Renungan Harian 12 - 17 Oktober 2015

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 12 Oktober 2015
BERHENTI BERHITUNG (Efesus 2:1-10)
Carut marut kondisi lalu lintas di kota besar membawa berkat tersendiri bagi pengatur lalu lintas dadakan yang lebih dikenal sebagai ‘polisi cepek’. Tak dapat dipungkiri, ketika jalanan macet, kehadiran mereka cukup membantu. Sayang, ketika jalanan lancar, mereka tetap hadir demi mengais rupiah. Tak jarang mereka malah jadi biang kemacetan. Nah, saya tak pernah memberi uang pada polisi cepek saat jalanan lancar. Mereka tidak melakukan apa pun untuk saya, mengapa saya harus memberi mereka uang? 
Menanggapi sikap itu, istri saya berkata, “Kamu belum mengerti makna kasih karunia.” Saya tertegun. Betapa saya sudah menjadi orang yang penuh perhitungan. Memang kita tidak harus memberi uang pada polisi cepek tadi, tapi saya belajar prinsip memberi: bukan berdasarkan apa yang sudah orang lain lakukan bagi saya.
Kita terbiasa hidup dalam suatu pola di mana kita harus melakukan sesuatu terlebih dahulu sebelum kita pantas menerima upah. Syukurlah, sebagai orang percaya, kita diselamatkan bukan atas hasil usaha kita. Kita tak melakukan apa-apa; semua pemberian Allah semata (ay. 8). Bukan karena keselamatan tak berharga. Justru sebaliknya. Keselamatan itu teramat berharga. Segala sesuatu yang kita lakukan tak akan membuat kita pantas menerimanya. Allah tak menuntut kita melakukan sesuatu terlebih dahulu agar kita pantas diselamatkan. Itulah makna kasih karunia. Semoga kasih karunia yang sudah kita terima mengajar kita untuk tak selalu berhitung ketika memberi pada sesama.
JIKA ALLAH MENGHITUNG-HITUNG KEBAIKAN DAN KEBURUKAN KITA, BAGAIMANA MUNGKIN KITA DAPAT DISELAMATKAN?

Selasa, 13 Oktober 2015
KASIH KARUNIA (Efesus 2:1-10)
Kita kerap mendengar kata anugerah, tetapi seberapa banyak yang menghayati dan mengalaminya? Sebagian merasa tak layak menerimanya karena dosa yang begitu banyak. Sebagian yang lain merasa layak menerimanya karena selama ini menjalani kehidupan dengan baik. Namun, anugerah tidak ditentukan oleh baik atau buruknya diri kita. Anugerah semata-mata inisiatif Tuhan. Anugerah tidak lahir di meja perundingan di mana kita menukarkan kebaikan kita dengan anugerah Allah. Anugerah bukan penghargaan yang diberikan kepada yang paling saleh. Anugerah bukan gelar yang diwariskan kepada orang yang paling religius. Anugerah ialah pemberian Allah. Bukan karena perbuatan kita, talenta dan potensi kita, atau gagah dan kuat kita.
Kita menyadari bahwa kita adalah manusia berdosa, yang tengah berjalan menuju kebinasaan kekal yang sangat mengerikan. Di tengah keputusasaan itu, terdengar suara yang mendengungkan anugerah Allah memanggil kita. Kita mendengar suara-Nya dan hati kita menjerit; menyadari bahwa kita adalah orang berdosa yang memerlukan Juru Selamat. Hidup kita makin tenggelam menuju maut dan kita memerlukan anugerah Allah untuk mengangkat dan menyelamatkan kita.
Hari ini Tuhan mungkin menjungkirbalikkan pemahaman kita tentang anugerah. Bersyukurlah bahwa Allah memilih kita bukan karena kita baik. Bersyukurlah bahwa Allah memilih kita bukan karena kita punya potensi dahsyat melayani Tuhan. Bersyukurlah bahwa Allah memilih kita bukan karena apa yang kita lakukan. Namun, karena inisiatif Allah yang penuh kasih, kudus, dan mulia.
BUKAN KEJAHATAN MAUPUN KEBAIKAN KITA YANG MENGGERAKKAN KASIH KARUNIA ALLAH, ITU INISIATIF KASIH-NYA SEMATA

Rabu, 14 Oktober 2015
DUA MALAIKAT (Efesus 2:1-10)
John Newton, penulis lagu Amazing Grace, berkata, “Andaikan Allah menugasi dua malaikat di surga secara bersamaan. Yang satu menjadi pemimpin negara terbesar di dunia. Yang lain menyapu jalanan di desa yang sangat kotor. Maka, mereka tidak akan memprotes. Apa pun tugas yang diberikan, akan mereka kerjakan. Mengapa? Karena ada sukacita sejati dalam menaati Allah. Bagi pengikut Kristus, yang terpenting bukan apa tugas Allah untuk kita; tetapi bahwa kita melakukan keinginan Tuhan.” 
Demikianlah Tuhan ingin kita menjalani setiap peran yang ditugaskan pada kita. Tuhan tidak memberikan tugas yang seragam justru agar kita dapat saling melayani dan melengkapi. Lalu, mengapa kita tidak perlu mencemburui orang lain, yang perannya mungkin tampak lebih terhormat atau lebih nyaman? Dasarnya: Tuhan tidak membedakan peran. Bagi-Nya, setiap peran sama mulia, asal dilakukan dengan taat. Maka, Tuhan memberikan sukacita yang sama kepada setiap hamba yang setia.
Ya, bukankah seharusnya kita selalu ingat bahwa kita ini adalah hamba Kristus? Yang bahkan seharusnya tidak berhak apa-apa atas hidup kita sebab tadinya kita adalah terhukum yang siap dieksekusi. Namun, karena rahmat-Nya, Dia memberi kita hidup baru. Dia membangkitkan kita dan memberikan hidup yang berarti, yakni hidup dalam setiap pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya (ay. 10). Itulah tugas yang kita miliki hari ini. Dia sudah menetapkannya bagi kita. Terimalah dengan sukacita, lakukanlah dengan hati bersyukur!
DALAM SETIAP PERAN YANG KITA MAINKAN DALAM KEHIDUPAN, KIRANYA TERPANCAR SYUKUR ATAS KASIH TUHAN YANG TAK TERUKUR
Kamis, 15 Oktober 2015
PUISI ALLAH (Efesus 2:1-10)
Puisi yang baik termasuk karya seni bernilai tinggi, disajikan dengan pemilihan kata yang jitu dan bernas. Penyair yang terampil dapat menghasilkan puisi yang elok dan sarat makna, serta dapat dikenang sampai berabad-abad. Dan, setiap puisi yang baik memiliki keunikan dan keindahan tersendiri. 
Puisi berasal dari kata Yunani poieĆ“, yang darinya kata poem (syair atau sajak) dan poetry (puisi) berasal. Kata ini juga dapat berarti “ciptaan” atau “buatan” seperti yang dipakai Paulus dalam ayat ini. Ia mengingatkan jemaat Efesus bahwa masing-masing orang percaya adalah hasil karya Allah yang unik di dalam Kristus. Masing-masing didesain Allah secara khusus dengan tujuan tertentu yang Dia siapkan. Manusia bukanlah produk massal buatan pabrik; masing-masing orang ibarat karya khusus yang dirancang seorang ahli. Itulah sebabnya tidak ada manusia yang persis sama dengan orang lain, baik secara fisik maupun kepribadiannya. Tiap-tiap orang adalah karya Allah yang istimewa.
Paulus mengingatkan orang percaya untuk menyadari identitas mereka: orang yang sudah diselamatkan karena anugerah, dengan tujuan agar nama Tuhan dimuliakan. Masing-masing kita dirancang untuk memuliakan Dia dengan beragam cara. Dia mau kita menjadi diri sendiri sesuai dengan rancangan-Nya. Artinya, kita menerima diri sendiri dan berkarya bagi Allah, tidak berusaha menjadi orang lain yang mungkin lebih hebat menurut kita. Dengan menyadari hal ini, kita akan semakin menghormati diri sendiri dan orang lain. Ingatlah, Anda adalah puisi Allah.
SEBAGAI PUISI ALLAH, KITA MEMILIKI PESAN DAN KEINDAHAN TERSENDIRI
UNTUK DIBAGIKAN KEPADA DUNIA

Jumat, 16 Oktober 2015
MELAKUKAN  PEKERJAAN  BAIK (Efesus 2:8-10)
Jika Anda sangat mencintai seseorang, Anda pasti ingin memiliki tujuan yang sama dengannya. Demikian pula halnya dengan Bapa surgawi. Dia mengasihi Anda dan rindu agar Anda terlibat untuk ikut mewujudkan tujuan-tujuan-Nya yang mulia. Memang bukan berarti Allah sangat membutuhkan kita, namun tujuan-Nya bagi masing-masing hidup kita tidak akan dapat dipenuhi tanpa kerja sama kita.
Terkadang kita enggan menekankan fakta ini. Dengan bebas kita mengutip Efesus 2:8,9, “Karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” Namun, tanpa bermaksud menentang atau bersikap sombong, kita berhenti di situ dan menghindari ayat 10 yang berbicara tentang “pekerjaan baik.” Namun maksud Paulus jelas—kita memang tidak diselamatkan oleh pekerjaan baik, tetapi kita diselamatkan untuk melakukan pekerjaan baik.
Sama misteriusnya dengan itu, sebelumnya Allah telah menyiapkan pekerjaan baik untuk kita lakukan, sehingga ketika kita memenuhinya berarti kita menjadi kawan sekerja Allah (1 Korintus 3:9). Pencipta biola Stradivarius yang hebat dengan jelas berbicara tentang Allah: “Dia tidak dapat menciptakan biola-biola Antonio Stradivari tanpa bantuan Antonio.”
Allah telah merancang untuk memberkati orang lain secara unik melalui Anda. Allah pun mmebuat Anda bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan orang lain. Dan, ingatlah, jika Dia memakai Anda, kembalikanlah segala kemuliaan bagi Dia. (JEY)
IMAN TIDAK BERARTI APA-APA TANPA TINDAKAN

Sabtu, 17 Oktober 2015
ANUGERAH YANG MENDIDIK (Titus 2:11-15)
Pernahkah Anda mendengar pertanyaan bernada miring seperti ini: “Enak sekali ya menjadi orang Kristen? Tinggal percaya kepada Yesus kemudian diselamatkan. Boleh seenaknya berbuat apa saja kemudian dosa-dosanya diampuni.” Inilah anggapan sementara orang yang tidak mengerti ajaran kekristenan yang sesungguhnya.
Memang benar kekristenan mengajarkan bahwa keselamatan adalah anugerah Tuhan semata (ay. 11; bandingkan Efesus 2:89). Hal ini berarti tidak ada peran serta atau usaha manusia sedikitpun, semua murni pekerjaan Tuhan. Anugerah diperlukan karena tidak ada cara lain, termasuk perbuatan baik manusia sekalipun, untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Tetapi bukan berarti orang Kristen setelah diampuni dan diselamatkan kemudian boleh berbuat apa saja. Orang yang sudah mendapatkan anugerah Allah akan belajar siapakah Allah, karakter dan kehendak-Nya. Pengenalan akan Allah selanjutnya memberinya motivasi untuk hidup selaras dengan kehendak-Nya. Inilah yang dikenal banyak orang sebagai hidup baik (ay. 14). Ia punya keinginan untuk tidak berbuat dosa karena dosa hakikatnya adalah melawan kehendak Allah. Anugerah dan didikan untuk hidup baik adalah satu paket yang diterima bersama-sama.
Sudahkah kita menerima didikan Tuhan untuk hidup baik ketika kita mendapat anugerah-Nya? Jangan sampai kita mau menerima anugerah-Nya, tetapi menolak ajaran-Nya. Melalui kesaksian kita, biarlah orang menyaksikan kemuliaan anugerah yang Tuhan berikan kepada kita.
KETIKA KITA MENERIMA ANUGERAH, KITA AKAN BELAJAR DARI SANG PEMBERI ANUGERAH

1 komentar: