Renungan Harian 26 - 31 Januari 2015

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 26 Januari 2015
RENCANA-NYA TAK GUGUR (Yeremia 1:1-19)
Saya anak bungsu dari sebelas bersaudara, dua di antaranya meninggal pada usia muda. Orangtua saya mengira tidak akan punya anak lagi karena usia Ibu sudah lebih dari 44 tahun saat mengandung saya. Ketika saya sudah masuk sekolah teologi, Ibu menuturkan pengakuan yang mengagetkan. “Sebenarnya kamu anak yang tidak diharapkan. Ibu sudah berusaha mengkonsumsi makanan tertentu agar janinmu gugur. Tetapi, inilah rencana Tuhan. Sekarang kamu akan menjadi pelayan-Nya!” Saat ini, saya telah sembilan tahun melayani di antara orang-orang non-Kristen.
Allah menegaskan kepada Yeremia bahwa sejak ia dalam kandungan, Dia sudah memiliki rencana untuknya. Allah telah mempersiapkannya. Ia menjadi nabi di tengah sulitnya kehidupan politik Israel. Ia bahkan dianggap pengkhianat bangsa karena menganjurkan Israel menyerah kepada Babel untuk dibawa sebagai tawanan, dan tidak meminta pertolongan kepada bangsa Mesir. Ia mengalami banyak penderitaan dalam melakukan tugas kenabian, namun ia tetap setia. Dan, seperti ketetapan Tuhan, ia bernubuat mengenai bangsa-bangsa (Yer. 46-51).
Banyak orang mengira keberadaannya di dunia ini hanya suatu kebetulan. Namun, orang percaya hendaknya menyadari bahwa ia ada di dunia ini karena Tuhan memiliki rencana atas hidup mereka. Anda mungkin tidak dipanggil menjadi nabi besar seperti Yeremia, namun Anda dapat menjadi nabi bagi seseorang di samping Anda. Tempuhlah jalan Tuhan, maka Anda akan melihat rencana-Nya yang besar untuk Anda!
RENCANA ALLAH JAUH MELAMPAUI RENCANA PALING SEMPURNA YANG DAPAT DIRANCANGKAN OLEH MANUSIA

Selasa, 27 Januari 2015
MASA LALU TEOLOGIS vs. BIOGRAFIS (Yeremia 1:1-10)
Penumpang tua yang duduk di sebelah saya berulang kali menoleh ke kanan dan ke kiri. Saya penasaran dan bertanya. Bapak itu menjelaskan, “Ini karena saya dulu sopir selama 30 tahunan.” Contoh sederhana ini membuktikan bahwa seperti apa kita saat ini terkait erat dengan apa yang kita alami di waktu-waktu sebelumnya. 
Yeremia itu nabi besar. Pelayanannya sangat sulit, tetapi bisa setia sampai akhir. Tentu menarik dan penting mengerti sejarahnya ia bisa seperti itu. Akan tetapi, ternyata Alkitab sedikit saja mencatat data-data (masa lalu) biografis nabi ini: hanya nama dan profesi ayahnya, serta kota kelahirannya (ayat 1). Yang banyak dicatat justru masa lalu teologisnya, yakni tentang apa yang Allah kerjakan pada ”masa lalu” Yeremia, di mana Allah telah mengenal, menguduskan, menetapkan, bahkan memperlengkapi Yeremia menjadi nabi bagi bangsa-bangsa! (ayat 5-10). Ini jauh lebih penting dan lebih menentukan masa kini dan masa depan Yeremia, dibanding keterbatasan atau kelemahan pribadi Yeremia. Masa lalu teologis inilah rahasia keberhasilan nabi Yeremia melaksanakan tugas kenabiannya yang berlangsung lama dan sulit itu. 
Kita bukan nabi, tetapi sebagai umat pilihan di zaman ini, kita juga mengemban misi Allah. Seperti Yeremia, kita dipanggil menjadi berkat bagi kota, bangsa, dan bagi zaman kita. Tugas apa yang Allah percayakan pada Anda saat ini? Buatlah komitmen untuk menaatinya, terlepas dari ada-tidaknya kelemahan yang Anda punya, karena panggilan Allah itu jaminan bahwa Anda pasti bisa melaksanakannya!
PANGGILAN ITU BERSANDAR PADA APA YANG TUHAN LAKUKAN PADA KITA, BUKAN PADA APA YANG BISA KITA LAKUKAN BAGI DIA.

Rabu, 28 Januari 2015
ASAL MAU, PASTI BISA? (Yeremia 1:4-10)
Seorang teman menawari saya ikut bisnis multilevel marketing (MLM). Saya menolak. Sederhana saja. MLM pasti menawar-nawarkan produk pada orang, sedangkan saya paling tidak nyaman melakukan kerja pemasaran. Teman saya berkomentar, "Ah, asal mau belajar, lama-lama pasti bisa." Saya hanya tersenyum, meskipun sebenarnya ingin menangkis, "Memangnya, asal mau belajar, kamu juga bisa menjadi penulis seperti saya?"
Apakah firman Tuhan mendukung pendapat "asal mau belajar, kamu bisa melakukan apa saja" ini? Tentu tidak. Para penerjemah Alkitab New Century Version menyalin kalimat "Aku telah menguduskan engkau" dalam nas kali ini menjadi "Aku telah menyisihkan engkau untuk pekerjaan khusus." Pekerjaan khusus! Pernyataan Tuhan kepada Yeremia ini tentulah berlaku pula bagi kita semua. Ya, kita tidak diciptakan untuk menjadi ahli segala sesuatu; kita diciptakan untuk menjadi spesialis bidang tertentu. Dan, jika Tuhan menyiapkan pekerjaan khusus, Dia pasti juga memperlengkapi kita dengan kecakapan untuk melakukannya, bukan?
Jadi, tantangan kita masing-masing ialah menemukan pekerjaan khusus yang disiapkan Tuhan bagi kita. Untuk mengetahuinya, kita dapat menjalani tes penelusuran minat dan bakat. Kita dapat pula mencermati kembali perjalanan hidup kita: bidang apa yang benar-benar kita sukai, yang mampu kita kerjakan dengan kecakapan istimewa, dengan hasil yang memuaskan hati? Jika kita menekuni bidang tersebut, dan mendayagunakannya untuk melayani Tuhan dan sesama, kita akan menemukan kepuasan sejati dalam bekerja.
ANDA TIDAK BISA MENJADI APA SAJA YANG ANDA INGINKAN, TETAPI ANDA BISA MENJADI APA SAJA YANG ALLAH INGINKAN DARI ANDA-Max Lucado

Kamis, 29 Januari 2015
PANGGILAN MELAYANI (Yeremia 1:4-19)
Bayangkan Anda tengah berada dalam krisis multidimensional berskala nasional, dan Tuhan memanggil Anda untuk menjadi nabi-Nya bagi bangsa-bangsa (ay. 4), sebuah pelayanan lintas negara. Anda dipanggil untuk menyampaikan berita yang berdampak bagi bangsa yang terancam (Yehuda) dan yang mengancam (Babel). Ini sebuah kepercayaan yang amat besar, sekaligus sebuah tugas yang jauh dari sepele!
Jika pada awalnya Yeremia tampak gentar, tentulah kita dapat memahaminya. Untuk menjadi nabi bagi bangsa-bangsa di tengah suasana genting seperti itu, tentu dibutuhkan seseorang yang berpengalaman, matang, mantap, sudah terbukti dan teruji validitasnya. Siapa yang mau mengambil risiko dengan menempatkan seseorang yang masih hijau? Yeremia pun tampaknya tahu diri sehingga ia berusaha mengelakkan panggilan itu. Namun, panggilan Tuhan memang melampaui perhitungan manusia. Dalam perspektif-Nya, kemudaan dan kekurang piawaian bicara bukan halangan. Dalam misteri panggilan-Nya, Tuhan bahkan sudah mengenal dan menguduskan Yeremia sebelum ia hadir di rahim ibunda (ay. 4)! Bukan hanya memilih, Tuhan juga menyertainya. Dalam ay. 7-10, setidaknya ada lima kata kerja yang menyatakan penyertaan Tuhan.
Bukankah itu suatu penegasan yang kuat bahwa jika Tuhan memanggil kita untuk bekerja, Dia sendiri turut bekerja melalui pekerjaan kita? Indah, bukan? Bagaimana dan apa tanggapan kita terhadap panggilan Tuhan dalam konteks kita masing-masing? Apakah jawaban Anda?
TUHAN TIDAK PERNAH MELEPASKAN KITA SEORANG DIRI; DIA SENANTIASA MENYERTAI KITA DALAM MENJALANKAN PANGGILAN-NYA

Jumat, 30 Januari 2015
MERASA TIDAK SANGGUP (Yeremia 1:1-10)
"Saya tidak bisa." Dengan kata-kata tersebut, kita sering menolak tanggung jawab untuk melakukan sesuatu yang Allah inginkan.
Saya masih ingat dengan jelas rasa ketidaksanggupan yang saya alami ketika berdiri di depan kelas untuk praktek mengajar. Saya lebih suka digigit itik daripada berdiri di depan pada siswa berusia 17-an untuk mengajar pelajaran tata bahasa.
Bagaimanapun juga, kita tidak perlu menyalahkan rasa takut itu dan menjadikannya alasan untuk menghindari tujuan hidup yang telah Allah tetapkan bagi kita.
Lihatlah Yeremia. Allah telah mempersiapkannya untuk menjadi "nabi bagi bangsa-bangsa" (Yeremia 1:5). Namun saat ia mendengar rencana Allah, serta merta ia menolak dan berkata, "Sesungguhnya aku tidak pandai bicara, sebab aku ini masih muda" (ayat 6). Tidak jelas berapa usia Yeremia pada waktu itu, tetapi yang jelas hal itu tidak menjadi masalah bagi Allah. Dia tidak menerima penolakan Yeremia. Sebaliknya, Tuhan akan menyediakan apa yang dibutuhkan oleh Yeremia agar dapat berhasil, yakni kesanggupan (ayat 7), penyertaan-Nya (ayat 8), dan kata-kata yang harus di ucapkan (ayat 9).
Dengarkanlah Allah. Apa panggilan Allah yang harus Anda kerjakan bagi-Nya? Apakah hal itu tampak sulit untuk dilakukan? Mustahil! Bila Allah memberikan tugas kepada Anda, maka bukan Anda sendiri yang akan mengerjakannya Dia yang akan bekerja melalui Anda. Dia yang akan mengatasi ketidaksanggupan Anda.
KEKUATAN ALLAH SENANTIASA MENYERTAI PANGGILAN-NYA

Sabtu, 31 Januari 2015
BERDOALAH (Kisah Para Rasul 12:5-17) 
Ketika saya masih menjadi pendeta, saya sering mengunjungi para penghuni panti wreda. Dari berbagai kunjungan yang saya lakukan, saya tidak akan pernah melupakan perjumpaan saya dengan seorang wanita tua. Ia buta dan telah terbaring di tempat tidur selama tujuh tahun, namun ia masih tampak manis dan berseri-seri. Pada suatu hari, ia menceritakan mimpinya. Dalam mimpinya, ia seolah-olah berada di taman yang indah. Di sana terhampar rumput yang hijau seperti permadani dan aroma bunga memenuhi udara.
Ia kemudian berlutut karena terpana oleh pemandangan itu. Saat pikirannya terbawa ke suasana surga, ia merasa bahwa ia perlu mendoakan pendetanya, mendoakan saya, dan mendoakan orang lain. Ketika terbangun, ia menemukan dirinya masih tergolek di tempat tidur rumah sakit. Sambil tersenyum, ia berkata, "Pak Pendeta, awalnya saya memang agak kecewa. Tetapi, rasanya mimpi itu seperti nyata. Tempat tidur tua ini telah menjadi taman doa selama tujuh tahun!" Doa telah menjadikan ruangannya sebuah tempat kudus untuk menjalani saat teduh dan menikmati berkat.
Doa juga membuat suatu perbedaan ketika Petrus sedang berada di dalam penjara (Kisah Para Rasul 12). Berdoa tidak selalu mudah, karena doa syafaat yang sejati memerlukan kedisiplinan. Banyak di antara kita terbiasa mengucapkan kata-kata indah tanpa benar-benar berdoa. Akan tetapi, Allah kerap kali membuat kita berlutut melalui tekanan keadaan, di mana kita sungguh-sungguh mencari "TUHAN dan kekuasaan-Nya; mencari wajah-Nya selalu" (1Tawarikh 16:11). (HVL)
ALLAH DAN DOA BERJALAN BERIRINGAN MENGABAIKAN SALAH SATU BERARTI MENGABAIKAN YANG LAINNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar