Renungan Harian 30 Maret - 04 April 2015

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 30 Maret 2015
RUMAH YANG HARUM (Yohanes 12:1-5)
Karena minyak narwastu yang dituangkan Maria ke kaki Yesus, maka seluruh rumah tempat mereka berada, menjadi harum dan menyegarkan. Bau harum, pada awalnya diciptakan dari bahan-bahan alami, melalui proses penyulingan. Baik dari bunga, buah, rempah-rempah, atau sejenis kayu-kayuan. Begitu pula parfum yang dibawa Maria. Parfum itu terbuat dari bahan rempah, yakni akar narwastu, yang biasa dipakai sebagai parfum untuk ruangan raja (Kidung Agung 1,12, 4:14).
Minyak narwastu ini sangat mahal, bahkan senilai gaji buruh selama satu tahun (Yohanes 12:5). Namun, sesungguhnya pengorbanan Maria yang terbesar bukan pada minyak narwastunya, tetapi bahwa ia bersedia menyeka kaki Tuhan Yesus dengan rambutnya. Barangkali banyak orang bisa gampang berkorban harta, tetapi Maria mau melakukan sesuatu yang lebih dari itu; ia berkorban "diri". Mengapa? Karena kasih dan hormatnya kepada Tuhan Yesus.
Sikap yang ditunjukkan oleh keluarga Marta dan Maria dalam Yohanes 12 ini patut dicontoh. Bukan hanya karena mereka mengharumkan ruangan dengan parfum. Melainkan karena mereka menciptakan keharuman lain, yang muncul dari sikap baik yang ditunjukkan oleh para penghuni rumah itu. Kita melihatnya ketika mereka mengundang Yesus datang ke perjamuan. Di situ setiap penghuninya memainkan peran yang berarti: mau melayani seperti Marta (ayat 2), mau berkorban seperti Maria (ayat 3), dan bukan menyalahkan seperti Yudas (ayat 4). Biarlah tempat tinggal kita, juga sesemerbak rumah mereka, oleh keharuman sikap dari setiap anggota keluarga.
KEHARUMAN RUMAH BUKAN DITENTUKAN OLEH FASILITASNYA MELAINKAN SIKAP PENGHUNINYA

Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2009/10/12

Selasa, 31 Maret 2015
EKSPRESI CINTA (Yohanes 12:1-8)
Joe DiMaggio, pemain baseball legendaris AS yang juga suami kedua Marilyn Monroe, sangat berduka ketika mantan isterinya itu meninggal. Rupanya, Joe masih mencintai Marilyn sekalipun pernah dikhianati oleh mantan istrinya itu. Joe pun memutuskan untuk menangani semua urusan pemakaman Marilyn dan selama 20 tahun berikutnya, seminggu tiga kali Joe meletakkan selusin mawar merah di kuburan Marilyn.
Cinta atau kasih sayang memungkinkan seseorang melakukan hal yang sepertinya tidak logis. Begitu pula yang dilakukan Maria ketika mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal harganya. Agak berbeda dengan Joe yang mengirim selusin mawar ke pusara mantan istrinya, Maria mengurapi kaki Yesus untuk mengingat hari penguburan Yesus. Ya, tidak lama setelah peristiwa di rumah Lazarus itu, Yesus menggenapi misi agung-Nya dengan memberikan nyawa-Nya di kayu salib. Mengenai peristiwa ini, Markus mencatat perkataan Yesus: “Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia" (Mrk. 14:9).
Jika seseorang sungguh mencintai, ia akan mengekspresikannya tanpa memikirkan untung atau rugi. Joe mengungkapkan cintanya kepada Marilyn dengan memberikan selusin bunga mawar. Maria merelakan minyak yang mahal sebagai ungkapan cinta kepada Tuhannya. Kita juga bisa mengungkapkan cinta kepada Tuhan, pasangan, orangtua, anak, maupun kepada sesama kita. Mari ungkapkan cinta kita selagi orang-orang yang kita kasihi masih hidup, supaya kelak tidak ada penyesalan.
CINTA YANG SEJATI MEMBERI TANPA PAMRIH, TANPA MEMPERHITUNGKAN UNTUNG ATAU RUGI

Sumber : http://www.renunganharian.net/2014/47-februari/940-ekspresi-cinta.html

Rabu, 01 April 2015
UCAPAN  SYUKUR MARIA (Yohanes 12:1-8)
Novel Magdalene karya Angela Hunt memuat cerita unik yang didasarkan pada Yohanes 12:1-8. Kisahnya kurang lebih sama. Seminggu sebelum Yesus disalibkan, Maria, saudara Lazarus dari Betania, mengurapi Yesus dengan minyak narwastu murni yang mahal harganya. Ia meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Aroma harum minyak itu memenuhi penjuru rumah. Namun, Yudas mencela tindakan itu sebagai sebuah pemborosan. Seharusnya Maria menjual minyak itu dan mendermakan uangnya kepada orang-orang miskin. Akan tetapi, Yesus menyambut pengurapan Maria itu sebagai persiapan bagi penguburan-Nya.
Menurut penuturan Hunt, Maria mengurapi Yesus bukan dengan maksud berterima kasih atas apa yang sudah Dia lakukan, yaitu membangkitkan Lazarus dari antara orang mati, melainkan untuk apa yang akan Yesus kerjakan, yaitu mati di kayu salib-menebus dosa umat manusia.
Selama ini, setiap berdoa malam bersama anak-anak, kami selalu mengucap syukur atas berkat dan kebaikan yang sudah Tuhan curahkan sepanjang hari hal-hal yang telah kami lakukan. Atau, kami meminta perlindungan dan penyertaan Tuhan atas apa yang hendak kami lakukan. Namun, yang jarang terlintas dalam pikiran saya adalah bersyukur atas apa yang akan Tuhan kerjakan.
Masa pergantian tahun dapat menjadi saat yang tepat untuk meneladani sikap Maria. Kita bukan hanya bersyukur atas tahun yang sudah berlalu, tetapi juga bersyukur atas tahun yang akan datang. Bersyukur menandakan kepercayaan-bahwa segala sesuatu yang diizinkan-Nya terjadi nanti, semuanya itu demi kebaikan kita.
UNTUK SEMUA YANG TELAH BERLALU, TERIMA KASIH"
UNTUK SEMUA YANG AKAN DATANG, “YA" -DAG HAMMARSKJOLD

Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2008/12/31

Kamis, 02 April 2015
YANG TERBAIK (Yohanes 12:1-8)
Petenis Amerika di era tahun 80-an, Jimmy Connors, adalah seorang jago tenis yang tak suka melewatkan kesempatan untuk melakukan yang terbaik di lapangan. Di segala kesempatan, ia selalu mengayunkan pukulan terbaiknya. Bahkan, jika posisi lawan sudah terkecoh dan bola tinggal dipukul ringan melampaui jala, ia tetap mengayun sekuat tenaga memberikan pukulan telak, smash terbaiknya. Mungkin bagi yang lain itu dianggap tidak perlu. Akan tetapi, ia memang selalu ingin memberikan pukulan terbaiknya.
Maria dari Betania melakukan hal serupa bagi Tuhan. Akibat pergaulannya yang karib dengan Yesus, ia sangat tahu bahwa tidak banyak waktu lagi untuk ada bersama Tuhan. Saat kematian-Nya sudah semakin dekat. Maka, kesempatan yang masih ada tidak boleh disia-siakan. Ia pun melakukan hal terbaik yang bisa dilakukannya. Yakni meminyaki kaki Yesus dengan "minyak narwastu murni yang mahal harganya" dan "menyekanya dengan rambutnya". Yudas menganggap itu adalah pemborosan dan tidak perlu, bahkan berlebihan. Namun, tekad Maria sudah bulat. Selagi ada kesempatan, kasih kepada Tuhan harus dinyatakan. Bahkan, dinyatakan dengan cara dan kualitas yang terbaik.
Kasih sejati memang melampaui standar rata-rata. Selalu siap memberikan yang terbaik dari diri kita. Unik, istimewa, hangat, dan dikenang selamanya. Seperti tindakan Maria dari Betania. Senantiasa dikenang di masa Pra-Paskah. Sudahkah Anda dan saya memberikan yang terbaik sebagai bukti kasih kita: kepada orangtua, kekasih, suami, istri, anak-anak, sahabat ... dan Tuhan? Belum terlambat untuk memulainya.
BILA DARI YANG ADA PADA-NYA SUDAH TUHAN BERIKAN SEMUA, APAKAH YANG PATUT KITA TAHAN BAGI-NYA?

Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2010/03/29

Jumat, 03 April 2015
LAYANI TUHAN ATAU ORANG MISKIN? (Yohanes 12:1-11)
Di masa kini, idiom "cari makan" biasanya tidak lagi bermakna harfiah, yaitu mencari-cari makanan, entah dengan berburu, memetik, atau mencabut. Jika seseorang sedang "cari makan, " biasanya berarti ia sedang melaksanakan pekerjaan yang bisa ia lakukan dan dapat menghasilkan uang. Bahkan seringkali mereka yang berprofesi sebagai petani atau pemburu tidak langsung memakan hasil tani atau buruan mereka. Hasilnya biasanya dijual, baru uang hasil penjualannya untuk membeli makanan, misalnya. Karena itu, tidak masuk akal jika kita meminta seseorang memilih, pekerjaan atau "cari makan", karena keduanya biasanya bermakna (hampir) sama.
Hal yang sama mestinya juga berlaku bagi dua pilihan yang jadi judul renungan ini. Kata-kata Yudas (5) mengesankan tindakan Maria meminyaki kaki Yesus (3) merupakan pemborosan yang tidak perlu. Sepintas lalu, tidak ada hasil konkret yang bisa diperoleh dari tindakan Maria itu. Sementara jika minyak narwastu itu dijual, pasti banyak orang miskin yang bisa dibantu dengan uang hasil penjualannya. Narasi Injil Yohanes memberikan dua alasan mengapa usul Yudas ini pantas ditolak. Yang pertama, Yudas ternyata korup dan tidak benar-benar peduli dengan nasib orang miskin (6). Yang kedua, yang lebih penting, tindakan Maria ini sebenarnya persiapan bagi hari kematian Yesus (7-8). Ungkapan syukur Maria yang penuh perendahan diri ini menjadi teladan bagi kita, murid-murid-Nya, dalam hal kesigapan memuliakan Tuhan.
Ada bahaya jika kita dengan mudah menafsirkan "pemuliaan" Tuhan sebagai upaya pembangunan gedung megah, pengupayaan perabot gereja mewah, dll. Ini tindakan "sambil menyelam minum air": upaya "memuliakan" Tuhan, entah tulus atau tidak, sambil mengagungkan kelompok/diri sendiri. Ini justru kebalikan dari tindakan Maria. Di dalam konteks sekarang, seringkali justru tindakan melayani orang miskinlah yang paling dekat dengan tindakan Maria di atas.
KITA MEMULIAKAN TUHAN ATAS HIDUP ITU, SAMBIL DENGAN TULUS HATI MERENDAHKAN DIRI DI HADAPAN-NYA. BERANIKAH KITA MELAKUKANNYA?

Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2014/02/04

Sabtu, 04 April 2015
PERSIAPAN MENJELANG AJAL (Yohanes 12:1-11)
Mungkin kita pernah menerima firasat buruk atau melihat perilaku janggal dari orang terdekat kita yang akan meninggal. Biasanya hal ini kita kenang kembali setelah orang terdekat kita itu meninggal dunia. Tidak jarang muncul perasaan menyesal belum bisa menyenangkan hati orang terdekat kita itu sebelum ia meninggal.
Tuhan Yesus sengaja mendatangi Betania, kota tempat tinggal Lazarus, yang menerima mukjizat-Nya (lih. ps. 11). Ia datang untuk mengikuti perjamuan makan yang diadakan oleh keluarga Lazaraus (Yoh 12:1). Jamuan makan itu menegangkan sebab Yesus dan Lazarus hadir (ayat 2). Pada saat itu, Dialah sosok yang paling kontroversial dan menyedot perhatian orang banyak (ayat 9). Dia dimusuhi oleh imam-imam kepala yang merupakan salah satu kelompok penting pemimpin agama Yahudi. Mereka ingin mencari-cari kesalahan Yesus yang dapat membawa-Nya pada hukuman. Mereka bahkan berencana membunuh Lazarus karena ia adalah bukti kuasa Yesus atas kematian (ayat 10-11).
Di tengah suasana itu, Maria, saudara Lazarus, muncul dan menuangkan minyak narwastu (ayat 3). Perbuatan Maria ini langsung menimbulkan komentar Yudas Iskariot. Catatan penulis kitab Yohanes pada ayat 6, tentang korupsi yang Yudas lakukan seolah-olah ingin memberikan keterangan jawaban Yesus pada ayat 7-8. Padahal bukan itu maksud Yesus ketika Ia mengatakan: "Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu." Tak seorang pun yang mengerti makna perkataan Yesus itu bahwa Dia sedang membicarakan kematian-Nya sendiri. Yesus menangkap makna di balik tindakan Maria itu sebagai persiapan-Nya menghadapi kematian-Nya di kayu salib (ayat 3,7).
Bagi kebanyakan orang, kematian sangat menakutkan. Namun, bagi orang percaya, kematian berarti rest in peace, waktu istirahat yang panjang dalam damai Kristus.
SETIAP KITA AKAN MATI. YANG PENTING ADALAH BAGAIMANA KITA MEMPERSIAPKAN DIRI MENGHADAPI KEMATIAN.

Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/1999/02/24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar