Mimbar Gereja u/Warta 08 Maret 2015

GIA Sby (Koblen Tengah)
Minggu, 01 Maret 2015
KRISIS IMAN YANG MENJADI BERKAT (Mazmur 73; Habakuk 3:17-19)
Oleh: Pdt. Menahem L. Soetedja

Apa yang berharga dalam hidup kita? Apakah kita membutuhkan Tuhan dalam hidup kita? Bacaan dalam Mazmur 73 lahir dari suatu pergumulan iman, dalam suatu syair lagu Asaf, dia seorang pemimpin pujian di bait Allah; seorang imam. Asaf melihat banyak orang jahat, yang tidak mengenal Allah hidupnya sukses. Dengan kata lain orang jujur malah tidak sukses atau mengalami kebangkrutan. Sedangkan orang jahat malah hidup mujur, sukses dan kelimpahan secara materi. Tubuhnya juga sehat, hidupnya juga enak tidak mengalami kesusahan manusia. Mereka hidup jahat dan sombong tetapi tetap kelihatan hidup sehat dan mujur; tidak kelihatan susah.
Zaman sekarang kita juga melihat hidup orang yang tidak takut akan Tuhan malah senang. Pergumulan yang dialami Asaf, juga pergumulan kita. Asaf memulai mazmur 73 ini dengan menyatakan bahwa Allah baik bagi orang yang tulus hatinya. Asaf sadar bahwa yang salah bukan Tuhan tetapi dirinya, dan ketika Asaf masuk ke bait kudus Allah maka Asaf mendapat jawaban di dalam setiap pergumulannya.
Ibadah bukan merupakan sarana timbal balik, tetapi ibadah berarti kita perlu Tuhan yang selalu memegang tangan kita. Kita harus menilai hidup dalam prespektif kekekalan. Dan memperhatikan kesudahan mereka yang berbuat jahat. Perspektif Mazmur 73 ini adalah di dalam Yesus Kristus. Kita melihat dalam ibadah ada unsur anugrah. Esensi Ibadah: Kita menyadari bahwa bukan lagi kita tetapi Tuhan yang tetap kekal di dalam segalanya. “selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi” (ayat 25). Ketika kita beribadah, kita harus memiliki suatu pandangan / pengharapan yang benar, sehingga mengalami suatu perubahan.
Di dalam ibadah, Tuhan memenuhi apa yang kita butuhkan yaitu tuntunan dan pimpinan Tuhan. Yang penting adalah bahwa Allah yang terutama bukan berbicara masalah kedagingan tetapi berbicara bagaimana Alah yang utama dalam hidup ini. 
Biarlah didalam segala penderitaan kita melihat dalam prespektif yang benar bahwa Tuhan itu baik (1 Yohanes 4:9) “Kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Yesus ke dalam dunia supaya kita hidup olehNya” Kita menyadari itulah kasih Allah bahwa Yesus ada di dalam hidup kita. Di dalam kondisi apapun. Kita percaya bahwa Allah tetap menuntun kita. Kita merasakan kasih Allah yang selalu hadir dalam hidup kita.          

Diringkas oleh: Pdt. Susi Raswati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar