Renungan Harian 19 - 24 Oktober 2015

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 19 Oktober 2015
SIAPA YANG ANDA LAYANI? (Wahyu 2:1-7)
Perikop ini adalah surat pertama dari tujuh surat yang dituliskan untuk ketujuh jemaat di Asia kecil. Mereka ini benar-benar pernah ada di dalam sejarah. Pesan yang disampaikan kepada setiap gereja karena adanya masalah yang terjadi di dalam gereja itu. Tiap-tiap gereja mewakili keadaan gereja di sepanjang sejarah sehingga pesan yang ada di dalamnya tetap relevan sampai masa kini.
Surat yang pertama ditujukan kepada jemaat di Efesus. Di dalam surat ini, jemaat Efesus dipuji oleh Tuhan Yesus karena mereka adalah jemaat yang kuat dan giat di dalam pelayanan. Mereka dikenal sebagai jemaat yang rajin, tekun, memiliki pengajaran yang sehat dan kemampuan untuk membedakan ajaran sesat dan nabi-nabi palsu serta kemampuan mereka bertahan di dalam penderitaan yang hebat (2-3). Gereja ini tidak terpengaruh oleh lingkungan mereka dan telah menjadi gereja teladan.
Meskipun jemaat Efesus giat di dalam berbagai bentuk pelayanan, Yesus mencela mereka karena ada hal yang sangat penting telah hilang, yakni mereka telah meninggalkan kasih yang semula (4). Penyakit rohani ini sedemikian parah, sehingga Yesus mengingatkan betapa dalamnya mereka telah jatuh dan menegur dengan teguran keras agar mereka berbalik dan bertobat (5).
Apa artinya "kasih yang semula"? Mereka telah jatuh ke dalam perangkap melakukan kegiatan, tetapi meninggalkan pribadi kepada siapa kegiatan itu dilakukan. Mereka lupa bahwa karena Yesus dan untuk Dialah semua itu mereka kerjakan. Melayani pekerjaan-Nya telah menjadi lebih penting daripada mengasihi dan memelihara hubungan pribadi dengan-Nya. Berbicara dengan Yesus telah digantikan dengan berbicara tentang Dia. Mereka telah meninggalkan cinta pertama mereka Yesus!
Kegagalan gereja Efesus menjadi pelajaran berharga bagi gereja Tuhan sepanjang sejarah dan bagi setiap orang percaya. Begitu mudah kita terlibat aktif di dalam kegiatan pelayanan dan melupakan Tuhan Yesus, pribadi yang kita layani.
SIAPAKAH YANG ANDA LAYANI, PEKERJAAN TUHAN ATAUKAH TUHAN?

Selasa, 20 Oktober 2015
KASIH YANG MULA-MULA. (Wahyu 2:1-7)
Diperkirakan jemaat Efesus sudah berumur lebih dari 40 tahun ketika Kristus menyampaikan surat ini melalui Yohanes. Generasi saat itu tidak memiliki antusias yang sama seperti para pendahulu mereka pada masa penyebaran Injil mula-mula. Kristus memperkenalkan diri-Nya sebagai Pemegang ketujuh bintang di tangan kanan-Nya, yaitu utusan atau pelayan Kristus yang sejati, dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas. Hal ini berarti Kristus menguji dan mengetahui apa yang terjadi dalam setiap jemaat. Jemaat ini memiliki kelebihan yang dipuji Kristus: (ayat 1). Pekerja keras dalam ketekunan; (ayat 2). Aktif dalam kegiatan dan pekerjaan; (ayat 3). Sangat tegas dalam hal pengajaran mereka menguji rasul-rasul palsu dan mendapati kesesatan mereka; (ayat 4). Sabar menderita karena nama Tuhan; (ayat 5). Dalam kesulitan dan penderitaan yang dialami itu mereka tidak mengenal lelah! Jika keadaannya demikian mengagumkan mengapa Kristus mencela mereka? Karena menurut Kristus mereka telah meninggalkan kasih yang semula. Kelima pujian tersebut ternyata dilakukan bukan karena cinta kasih kepada Tuhan tetapi semata-mata hanya menjalankan tugas dan kewajiban yang harus dipenuhi.
Menurut jemaat Efesus mereka telah menjalani segala tuntutan kewajiban dan tugas mereka sebagai umat Tuhan. Mungkin bagi mereka itu sudah “memuaskan” Tuhan. Tetapi mereka melupakan hal yang esensi dari tuntutan Tuhan tersebut. Sebenarnya, jika mereka mengikuti alur atau koridor yang Tuhan tetapkan bagi umat percaya, maka segala kewajiban dan tugas itu baru lengkap sempurna jika didasari oleh cinta kasih Tuhan. Artinya, antara cinta kasih, tindakan yang benar, dan kesetiaan pada pengajaran yang benar harus berjalan seimbang dan harmoni dalam kehidupan umat Allah.
BERJERIH LELAH, BERTEKUN, KETAT DALAM PENGAJARAN, SABAR MENDERITA BAGI TUHAN TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DENGAN CINTA KASIH TUHAN YANG MULA-MULA DALAM KEHIDUPAN KITA.

Rabu, 21 Oktober 2015
LUPA KASIH YANG SEMULA (Wahyu 2:1-7)
Soren Kierkegaard mengarang cerita tentang seorang pria dari negeri Barat yang datang ke Tiongkok dan menjalin cinta dengan seorang wanita di sana. Ketika pulang ke negeri asalnya, ia berjanji kepada sang wanita untuk mempelajari bahasa Mandarin supaya mereka dapat saling menulis surat cinta. Ia memenuhi janjinya dengan belajar bahasa Mandarin sampai ke perguruan tinggi. Bahkan, ia menjadi guru besar bahasa itu. Namun, ia akhirnya lebih mencintai bahasa Mandarin dan profesi barunya sebagai guru besar. Ia tak lagi peduli untuk menulis surat kepada sang kekasih, apalagi kembali ke Tiongkok. Ia melupakan kasihnya yang semula kepada sang kekasih.
Hati kita miris membaca ironi cerita di atas. Namun demikian, ironi ini kerap dilakukan anak-anak Tuhan. Itu pulalah yang terjadi di tengah-tengah jemaat Efesus. Di satu sisi, mereka memiliki aneka prestasi yang mengagumkan. Mereka suka berjerih lelah, tekun melayani, rajin menguji ajaran palsu, dan sabar menderita bagi Tuhan (ayat 2-3, 6). Akan tetapi, Tuhan tetap mencela dan menegur mereka. Mengapa? Karena, jauh di dalam hati, mereka sudah kehilangan kasih yang semula kepada-Nya (ayat 4). Aktivitas mereka yang secara lahiriah sangat padat dan sibuk, tidak dibarengi dengan kedalaman kasih mereka kepada Tuhan.
Apakah kita memiliki kecenderungan seperti jemaat di Efesus? Kita suka melayani. Kita menegakkan ajaran yang benar. Kita mau menderita bagi Tuhan. Akan tetapi, kita sudah melupakan kasih yang semula kepada Tuhan. Camkanlah peringatan Tuhan Yesus ini dan bertobatlah sekarang juga.
INILAH PERMOHONANKU YANG TULUS: LEBIH MENGASIHI ENGKAU, OH KRISTUS! (HOWARD DOANE)

Kamis, 22 Oktober 2015
KESEMPURNAAN YANG DICELA (Wahyu 2:1-7)
Menilik hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang Efesus, tidak salah jika mereka dipandang sebagai gereja yang sempurna! Jemaat ini sangat giat dalam pekerjaan Tuhan, tekun dalam iman kepada Kristus, gigih menghadapi rasul palsu dan ajaran sesat (ay. 2). Jemaat ini tidak pernah bosan mengiring Tuhan (ay. 3). Mereka pun membenci kejahatan (ay. 6). Gambaran gereja yang sempurna, bukan?
Namun, mengapa Tuhan malah mencela mereka? Tuhan menyebutkan bahwa mereka bersalah karena telah meninggalkan kasih yang semula (ay. 4). Hal-hal luar biasa yang mereka lakukan itu menjebak mereka dalam kesombongan rohani sehingga mendinginkan kasih mereka kepada sesama dan Tuhan (bd. 1 Yoh 4:20-21). Kesibukan dan kecintaan mereka pada hal-hal rohani justru mengikis cinta yang utama, yaitu kepada Tuhan dan sesama. Tuhan mengingatkan jemaat ini untuk bertobat dan kembali kepada kasih yang semula; jika tidak, Tuhan akan mengambil kaki dian (semua pelayanan) itu dari hidup mereka (ay. 5).
Tuhan, Sang Empunya pelayanan (kaki dian), mempercayakan pelayanan kepada kita, gereja-Nya, sebagai penyalur terang kasih dan berkat-Nya bagi sesama. Apalah artinya gereja yang begitu giat melakukan kegiatan rohani, punya banyak karunia, punya pengetahuan hebat tentang Alkitab, namun menolak untuk berbelas kasih kepada saudara seiman dan orang yang tidak mengenal Tuhan? Mari indahkan peringatan-Nya dan kembali pada apa yang dikehendaki-Nya. Kiranya hidup kita senantiasa digerakkan oleh kasih yang semula.
SESEMPURNA APA PUN AKTIVITAS ROHANI YANG KITA LAKUKAN, JIKA KITA TIDAK MENGASIHI SESAMA, TUHAN JUSTRU MENCELANYA

Jumat, 23 Oktober 2015
KETINGGALAN (Wahyu 2:1-7)
Ada pengalaman unik di perjalanan bisnis paman saya. Mobilnya berhenti di pom bensin untuk mengisi bahan bakar. Setelah tangki penuh, sopir segera membawa mobil melaju. Sementara paman tertinggal karena sedang berada di kamar kecil. Setibanya di tujuan barulah sopir itu menyadari bahwa atasannya tidak berada bersamanya di dalam mobil.
Jemaat di Efesus boleh diacungi jempol untuk banyak hal. Ibarat kendaraan mereka melaju cukup kencang dengan tangki bahan bakar penuh. Dalam hal kegiatan, mereka tidak mengenal lelah. Kesediaan mereka dalam berkurban tidak perlu disangsikan. Pengajaran tidak perlu ditanya: mereka demikian kokoh. Sedikit saja ada ajaran sesat, langsung dibabat. Namun, Tuhan Yesus justru mencela mereka. Mengapa? Karena “penumpang utama” yang harus ada di tengah sebuah jemaat yaitu kasih justru tidak turut serta. Tertinggal jauh di belakang karena “... engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula” (ay. 4).
Apa yang dilakukan oleh sopir paman saya tadi? Betul. Ia segera memutar kemudi menuju pom bensin untuk menjemput atasannya. Di tengah lajunya aktivitas pelayanan, gereja bisa kehilangan kasih. Begitu pun pasangan yang sudah bertahun-tahun menikah, kasih bisa saja pudar. Jika hal itu terjadi, Anda mutlak harus “memutar arah”. Bertobat. Berbalik arah. Segera kembali melakukan apa yang semula Anda lakukan (ay. 5): bertekun saling mengasihi. Bergegas “menjemput” kembali apa yang ketinggalan itu: kasih. Bersediakah Anda?
TIDAK PERLU MALU UNTUK BELAJAR KEMBALI SALING MENGASIHI DARI AWAL,
DARIPADA KASIH, SEBAGAI PENUMPANG UTAMA INI TERTINGGAL

Sabtu, 24 Oktober 2015
SUNGAI YANG KERING (Wahyu 2:1-5)
Setiap kali ke kampung halaman Papa, kami harus melewati sebuah sungai. Saya ingat, waktu SD saya harus menyeberangi sungai itu dengan sangat hati-hati karena sungai itu begitu lebar dan airnya sangat deras. Namun, kini sungai itu telah kering. Sungai itu-kata para penduduk-perlahan-lahan semakin dangkal, sampai kini tampak seperti badan jalan saja. Ha-nya batu-batu besar yang masih ada menjadi pertanda bahwa dulu di tempat itu pernah ada sebuah sungai besar.
Hidup rohani kita juga bisa "mengering". Tadinya, jemaat Efesus begitu taat dan bekerja sungguh-sungguh untuk Tuhan. Bahkan, mereka rela menderita dan tak kenal lelah melakukan pelayanan (ayat 2, 3). Namun Tuhan mencela mereka, karena mereka menjadi "kering" (ayat 5). Mereka menganggap diri hebat, paling benar, paling suci. Mereka terjatuh dalam kesombongan rohani dan kehilangan kasih mula-mula. Itu sebabnya, Tuhan mendesak mereka bertobat dan kembali pada kasih yang semula.
Kekeringan rohani bisa melanda siapa saja. Jemaat Efesus adalah buktinya. Proses itu biasanya berlangsung perlahan, seperti sungai kenangan saya-yang perlahan mendangkal dan akhirnya mengering. Kekeringan rohani itu bahkan bisa terjadi tanpa disadari. Dan, kita bisa mengalami kejatuhan yang amat dalam. Mari periksa kondisi rohani kita saat ini. Perhatikanlah, apakah kita masih bersukacita penuh atas hidup kita, pelayanan kita, dan doa-doa kita? Apakah kita masih bisa menikmati pujian dan penyembahan kita? Apakah hati kita nyaman beribadah dalam hadirat-Nya? Jika ada "sesuatu" yang terasa berbeda, segera temukan lagi semangat rohani kita agar tidak "telanjur mengering" 
JANGAN BERHENTI MEMERIKSA KESEHATAN ROHANI KITA AGAR KITA DIDAPATI TERUS HIDUP DAN BERTUMBUH DI DALAM TUHAN

1 komentar: