Renungan Harian 02 - 07 November 2015

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 02 November 2015
SAHABAT (Filipi 2)
Saya memiliki beberapa sahabat. Kami sering berbagi hingga hal-hal pribadi. Uniknya, ada sahabat yang memiliki sifat, kebiasaan, dan bentuk tubuh yang kontras dengan saya. Toh kami tetap bersahabat erat karena kesamaan tujuan hidup. Kami memiliki hasrat kuat untuk saling memahami, menghargai, menerima, memperhatikan, dan menolong. Melalui hubungan ini, kami belajar bertumbuh di dalam kasih.
Rasul Paulus pun tidak berjuang sendiri. Ia memiliki beberapa sahabat. Ia menerapkan prinsip persahabatan dari ajaran Kristus. Kasih dan belas kasihan menjadi dasar yang menghasilkan banyak perilaku positif. Oleh kasih, kita saling menghibur dalam Roh, saling menasihati, sehati, sepikir, sejiwa, dan satu tujuan (ay. 1, 2). 
Mendahulukan kepentingan orang lain dan merendahkan diri menjadikan persahabatan begitu indah. Meskipun Timotius dan Epafroditus sangat penting bagi Paulus yang sedang dipenjara, Paulus berencana mengirimkan mereka kepada jemaat di Filipi. Paulus pernah sangat sedih ketika Epafroditus sakit dan hampir meninggal. Rasa rindu antara Paulus, Epafroditus, Timotius, dan jemaat di Filipi menandai persahabatan mereka yang murni.
Bila Anda memiliki sahabat, rekatkanlah persahabatan Anda dengan kasih Kristus. Belajarlah menerapkan kasih itu dalam bentuk saling menguatkan dan saling menasihati dengan lembut. Layanilah sahabat Anda dengan memperhatikan kebutuhannya dan dalam kerendahan hati.
PERSAHABATAN ADALAH SARANA UNTUK BELAJAR MENGASIHI DAN DAPAT MENOLONG KITA LEBIH TEGAR MENGHADAPI PENDERITAAN

Selasa, 03 November 2015
APAKAH YANG UTAMA? (Filipi 2:1-11)
Atmosphere Restaurant adalah restoran tertinggi di dunia karena berada di lantai 122 Burj Khalifa, Dubai (gedung tertinggi dunia dengan ketinggian 800 meter). Menu yang ditawarkan adalah makanan Eropa. Dan, para tamu disarankan memesan sebelumnya, agar pihak restoran bisa menghadirkan pengalaman khusus, yang membuat orang datang kembali. Ya, bagi orang-orang kaya baik di negara kaya, berkembang, maupun miskin makan bukan lagi masalah mengisi perut dengan makanan sehat, tetapi mencari kepuasan dengan makanan bergengsi. Harga tidak menjadi soal.
Saat ini, sebagian besar penduduk dunia masih bergumul dengan ”makan apa hari ini”. Sedangkan kelas menengah bergumul ”makan di mana hari ini”. Namun, orang kaya yang hanya 20%, tetapi menguasai 80% kekayaan dunia kerap bergumul ”makan siapa hari ini”. Kenyataan ini menunjukkan, betapa pentingnya setiap manusia mengalami kebesaran kasih Allah di dalam Kristus (Yohanes 3:16). Agar mereka mengalami hidup yang baru. Yakni hidup yang tidak berpusatkan kepada diri sendiri, tetapi berpusat kepada Allah dan memikirkan kepentingan orang lain juga (Filipi 2:4). Seperti Kristus, yang rela mengesampingkan kepentingan-Nya sendiri, bahkan mengambil rupa manusia dan menjadi hamba. Agar oleh pengurbanan-Nya, Dia dapat memberi hidup baru bagi setiap orang yang mau menerima-Nya dan hidup bagi Allah (1:27-29; 2:5-11). 
Mari kita periksa nafsu makan dan semua nafsu hidup kita hari ini; apakah itu untuk memuaskan kedagingan kita atau untuk memuliakan Bapa di surga 
APABILA TUHAN DAN SESAMA MENJADI YANG TERUTAMA TUHAN AKAN MENJADIKAN HIDUP KITA BERGUNA DAN BERMAKNA

Rabu, 04 November 2015
DIA MEMANG RAJA (Yohanes 12:12-19)
Hari ini peringatan Minggu Palem, saat Yesus disambut bagaikan Raja oleh banyak orang di Yerusalem dengan sorak-sorai dan lambaian daun palem (ayat 12-13). Apakah saat itu orang sungguh menyadari bahwa Yesus adalah Tuhan, Raja atas segenap semesta? Kita tak tahu pasti. Alkitab mencatat sambutan meriah itu diberikan karena Yesus baru saja membangkitkan orang mati (ayat 17). Mungkin mereka berharap melihat lebih banyak demonstrasi kuasa dari “Raja” ini.
Di tengah riuh massa ada juga celetuk sekelompok Farisi yang terdengar frustrasi. “Lihat sendiri, kamu sama sekali tidak berhasil.” Apanya yang tidak berhasil? Menurut Yohanes, kelompok ini selalu berusaha mencari kesalahan Yesus, berusaha menangkap dan membunuh-Nya (lihat pasal 7:32; 8:3-6, 13; 11:47, 57). Mereka tak ingin orang mengikuti, apalagi me-Raja-kan Yesus. Namun, usaha mereka selalu gagal. Merenungkan semua itu Yohanes menyadari bahwa Yesus, Sang Anak Allah, memegang kendali atas dunia. Ia mencatat bahwa Yesus bertindak menurut “saat-Nya” (lihat pasal 7:30; 8:20), bukan saat manusia.
Ya, bukan manusia yang menjadikan Yesus berstatus Raja. Suka atau tidak, diakui atau tidak, Yesus adalah Tuhan, Raja yang patut disembah segenap semesta. Kedatangan dan penyambutan-Nya di Yerusalem telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya (Zakharia 9:9; Mazmur 118:26). Para murid ikut menggenapkan nubuat itu tanpa mereka sadari (ayat 16). Bahkan, celetukan orang Farisi “seluruh dunia datang mengikuti Dia” akan menjadi kenyataan (Filipi 2:9-11). Seberapa jauh pengenalan akan Yesus sebagai Sang Raja membuat perbedaan dalam hidup Anda dan saya?
MANUSIA BOLEH BERENCANA DAN BERUSAHA, TETAPI TANPA PENUNDUKAN DIRI PADA SANG RAJA, SIA-SIALAH SEMUANYA

Kamis, 05 November 2015
BERUBAH SEBAGAI ANAK (Roma 8:1-17)
Craig Barnes, pendeta National Presbyterian Church, Washington DC, bercerita bahwa ketika ia masih kecil, ayahnya mengangkat seorang anak lelaki bernama Roger. Orangtua Roger pecandu narkoba dan meninggal karena overdosis. Dalam keluarga Craig, Roger harus berjuang untuk berubah. Kerap Craig mendengar ayahnya berkata, "Roger, kita tidak bersikap begitu dalam keluarga ini... Roger, anak dalam keluarga ini tidak perlu menjerit-jerit untuk meminta sesuatu... Roger, kita biasa saling menghargai." Lama kelamaan ia berubah-ia berpikir, bersikap, bertingkah laku seperti anggota keluarga yang lain.
Sebagai orang yang diangkat anak oleh Bapa surgawi (ay. 14-16), kita perlu tahu sifat dan watak keluarga baru kita, dan mengalami perubahan demi perubahan yang selaras dengan kebaruan itu. Dalam hal apa sajakah kita berubah? Dulu kita menaati "daging", kini kita menaati Roh Tuhan (ay. 4). Dulu kita memikirkan apa yang enak buat diri sendiri, kini kita memikirkan apa yang sejalan dengan pikiran Roh Tuhan (ay. 5). Dulu kita mengingini hal-hal duniawi, kini kita mengingini apa yang berkenan kepada Tuhan (ay. 6-7).
Saat Roger baru saja memasuki keluarga baru, bisa saja ia tak nyaman karena segalanya berbeda. Namun ketika ia rela menerima nasihat dan bimbingan orangtua barunya, ia dapat memiliki cara hidup yang baru. Demikian pula kita dalam memasuki keluarga Allah. Izinkan Roh Tuhan bertakhta, memimpin, dan mengubahkan kita menjadi anak-Nya yang semakin dewasa!
HANYA DENGAN BERGANTUNG PADA PIMPINAN ROH TUHAN, KITA BERTUMBUH DEWASA SEBAGAI ANAK-NYA

Jumat, 06 November 2015
SIKAP DOA (Efesus 3:14-21)
Pada umumnya kecenderungan orang dalam berdoa adalah memohon agar segala keinginan atau kerinduannya dikabulkan Tuhan. Kehendak dirinya lebih mengemuka di sini. Namun, Paulus mendorong kita memiliki sikap doa yang berbeda, yaitu menjadikan kehendak Allah sebagai landasannya.
Paulus berdoa agar jemaat Efesus dikuatkan dan diteguhkan oleh Roh Allah berdasarkan kekayaan kemuliaan-Nya. Inilah kebutuhan mendasar orang beriman, yaitu kehadiran kuasa Allah di dalam hidupnya. Paulus juga berdoa agar orang Kristen nonYahudi, sebagai bagian dari keluarga Allah, memahami kasih Kristus yang multidimensi. Umat yang telah mengalami kasih Kristus niscaya akan memahami kasih itu serta mau hidup dan berakar serta berdasar di dalamnya. Tujuannya, agar jemaat Efesus dipenuhi oleh kepenuhan Allah. Doksologi (nyanyian pujian) pada akhir doa Paulus memperlihatkan keyakinan Paulus akan kebesaran Allah. Dia sanggup melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau kita pikirkan.
Doa Paulus ini menggarisbawahi kebutuhan utama umat Tuhan. Jemaat akan mengalami hidup yang dinamis ketika mereka menyadari kehadiran Kristus di dalam hati mereka. Hidup mereka akan efektif karena memiliki kualitas yang lahir dari kuasa Roh Kudus, pemahaman akan kasih Kristus, serta dipenuhi oleh kepenuhan Allah. Inilah yang akan menolong jemaat dalam ber doa. Mereka akan mempercayakan hidupnya pada kuasa dan kehendak-Nya. “Bukan kehendakku, tapi kehendak-Mulah yang jadi.”. (ENO)
DOA BUKANLAH MENUNTUT KEHENDAK KITA DIKABULKAN, MELAINKAN BERSERAH AGAR KEHENDAK-NYA TERJADI.

Sabtu, 07 November 2015
ARTI SEBUAH KELUARGA (Roma 15:1-13) 
Ketika masih kecil, saya pernah bertengkar dengan adik. Hingga beberapa hari kami tidak bertegur sapa. Saya lupa persisnya penyebab pertengkaran itu. Namun, saya tidak dapat lupa nasihat Ibu, “Apa pun kesalahannya, ia adalah adikmu. Suka atau tidak suka, ia tetap adikmu. Tidak ada yang dapat mengubah itu. Mau sampai kapan kamu bertengkar?” Ibu selalu mengajarkan kepada kami untuk dapat menerima saudara kami. Kami harus saling mengam-puni dan mengasihi karena kami adalah saudara dan tidak ada yang dapat mengubah hal itu. 
Kita juga satu keluarga di dalam Kristus. Kita tidak pernah dapat memilih siapa yang menjadi keluarga kita. Keluarga adalah anugerah yang Tuhan berikan. Paulus pun menasihati jemaat di Roma agar dapat menerima satu sama lain sebagaimana Kristus telah menerima kita dengan semua kelemahan kita. Kita harus meneladani Kristus. Kita yang kuat harus menanggung mereka yang lemah dan tidak mencari kesenangan diri sendiri. 
Dalam berhubungan dengan saudara seiman, kita juga sering menemui masalah karena perbedaan kepribadian, kesalahpahaman, perbedaan pendapat, dll. Ketika hal itu terjadi, ingatlah bahwa bagaimanapun juga mereka adalah saudara kita dalam keluarga Allah. Janganlah menjauhi atau mengucilkan mereka. Sebaliknya, kita harus menerima, mengampuni, dan mengasihi mereka sama seperti Kristus telah menebus kita, orang berdosa. Ketika kita saling mengasihi, dunia akan melihat bahwa kita adalah anak-anak Allah. Nama-Nya dipermuliakan.
KRISTUS MENGINGINKAN AGAR KITA SEBAGAI SATU KELUARGA SALING MENERIMA, MENGAMPUNI, DAN MENGASIHI DI DALAM KASIH-NYA

1 komentar: