Renungan Harian 12 - 18 April 2015

Renungan Sepanjang Minggu

Senin, 13 April 2015
GARPU DI TANGAN (2 Korintus 5:1-10)
Seorang ibu divonis menderita penyakit terminal dan hidupnya takkan lebih dari tiga bulan lagi. Ia menerima vonis itu dengan lapang dada, dan ia mempersiapkan diri dengan mengundang pendeta untuk mendiskusikan ibadah pemakamannya. Ia memilih lagu dan ayat-ayat yang akan dibacakan, juga baju yang akan ia kenakan. Yang paling unik, ia meminta pendeta menaruh garpu di tangan kanannya saat ia sudah terbaring di dalam peti. 
Apa alasannya? Ia mengatakan, setiap acara makan malam selalu diakhiri dengan hidangan penutup. Setelah menyantap hidangan utama, seseorang akan berkata, “Tetap pegang garpu Anda! Yang terbaik masih akan datang!” Mereka berkata begitu karena inilah hidangan yang paling menggairahkan. Membuat santap malam lengkap dan nikmat.
Inilah maksud ibu tadi. Saat ia meninggal, kisahnya belum berakhir. Maka, ia menyambut kematian itu dengan garpu di tangan sebab ia menanti sesuatu yang paling menggairahkan! Yakni hidup baru yang sama sekali berbeda yang tanpa sakit, tanpa airmata, tanpa kekacauan. Jadi, bila orang bingung melihat jenazahnya memegang garpu, si ibu meminta pendeta menjelaskannya.
Apakah kita menyikapi kematian dengan iman? Kematian adalah pintu menuju hidup yang lebih baik. Kematian mempertemukan kita dengan Tuhan Yesus, yang mengubahkan segala kelemahan menjadi kesempurnaan. Apa yang kita nikmati di dunia mungkin tampak sayang untuk ditinggalkan, tetapi sebetulnya ada “sesuatu yang lebih baik” di depan sana. Inilah penghiburan yang pasti.
KIRANYA NAMA TUHAN SELALU DIPERMULIAKAN BAIK DALAM KEHIDUPAN MAUPUN DALAM KEMATIAN ORANG PERCAYA

Sumber : http://www.renunganharian.net/2014/52-juli/1088-garpu-di-tangan.html

Selasa, 14 April 2015
BERSAMA ALLAH SELAMANYA (2 Korintus 5:1-10)
Saat itu Melissa sedang menikmati liburan musim panas kenaikan kelas dari kelas satu ke kelas dua SMU. Ia dan temannya, Mandy, sedang berada di Spanyol dalam suatu perjalanan darmawisata bersama teman-teman kelas bahasa Spanyol mereka. Suatu malam mereka terlibat dalam suatu diskusi serius di dalam kamar hotel. Mereka baru saja menyaksikan sebuah berita di saluran BBC tentang kematian beberapa orang remaja akibat kecelakaan, dan mereka mulai membicarakan topik tentang kematian.
Melissa berkata kepada Mandy bahwa ia tidak mengerti mengapa orang kristiani takut pada kematian. Bagaimanapun juga, katanya, ketika seorang kristiani meninggal maka ia akan "bersama Allah selamanya". Apakah ada yang lebih baik dari hal itu? Melissa tak habis pikir.
Bagaimana mungkin kami dapat mengetahui percakapan ini? Mandy menceritakannya kepada kami tidak lama setelah meninggalnya putri kami tercinta, Melissa, pada umur 17 tahun, dalam sebuah kecelakaan mobil pada tahun 2002. Cerita ini membuat kami terhibur karena melaluinya kami senantiasa diingatkan bahwa Melissa tahu bahwa dirinya telah diselamatkan, dan ia yakin akan melewatkan kekekalan bersama Juruselamatnya. Kami hanya tidak me-nyangka bahwa ia akan "bersama Allah selamanya" dalam waktu secepat itu, dan dalam usia yang masih sangat muda.
Apakah Anda memiliki keyakinan yang sama seperti Melissa, bahwa saat meninggal Anda akan berada dalam hadirat Allah selamanya? (2Korintus 5:6-8). Pastikan keselamatan Anda hari ini juga. Maka Anda tidak lagi takut pada kematian.
JIKA ANDA MENYEDIAKAN RUANG BAGI YESUS DI HATI ANDA MAKA DIA AKAN MENYEDIAKAN RUANG BAGI ANDA DI SURGA

Sumber :  http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2004/02/07

Rabu, 15 April 2015
TERANGKAT (2 Korintus 5:1-8)
Joseph Parker (1830-1902) adalah seorang pengkhotbah berkebangsaan Inggris yang terkasih. Ketika istrinya meninggal, ia tidak membuat tulisan yang umum dipakai pada batu nisan makam istrinya. Ia tidak mencantumkan kata meninggal yang diikuti dengan tanggal kematian istrinya, tetapi ia lebih memilih kata terangkat.
Parker menemukan penghiburan luar biasa setiap kali teringat bahwa meski tubuh istrinya telah dikuburkan, Bu Parker yang “sesungguhnya” telah berpindah ke surga dan masuk dalam hadirat Juruselamatnya. Ketika Parker sendiri meninggal, para sahabatnya memastikan bahwa di batu nisannya tertulis:
       Terangkat 28 November 1902
Apabila orang percaya yang terkasih meninggal, atau kita sendiri mengalami proses kematian, ada penghiburan luar biasa saat mengetahui fakta bahwa kita “beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan” (2 Korintus 5:8).
Bagi kita, kematian bukanlah perjalanan gelap tanpa tujuan yang jelas. Kematian juga bukan perjalanan sunyi menuju tempat yang asing dan tanpa teman. Kematian adalah sebuah transisi yang penuh kemuliaan dari berbagai pencobaan di bumi menuju sukacita surgawi, tempat kita akan dipersatukan kembali dengan orang yang kita kasihi di dalam Kristus yang telah meninggal sebelumnya. Dan yang paling indah, kita akan menikmati hadirat Tuhan kita selamanya.
Ya, manakala seorang percaya meninggal dunia, tubuhnya memang dikuburkan, tetapi jiwanya tidak. Jiwanya terangkat!.
BAGI ORANG KRISTIANI, KEMATIAN ADALAH GERBANG MENUJU KEMULIAAN

Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2004/06/14

Kamis, 16 April 2015
BAGAIMANA KABAR ANDA? (2 Korintus 5:1-10)
Wilfred Yoder adalah orang kristiani paling antusias yang pernah saya kenal. Pada hal sesungguhnya ia telah menderita radang sendi selama bertahun-tahun. Setiap kali orang menyapa, "Bagaimana kabar Anda?" Dengan ceria ia menjawab, "Baik!"
Orang-orang yang tahu penyakitnya terkadang mempertanyakan kejujurannya. "Bagaimana Anda bisa berkata baik-baik saja sementara Anda benar-benar merasa sakit?" Kepada mereka Wilfred biasanya menjawab: "Apa yang saya rasakan tak ada hubungannya dengan keadaan saya. Bagian diri saya yang sakit hanyalah bagian luarnya, bukan diri saya yang sebenarnya. Saya sendiri merasa baik-baik saja!"
Apa yang disebut Wilfred "bagian luar," disebut Paulus "kemah" (2 Korintus 5:1). Dan, apa yang disebut "diri saya yang sebenarnya" oleh Wilfred, disebut "manusia batiniah" oleh Rasul Paulus (4:16).
Walaupun kemah duniawi Wilfred sakit dan akan binasa, ia sadar bahwa itu hanyalah tempat tinggal sementara bagi manusia batiniahnya. Suatu hari kelak ia percaya akan menerima kediaman abadi yang telah menantinya di surga. Itulah keyakinannya. Sementara menantikan hari itu, manusia batiniah Wilfred dibarui setiap hari.
Bagaimana kabar Anda hari ini? Apakah kemah Anda hampir roboh? Ingatlah, jika Kristus menjadi Juruselamat dan Tuhan Anda, ada sebuah raga sempurna yang sedang menanti Anda. Sebelum itu, apa pun yang terjadi dengan tubuh jasmani ini, jiwa Anda dapat berkata, "Saya baik-baik saja!"
MUNGKIN RAGA KITA AKAN BINASA TAPI JIWA KITA DAPAT SELALU SEHAT

Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2002/06/11

Jumat, 17 April 2015
DI BALIK KEMATIAN (2 Korintus 5:1-8)
Pada akhirnya kelak, kematian akan menghampiri kita semua. Namun, bagi orang Kristen, pintu kematian yang gelap sesungguhnya hanyalah sebuah bayangan. Betapapun menakutkannya kematian itu, kita harus ingat bahwa di balik itu terdapat pintu gerbang yang terang dan bercahaya, yang menuntun kita kepada hidup kekal bersama Yesus!
Penulis William H. Ridgeway mengenang masa kecilnya, yakni ketika ia dan temannya suka memetik buah berry. Setelah keranjang mereka penuh, mereka akan duduk-duduk di samping rel kereta api yang ada di dekat situ. Saat matahari terbenam di barat, sebuah kereta akan lewat dan “menggilas mereka.” Tentu saja monster besi dengan suara menggelegar dan peluitnya yang melengking itu tidak benar-benar menggilas mereka. Hanya bayangannya saja yang lewat dan seolah menggilas mereka.
Dengan sabar mereka menanti di situ. Meski sudah tahu bahwa tidak akan ada bahaya yang mengancam, namun mereka tetap gentar sementara lokomotif dan gerbong-gerbongnya datang mendekat. Saat kereta api itu lewat, selama beberapa detik mereka berada dalam bayang-bayangnya. Kemudian bayangan itu pun hilang. Matahari yang hendak terbenam menyinari mereka dengan cahayanya yang keemasan saat mereka berjalan menuju rumah mereka yang penuh kehangatan. Betapa indahnya ilustrasi tentang “berjalan dalam lembah kekelaman” (Mazmur 23:4) yang dimiliki orang Kristen.
Kita tidak perlu takut terhadap bayangan kematian yang mengerikan karena Tuhan beserta kita (ayat 4), dan karena kita telah mempunyai sebuah rumah dengan Tuhan yang telah menanti kita di sana (2 Korintus 5:1-8).
BAGI ORANG KRISTEN, KEMATIAN ADALAH BAYANGAN TERAKHIR SEBELUM 
FAJAR SURGAWI MENYINGSING

Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/04/18

Sabtu, 18 April 2015
PERSPEKTIF KEKEKALAN (2 Korintus 4:16-5:10)
Tidak mudah untuk melihat penderitaan dengan harapan habis hujan akan tampak pelangi. Lebih mudah bagi kita membayangkan penderitaan dengan gambaran habis hujan, banjir melanda. Kesulitan saja yang akan muncul.
Paulus bukan sekadar melihat sisi positif, bila dia katakan bahwa meski tubuhnya menjadi lemah karena penderitaan yang dia alami tetapi kehidupan rohaninya diperbarui dan diperkuat oleh kuasa Allah (4:16). Cakrawala pemikirannya menjangkau pengharapan kekal (4:18), yakni tempat kediaman di surga, yang disediakan Allah untuk menggantikan tempat kediaman di bumi (5:1). Ketika tubuh di bumi ini menderita, orang beriman berharap akan tubuh kebangkitan (5:2), yakni tubuh kemuliaan yang akan diterima pada hari kedatangan Kristus (5:3). Itulah rancangan Allah bagi manusia (5:5). Dan penggenapan rancangan itulah yang secara serius kita imani dan harapkan.
Untuk itu, orang percaya menerima Roh Kudus sebagai jaminan (ay. 5, band. 2 Kor 1:22), bagaikan uang muka yang menjamin pembayaran sepenuhnya di masa kemudian. Maka karya Roh Kudus dalam hidup Paulus dan jemaat Korintus merupakan uang muka dari keselamatan penuh yang akan mereka terima di masa datang. Roh Kudus menolong orang beriman agar di dalam penderitaan mengalami latihan dan penguatan iman. Sebab itu Paulus rela menanggung penderitaan (5:6), karena ingin berkenan di hadapan Kristus yang akan duduk di takhta pengadilan supaya ia menerima apa yang patut diterimanya (5:9-10).
Paulus melihat hidup serta pengalamannya berdasarkan perspektif kekekalan yang akan diterimanya kelak. Meski kini ia harus mengalami penderitaan, ia tetap menanggungnya dengan rela. Apakah kita juga sedang menjalani hidup ini dengan perspektif yang sama? Hidup dalam perspektif kekekalan akan memampukan kita menjalani tiap babak dalam hidup dengan tabah dan hati-hati.
HIDUPLAH SETIA KEPADA TUHAN, KARENA AKAN TIBA SAATNYA TUHAN DATANG DAN MENGENAPI JANJI-NYA.

Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2007/06/08

1 komentar: