah punya rencana besar bagi umat manusia dengan menghadirkan Yesus di dalam dunia ini. Oleh karena itu Dia tak akan membiarkan satu orang pun menghalangi terwujudnya rencana itu.
Kembali Yusuf menunjukkan ketaatan. Setelah mendapat peringatan dari malaikat, ia segera bangun. Malam itu juga, keluarga muda itu melarikan diri dari teror yang dapat membinasakan mereka, dan terutama Bayi di dalam kandungan Maria. Pasti tidak mudah melarikan diri dengan wanita yang sedang mengandung di tengah malam buta seperti itu. Namun Yusuf tahu bahwa mereka harus segera pergi.
Benar saja. Herodes memang tidak mengulur-ulur waktu. Ia segera melaksanakan niatnya membinasakan semua bayi yang berumur di bawah dua tahun (ayat 16). Ia tidak mau memberikan kesempatan sedikit pun kepada Bayi itu untuk menjadi besar. Namun Bayi Yesus sudah berada dalam perjalanan ke Mesir. Barulah setelah Herodes mati dan Yusuf mendapat pemberitahuan melalui mimpi, mereka kembali ke Galilea. Rancangan Allah memang tidak pernah gagal! Bahkan orang sekejam Herodes pun tidak akan mampu menggagalkan rancangan itu.
Memang tidak semua orang menyambut kedatangan Yesus ke dalam dunia dengan sukacita, sejak Ia lahir hingga sekarang ini. Bersyukurlah kita yang dikaruniai iman untuk memercayai Dia sebagai Anak Tunggal Allah yang diutus ke dalam dunia untuk menebus manusia.
TUGAS KITALAH UNTUK MEMBERITAKAN KEDATANGAN-NYA AGAR MAKIN BANYAK ORANG YANG BEROLEH KESEMPATAN UNTUK MENDENGAR KABAR BAIK ITU.
Rabu, 09 Desember 2015
KARYA ALLAH DAN PERAN YUSUF. (Matius 2:13-23)
Herodes tetap memutuskan untuk membunuh bayi Yesus meskipun para Majus tidak kembali ke istananya. Untuk memastikan keberhasilan keputusannya, ia memerintahkan membunuh semua anak laki-laki berumur 2 tahun kebawah yang hidup di daerah Bethlehem. Tindakan Herodes itu menunjukkan bahwa ia adalah seorang raja yang sangat kejam (2:17-18) sekaligus menunjukkan kekejaman dan kekuasaannya sia-sia dan tidak akan mampu melawan sang Bayi kudus.
Allah membimbing Yusuf untuk menyelamatkan bayi Yesus lewat mimpi. Dengan menggunakan persembahan dari orang Majus sebagai biaya perjalanan, Yusuf dan Maria melarikan diri ke Mesir. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah selalu berada di depan rencana manusia. Allah tahu Herodes merupakan ancaman bagi bayi Yesus dan Allah tahu bahwa Yusuf sangat miskin, maka Allah mengirimkan orang Majus dan memakai mereka untuk memelihara bayi Yesus. Peristiwa ini juga memperlihatkan kembali kesalehan dan ketaatan Yusuf terhadap perintah Allah. Begitu mendengar Allah berfirman, Yusuf segera mengajak Maria dan bayi Yesus pergi ke Mesir. Setelah Herodes mati, Allah kembali berfirman kepada Yusuf untuk membawa keluarganya pergi ke Nazaret di daerah Galilea, tempat dimana Yesus tumbuh besar dan memulai pelayanan-Nya. Yusuf tidak hanya taat kepada bimbingan-Nya, ia juga melakukan semua perintah- Nya tanpa keraguan sedikitpun.
Penggenapan rencana Allah bagi keselamatan manusia di dalam Yesus Kristus sepenuhnya adalah karya Allah. Namun Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk ikut berperan di dalamnya. Terlebih indah lagi adalah bahwa Allah selalu memberikan bimbingan-Nya agar manusia dapat berhasil dalam bekerja bersama Allah dan menyediakan segala yang dibutuhkannya. Allah hanya menuntut ketaatan tanpa syarat dari manusia yang dipilih untuk bekerja sama dengan-Nya. Karena ketaatannya, Yusuf diperkenankan berperan dalam penggenapan rencana besar Allah bagi manusia 2000 tahun yang lampau.
SAMPAI SEKARANG PUN ALLAH MASIH MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADA ANAK- ANAK-NYA UNTUK BERPERAN DALAM PENGGENAPAN RENCANA-NYA. MAUKAH KITA MENELADANI KETAATAN YUSUF TANPA KERAGUAN SEDIKIT PUN?
Kamis, 10 Desember 2015
MALAM ITU JUGA (Matius 2:13-23)
Di sebuah acara televisi tentang kejadian-kejadian luar biasa, ditayangkan seseorang yang selamat dari terjangan kereta api karena, dalam sepersekian detik, ia sempat mengelak. Orang itu selamat karena bertindak pada saat yang tepat. Sedikit saja ia menunda gerakannya, bisa fatal akibatnya. Namun, tanpa disadari, tidak sedikit orang yang suka menunda sesuatu yang sebenarnya tidak boleh ditunda. Biasanya orang melakukan penundaan karena menganggap hal yang ditunda itu bukan masalah darurat.
Ada penekanan yang perlu diperhatikan dalam bacaan hari ini. Yusuf bermimpi, terbangun, dan "malam itu juga", ia berangkat ke Mesir. Ia tidak menunda tindakannya. Bahkan tidak menunggu pagi. Ia percaya dan langsung bertindak. Yusuf saat itu beda dengan Yusuf yang dulu. Saat ia menerima berita tentang kehamilan Maria, ia berpikir panjang, bahkan nyaris menceraikan Maria (Mat. 1:18-20). Namun Yusuf yang ini adalah Yusuf yang sudah belajar tentang Tuhan. Ia tahu bahwa perkara darurat tidak bisa ditunda. Mirip dengan kejadian saat Abraham diminta untuk menghentikan ayunan pisaunya pada saat akan mengurbankan anaknya (Kej. 22:10-11).
Mungkin kita membaca Alkitab setiap hari. Merenungkannya. Menemukan perintah-perintah-Nya. Namun berapa banyak perintah-Nya kita biarkan? Berapa banyak yang kita anggap, ini bukan perintah yang darurat dan bisa dilakukan kapan-kapan? Tuhan ingin kita peka terhadap perintah-Nya. Bila Dia ingin kita melakukannya saat ini, lakukan saja.
JANGAN MENUNDA MENAATI PERINTAH TUHAN KARENA BISA SAJA TIDAK AKAN ADA LAGI KESEMPATAN UNTUK MELAKUKANNYA
Jumat, 11 Desember 2015
AKIBAT DIMABUK KEKUASAAN (Matius 2:16-18)
Pada satu sisi, Herodes sebetulnya raja yang baik. Selama hampir empat puluh tahun bertakhta, ia berhasil menciptakan perdamaian dan menjaga ketertiban di Kanaan. Ia jugalah yang membangun Bait Allah di Yerusalem. Pada masa-masa sulit yang melanda negerinya, ia memerintahkan penurunan pajak, sehingga rakyat tertolong. Bahkan, ketika terjadi kelaparan hebat, ia tidak segan-segan menggunakan persediaan emasnya untuk membeli gandum bagi rakyatnya yang kelaparan.
Namun di sisi lain, kalau sudah menyangkut kekuasaan, ia sangat keras dan "berdarah dingin". Ia tidak ingin orang lain menyaingi, apalagi melebihi kekuasaannya. Demi kekuasaannya, ia tega membu-nuh istrinya (Mariamne), ibunya (Alexandra), dan tiga anaknya (Antipater, Alexander, dan Aristobulus). Ia seorang paranoid (selalu menaruh takut serta curiga terhadap orang lain). Ketakutan terbesarnya: kehilangan kekuasaan. Karenanya ia akan menghalalkan segala cara untuk mempertahankannya.
Maka, kita bisa membayangkan, betapa gelisahnya Herodes ketika mendengar kabar dari para Majus tentang Raja yang baru lahir di daerah kekuasaannya. Dan, ketika rencana liciknya untuk melenyapkan "Sang Raja" itu kandas, keluarlah perintah mahasadis: pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun.
Begitulah orang kalau sudah dimabuk kekuasaan; akal sehat tumpul, hati nurani tidak berfungsi. Ini bisa terjadi juga dalam lingkup lebih kecil; di kantor (atasan takut tersaingi bawahan), di gereja (pendeta senior takut tersaingi yuniornya), di rumah (suami takut disaingi istri). Akibatnya, ketidaksejahteraan, pertentangan, perpecahan. Semoga kita dijauhkan dari mabuk kekuasaan.
KEKUASAAN PERLU DIIRINGI DENGAN KERENDAHAN HATI SEBAB KALAU TIDAK, SALAH-SALAH BISA MENGHANCURKAN DIRI SENDIRI
Sabtu, 12 Desember 2015
KEKUATAN IMAN (Lukas 17:5,6)
Seberapa besar iman yang harus kita miliki? Bisa jadi inilah pertanyaan yang mendorong para murid untuk meminta kepada Tuhan Yesus, "Tambahkanlah iman kami!" Dan, jawaban yang mereka terima sangat mengejutkan, "Sekiranya kamu mempunyai iman sekecil biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu" (Lukas 17:6).
Biji sesawi tergolong biji-bijian yang sangat kecil. Diameter biji ini kurang lebih satu milimeter, bahkan ada yang lebih kecil dari itu. Ada yang berwarna kekuningan, ada yang kecoklatan, ada juga yang berwarna hitam. Begitu kecil ukuran biji sesawi ini, sehingga orang bisa sangat sulit memegangnya. Dan biji sesawi yang sangat kecil ini justru dijadikan "ukuran" oleh Tuhan untuk menunjukkan kekuatan iman yang besar.
Iman melewati batas-batas perhitungan akal. Apa yang menurut akal sulit, bahkan tidak mungkin, bisa terjadi di dalam iman. Tembok Yerikho menjadi bukti betapa kekuatan iman mampu meruntuhkan tembok (Yosua 6:1-27). Akal sehat kita tentu akan sangat sulit membayangkan tembok yang kokoh dan kuat itu runtuh, tetapi iman memungkinkan segala sesuatu terjadi.
Karena itu, jangan berkecil hati jika kita tengah menghadapi "jalan buntu"; kesulitan dan hambatan bertumpuk di depan kita seolah-olah mustahil dilampaui. Jangan undur. Tetaplah berpaut pada iman, sebab di dalam iman selalu ada pengharapan akan adanya jalan keluar. Kadang-kadang hal itu dapat terwujud dengan cara dan waktu yang sama sekali tidak terduga. Sungguh
APA YANG TIDAK MUNGKIN BAGI AKAL MUNGKIN BAGI IMAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar