Renungan Harian 23 - 28 Maret 2015

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 23 Maret 2015
DIAGNOSA DAN  PENGOBATAN (Matius 9:1-13)
Salah satu cerita favorit saya mengisahkan seorang dokter desa yang sudah tua. Setelah memeriksa pasiennya dengan teliti, ia mengangguk keheranan, lalu berkata: "Apakah sebelumnya Anda pernah menderita penyakit ini?" Ketika pasiennya menjawab, "Ya," dokter itu mengernyitkan kening dan berkata, "Kelihatannya penyakit itu kambuh lagi."
Tak ada yang lebih menyusahkan hati selain ditemukannya penyakit dalam tubuh kita. Dan betapa leganya bila penyakit itu ditemukan oleh ahlinya yang dengan mantap berkata, "Ini masalah Anda, dan ini jalan keluar yang akan menolong Anda."
Yesus Kristus selalu tepat dalam mendeteksi kondisi seseorang yang meminta pertolongan dari-Nya. Dari Bartimeus yang buta secara jasmani (Markus 10:46-52) hingga Nikodemus yang buta secara rohani (Yohabes 3:1-21), Yesus langsung menunjukkan apa yang paling dibutuhkan dan menawarkan jalan keluar, yakni percaya kepada-Nya.
Penulis lagu-lagu himne abad 19, Oscar Clute, menuliskan:
    Datang dan bergembiralah bersamaku, 
    Aku, yang dulu hatinya sangat menderita, 
    Telah berjumpa Pribadi yang memahami masalahku, 
    Dan tahu bagaimana memulihkannya.
Yesus Kristus adalah Tabib Agung. Apapun kebutuhan atau kesulitan yang kita hadapi, Dia mengundang kita untuk mencari-Nya, mempercayai diagnosa-Nya, menerima resep-Nya, dan menyerahkan diri dalam pemeliharaan-Nya yang penuh kasih dan bijak. Maukah Anda menjawab undangan-Nya? (DCM)

YESUS ADALAH SANG AHLI DALAM MENDIAGNOSA DAN MENGOBATI
Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/1997/07/05

Selasa, 24 Maret 2015
PERUBAHAN HIDUP MATIUS (Matius 9:9-13)
Pemungut cukai alias petugas pajak adalah profesi yang disegani dan sekaligus dibenci banyak orang. Orang cenderung tidak suka berurusan dengan petugas pajak. Petugas pajak distereotipkan sebagai orang yang tidak jujur; bukan hanya menipu rakyat, mereka juga mengelabui pemerintah. Mereka dianggap memperkaya diri dengan mencari untung dari orang kaya yang tidak mau membayar pajak dengan semestinya. Matius, selain pemungut cukai, juga dipandang sebagai antek penjajah Romawi. Jadi, bisa dibayangkan betapa orang Yahudi membencinya. 
Namun, Yesus Sang Mesias tidak segan untuk mencari mereka yang berdosa dan yang dibenci banyak orang seperti Matius. Dia justru memberikan pengampunan, keselamatan, dan perubahan hidup menjadi manusia baru bagi pemungut cukai itu. Hidupnya tidak lagi berpusat pada diri sendiri, tetapi berpusat pada kemuliaan Allah dan menjadi berkat bagi banyak orang. Sukacita dan perubahan hidup membuat Matius rindu bersaksi bagi orang-orang di sekitarnya yang sedang bergumul dengan dosa, agar mereka juga berkesempatan disapa dan dijamah Yesus.
Matius meninggalkan meja cukai yang dulu memberinya banyak keuntungan duniawi. Kini ia memperoleh harta surgawi dan harkat hidup yang tak ternilai. Tuhan memakai kemampuannya mencatat dengan teliti untuk menuliskan Injil yang memberkati banyak orang dan mengantar mereka berjumpa dengan Yesus Sang Juru Selamat. Rindukah Anda menyerahkan hidup untuk diubah dan dipakai oleh Yesus? Sambutlah panggilan-Nya! (SST)
KEHIDUPAN YANG BERPUSAT PADA TUHAN AKAN MENDATANGKAN BERKAT BAGI SESAMA
Sumber: http://www.renunganharian.net/2013/42-oktober/804-perubahan-hidup-matius.html

Rabu, 25 Maret 2015
SAHABAT ORANG BERDOSA (Matius 9:9-13)
Suatu kali saya bertanya kepada seorang ibu, "Apakah Ibu yakin masuk surga kelak?" Ibu itu menjawab, "Yakin sih. Ah, tapi kadang masih ragu juga." Yakin tetapi ragu? Artinya masih tidak yakin. Lalu saya bertanya lagi, "Mengapa begitu, Bu?" Si ibu menjawab, "Saya ini masih banyak dosa, masih suka berbohong, masih suka marah-marah terhadap suami saya. Pokoknya saya merasa tidak layak masuk surga."
Kerap kali perasaan dan kenyataan bahwa kita masih memiliki banyak dosa dapat membuat kita merasa enggan untuk datang kepada Tuhan. Namun, firman Tuhan hari ini memberikan sebuah konsep yang berbeda. Ketika Yesus tengah berkumpul dan makan bersama para pemungut cukai dan orang berdosa di rumah Matius, orang-orang Farisi yang ada di sekitar tempat itu mempertanyakan apa yang dilakukan oleh Yesus. Akan tetapi, Yesus memberikan jawaban yang hingga kini menjadi pengharapan bagi semua orang berdosa, yaitu bahwa Dia datang ke dunia untuk menjadi sahabat orang-orang yang berdosa. Bukan untuk melakukan dosa bersama para pemungut cukai, melainkan untuk menghapuskan dosa-dosa mereka.
Seandainya Anda adalah salah satu dari orang-orang berdosa yang diundang untuk makan bersama Yesus di rumah Matius, respons apa yang akan Anda berikan? Menerima atau menolaknya karena merasa tidak layak? Pilihan ada di tangan Anda. Anda mesti tahu bahwa Yesus adalah sahabat orang berdosa. Dia akan selalu menerima orang berdosa; siapa pun yang mau datang kepada-Nya. (RY)
TAKUTLAH UNTUK BERBUAT DOSA TETAPI JANGAN TAKUT MEMBAWA DOSA KEPADA KRISTUS
Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2009/01/17

Kamis, 26 Maret 2015
SAHABAT PARA PENDOSA (Matius 9:9-13)
Suatu hari, ketika Yesus makan malam, "datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia" (Matius 9:10). Para pemuka agama pada zaman itu marah melihat perbuatan-Nya. Mereka menyimpulkan bahwa Yesus adalah sahabat orang berdosa, dan memang itulah kenyataannya. "Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10).
Secara moral Yesus memang menjauhi pendosa dan tidak melibatkan diri dalam cara hidup mereka. Namun, Dia tidak memisahkan diri dari orang-orang yang berdosa. Dia menghabiskan waktu bersama mereka dan menjadi sahabat mereka.
Seperti Yesus, kita memang harus berelasi dengan semua orang dari segala lapisan masyarakat dalam aktivitas kita sehari-hari. Tertullian, seorang penulis berkebangsaan Romawi pada awal abad ketiga, menggambarkan hubungan antara orang kristiani dengan orang nonkristiani pada zamannya demikian, "Kami hidup di antara kalian, menyantap makanan yang sama, mengenakan pakaian yang sama.... Kami tinggal di dunia ini bersama kalian, kami tidak mengasingkan diri dari pertemuan umum, pasar, tempat pemandian umum, fasilitas umum, bengkel kerja, ataupun tempat penginapan.... Kami mengolah tanah bersama kalian, kami bekerja sama dengan kalian dalam urusan bisnis."
Kita pun harus mencari orang yang tersesat seperti yang dilakukan Yesus, dan itu bukanlah hal yang sulit. Alangkah baiknya jika kita selalu bertanya kepada diri sendiri, "Berapa banyak sahabat saya yang tersesat?" (DR)
MENJADI SAHABAT YESUS BERARTI MENJADI SAHABAT PARA PENDOSA
Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2004/09/01

Jumat, 27 Maret 2015
PANDANGAN  YANG PENUH BELAS KASIHAN (Matius 9:9-13)
Seorang anggota baru sering datang terlambat di kelas Sekolah Minggu untuk orang dewasa. Wanita itu tidak berpakaian rapi, wajahnya tegang dan kurang bersahabat, dan selalu pulang saat pimpinan Sekolah Minggu memulai doa penutup. Tak lama kemudian sang pimpinan bahkan mendengar desas-desus yang bernada menghakimi mengenai wanita itu.
Suatu kali, pimpinan tadi meminta orang lain memimpin doa penutup sehingga ia dapat berbicara dengan wanita itu saat akan keluar. Dari situ ia tahu bahwa suami wanita tersebut sering menyiksanya, bahkan meninggalkan dirinya dan kedua anak mereka. Ia meninggalkan sejumlah utang tanpa memberi alamatnya yang baru. Karena putus asa, ia berusaha mencari Allah.
Sang pimpinan tersebut kini mulai melihatnya dengan cara pandang baru, pandangan yang penuh belas kasihan, dan ia pun meminta anggota Sekolah Minggu lainnya untuk mau memahami wanita tadi. Sebagian dari mereka membuka hati baginya dan dengan cara yang praktis. Tak lama kemudian ia mulai tenang dan lebih bersahabat. Ia pun segera berpaling kepada Yesus, satu-satunya pribadi yang sangat ia butuhkan.
Mari kita minta pertolongan Allah agar dapat memandang orang lain dengan cara pandang Allah. Dengan cara pandang kita sendiri, kita dapat menjadi tidak peka, penuh prasangka, dan menghakimi dengan kejam. Kita perlu memohon kepada Allah agar kita diberi hati yang penuh kemurahan dan belas kasihan, seperti hati yang dimiliki Allah terhadap setiap kita. Dengan melakukan hal yang demikian, kita akan melihat orang lain dengan cara pandang-Nya yang penuh dengan belas kasihan. (DCE)
KITA DAPAT BERHENTI MENUNJUKKAN BELAS KASIHAN KEPADA ORANG LAIN
BILA KRISTUS BERHENTI MENUNJUKKAN BELAS KASIHAN KEPADA KITA
Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2000/05/07

Sabtu, 28 Maret 2015
SUKACITA KARENA ANUGERAH (Matius 9:9-17)
Mengapa Matius mengungkapkan kisah pemanggilan dirinya dan mengaitkan peristiwa itu dengan kritik murid-murid Yohanes terhadap Yesus dan para murid-Nya yang tidak berpuasa? Matius sadar bahwa menjadi murid Tuhan adalah anugerah semata maka anugerah itu harus direspons dengan sukacita.
Orang Farisi tidak dapat menerima Yesus makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa lain. Bagi mereka dan masyarakat Yahudi pada umumnya, pemungut cukai punya dosa tiga rangkap. Dianggap pengkhianat bangsa karena mau menjadi antek-antek penjajah dengan memungut pajak dari bangsanya untuk kepentingan bangsa penjajah. Dalam pandangan Taurat, ia seorang yang najis (Im 20:5). Ia se-orang yang bergaul dengan orang-orang berdosa (ayat 10) sehingga patut dikucilkan oleh orang-orang Yahudi yang mengaku saleh. Ketika Yesus masuk ke rumah Matius dan makan bersama-sama dengan kelompok orang berdosa, Ia dianggap sudah mencederai kehormatan pemimpin Yahudi. Tujuan Yesus jelas, Ia datang untuk memanggil orang berdosa pulang. Maka ketika orang-orang seperti Matius merespons panggilan Yesus, sesungguhnya Kerajaan Surga sedang ditegakkan!
Terhadap kritik murid-murid Yohanes, jawaban Yesus justru konsisten dengan misi-Nya. Yesus datang membawa pembaruan bagi orang berdosa, maka kedatangan-Nya paling tepat direspons dengan bersukacita, bukan berpuasa. Orang yang tidak bisa bersukacita ketika melihat orang lain bertobat adalah orang yang belum pernah mengalami anugerah Tuhan. Dia adalah orang yang masih terjebak pada pemahaman lama yang salah, ibarat kantung anggur tua yang jebol karena tidak sanggup menerima anggur baru.
Seperti Matius kita juga tidak layak di hadapan Allah. Tuhan Yesus menerima kita apa adanya, bahkan sudah mati bagi kita agar kita hidup. Tugas kita sekarang adalah mewartakan kabar baik kepada semua orang yang sama tidak layaknya dengan kita.
APAKAH ANDA SEPERTI MATIUS YANG MENJAWAB PANGGILAN-NYA MENGIKUT TUHAN YESUS? ATAUKAH ANDA SEPERTI ORANG FARISI YANG TIDAK MERASA PERLU MENGIKUT DIA?
Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2010/01/24


Tidak ada komentar:

Posting Komentar