Renungan Harian 19 - 24 Januari 2015

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 19 Januari 2015
KUPU-KUPU (Keluaran 13:17-22)
Kupu-kupu adalah salah satu contoh hewan yang mengalami siklus cukup panjang di hidupnya. Dari telur, ia menetas sebagai ulat. Setelah beberapa saat, ia membungkus dirinya sebagai kepompong. Dan, pada waktunya ia menjadi seekor kupu-kupu yang bisa terbang! Uniknya, bila salah satu saja dari tahapan ini tidak dilewati dengan baik, maka ia akan gagal menjadi kupu-kupu dan mati.
Seperti ulat yang baru menetas, demikian pula bangsa Israel yang baru saja keluar dari tanah Mesir di bawah pimpinan Musa. Allah tahu bahwa apa bila Israel terlalu cepat tiba di tanah Kanaan, mereka akan mudah melupakan penyertaan Tuhan dan menjadi hancur. Jadi, Israel perlu dipersiapkan agar menjadi bangsa yang besar dan mandiri saat memasuki Kanaan. Itulah sebabnya Allah membawa mereka menjalani siklusnya; menempuh perjalanan memutar melalui padang gurun yang luas. Perjalanan berat yang membuat Israel bersungut-sungut, bahkan membuat mereka menyerah dan ingin kembali ke Mesir, sungguh akan mendidik dan mendewasakan mereka.
Kerap kali Allah juga sengaja membawa kita menempuh "jalan memutar". Bentuknya bisa berupa masalah-masalah yang Dia izinkan terjadi di hidup kita; kegagalan menempuh ujian di sekolah, kekalahan dalam persaingan bisnis, atau masalah relasi dengan pasangan, keluarga, atau teman-teman. Semuanya ini mungkin membuat kita putus asa. Namun, jangan menyerah. Jalanilah semua dengan tetap percaya kepada Allah. Pada saatnya nanti, Allah akan menuntun kita keluar dari situ. Dan kita akan siap menjalani kehidupan dengan lebih mantap.
MASALAH DAN UJIAN YANG DILEWATI BERSAMA ALLAH AKAN MENEMPA DAN MENYEMPURNAKAN KITA

Selasa, 20 Januari 2015
TOTAL DAN TETAP (Keluaran 13:17-22)
Dalam buku pujian Kidung Jemaat, terdapat sebuah lagu berjudul Di Jalanku Ku Diiring. Sepenggal baitnya berbunyi demikian: Di jalanku, ku diiring oleh Yesus Tuhanku / Apakah yang kurang lagi jika Dia panduku?  
Selepas dari negeri Mesir, umat Israel dibimbing sendiri oleh Allah, walau Tuhan tidak menuntun umat Israel melalui jalur terdekat ke Kanaan, yakni melewati negeri orang Filistin. Sebab, Tuhan mempertanyakan kesiapan mental Israel jika harus menghadapi peperangan dengan bangsa Filistin (ayat 17). Maka, Tuhan menuntun mereka melalui rute yang jauh lebih panjang, yakni memutar melalui padang gurun menuju Laut Teberau (ayat 18). Pilihan rute yang lebih jauh ini mungkin terasa aneh bagi umat Israel. Namun, ada rencana yang luar biasa di balik perjalanan panjang ini, yakni pendampingan total yang Tuhan nyatakan dan berikan bagi mereka. ”TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka ... Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu.” 
Kini, kita bisa makin mengerti kedalaman lirik lagu di atas: Apakah yang kurang lagi, jika Dia panduku? Kalau Tuhan yang menjadi pandu bagi hidup kita, berarti Dialah yang akan berjalan di depan setiap langkah kita. Maka, tentu Dia akan menunjukkan kepada kita jalan mana yang benar dan paling membawa damai sejahtera. Sudahkah Anda memercayakan jalan hidup Anda hari ini kepada-Nya? Pastikan Tuhan ada di setiap keputusan yang Anda ambil. Dia berjanji untuk membimbing Anda secara total dan tetap.
ALLAH MAU TOTAL MEMBIMBING KITA!

Rabu, 21 Januari 2015
JALAN SETAPAK DI HUTAN (Keluaran 13:17-22)
Ayah mendirikan sebuah tenda seperti rumah orang Indian di hutan untuk Bree yang berusia 5 tahun, dan Abby, adik perempuannya yang berusia 3 tahun. Kemudian ia membuat rumah-rumahan untuk mereka di dekat sebuah pohon yang tumbang. Apabila daun-daun berguguran, anak-anak dapat melihat pondok keluarga mereka dari tempat persembunyian itu. Namun pada musim panas semak belukar tumbuh dengan liar, sehingga Abby sering menyangka mereka sedang berada di tengah hutan yang menakutkan.
Oleh karena itu, ayah mengambil kapak dan gunting untuk membuat jalan setapak dari belakang pintu pondok menuju ke rumah-rumahan, ke tenda, lalu kembali ke pondok. Abby merasa aman dan mantap karena jalan setapak itu mudah diikuti.
Kita juga berharap bahwa Allah akan membuatkan jalan bagi kita melintasi belantara masa depan, tetapi itu bukan cara-Nya. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita sendiri. Dia akan membimbing kita. Kita dapat belajar sesuatu tentang sifat kasih-Nya dengan melihat apa yang dilakukan-Nya bagi bangsa Israel saat mereka keluar dari tanah Mesir. Dia "berjalan di depan mereka" dan menunjukkan jalan mereka dengan tiang awan dan tiang api (Keluaran 13:21).
Saat ini mungkin kita tidak dipimpin oleh tanda-tanda dramatis seperti awan dan api. Namun Allah memberikan sesuatu yang lebih baik, yaitu kehadiran Roh Kudus yang selalu menyertai kita (Yohanes 14:26; Galatia 5:16,18).
Anda mungkin tidak akan pernah melihat jalan setapak kehidupan ini dengan jelas. Namun, tatkala Anda mengikuti pimpinan Roh Kudus dan Firman Allah, Anda akan mengetahui ke mana Anda harus melangkah ketika jalan di hadapan mulai kabur.
ANDA TIDAK PERLU TAHU KE MANA ANDA AKAN PERGI APABILA ANDA TAHU BAHWA ALLAH SEDANG MEMIMPIN

Kamis, 22 Januari 2015
PAHIT JADI MANIS (Keluaran 15:22-27)
Mana yang lebih Anda sukai: minum jamu beras kencur manis dulu baru minum jamu bratawali yang pahit; atau minum jamu bratawali yang pahit dulu baru minum jamu beras kencur manis sebagai penawar? Biasanya orang akan memilih meminum beras kencur yang manis setelah minum bratawali yang pahit.
Segera setelah peristiwa Laut Teberau yang mencengangkan dan menggembirakan, orang Israel mengalami kesulitan: tiga hari mereka berjalan di padang gurun tanpa air. Ketika sampai di sebuah tempat berair bernama Mara, mereka tetap tak dapat minum sebab air di situ pahit. Namun, di situ terjadi kembali pertolongan Tuhan yang mengubah air pahit di Mara menjadi air yang manis (ayat 25). Di tempat kepahitan (Mara), air berubah menjadi manis (bahasa Ibrani: Mathaq, yang berarti “manis”, menggembirakan). Begitulah Tuhan mendidik umat Israel, bahwa Dia adalah Allah yang dapat membuat Mara menjadi Mathaq; yang dapat membuat apa yang tak bisa dinikmati menjadi sesuatu yang menggembirakan. Ini akan terjadi apabila umat Tuhan ”sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan, Allah, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telinga kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya ...” (ayat 26).
Dalam kisah hidup kita, kadang ada kejadian pahit yang terjadi dan membuat hati kita merana karenanya. Bila hal itu terjadi, apakah Anda ingin hati Anda yang pahit diubahkan menjadi manis? Allah kita mampu mengubahnya, asal kita sungguh-sungguh bersedia mendengarkan perintah Tuhan dan melakukan apa yang benar, dengan setia.
APABILA KEPAHITAN HIDUP TAK TERHINDARI, BERSANDARLAH KEPADA ALLAH YANG SANGGUP MEMBUATNYA MANIS

Jumat, 23 Januari 2015
MARA DAN ELIM (Keluaran 15:22-27)
Keadaan tampak tidak menguntungkan bagi seorang Panglima Amerika Serikat saat Perang Dunia II. Pasukannya, yang mendarat di pantai Afrika Utara untuk melawan Jerman, menderita kekalahan. Ribuan prajurit tewas dan ratusan tank hilang. Misinya gagal total, namun ia sendiri tak patah semangat. Beberapa tahun kemudian, Sekutu menunjuk pria itu sebagai Panglima Tertinggi di ajang pertempuran Eropa. Dan, kurang dari 10 tahun setelah kegagalannya di Afrika Utara, ia terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Ia adalah Dwight D. Eisenhower. Apa yang akan terjadi seandainya ia terus berkubang dalam kegagalan masa lalu? 
Musa memimpin bangsa Israel dari Laut Teberau menuju padang gurun Syur. Beberapa hari kemudian, mereka tiba di tempat bernama Mara, tapi tidak ada air di sana. Umat Allah mengeluh. Lalu Musa berseru kepada Allah. Allah bukan saja memberikan mukjizat, namun juga menyampaikan berbagai ketetapan dan peraturan. Sesudah itu, mereka terus berjalan dan sampai di Elim, tempat yang penuh dengan mata air dan makanan. Bisakah kita bayangkan andaikata orang Israel memilih menetap di Mara dan terus-menerus bersungut-sungut di sana? Selamanya mereka tidak akan pernah menikmati berkat-berkat Allah di Elim.
Yang menarik untuk dicatat, jarak antara Mara dengan Elim hanya beberapa kilometer saja, artinya tidak begitu jauh. Jarak antara kesulitan dan kebahagiaan pun sangat dekat. Tetapi akan menjadi jauh bila kita menyerah. Teruslah bergerak, jangan berhenti. Elim menanti kita.
SESEORANG TIDAK AKAN BERAKHIR PADA SAAT IA DIHANCURKAN. IA AKAN BERAKHIR KALAU IA SENDIRI YANG BERHENTI.

Sabtu, 24 Januari 2015
MELANGKAH KE ELIM (Keluaran 15:22-27)
Dalam perjalanan keluar dari tanah Mesir, bangsa Israel melewati banyak tempat. Salah satunya Mara. Bangsa Israel bersungut-sungut karena sewaktu menemukan air di situ ternyata rasanya pahit. Musa berseru-seru kepada Tuhan dan Tuhan menjadikan air itu manis sehingga dapat diminum. Tetapi, Tuhan tidak ingin bangsa Israel berhenti di Mara dan puas dengan mukjizat air menjadi manis. Tuhan membawa bangsa Israel terus melangkah ke Elim. Di tempat ini Tuhan menyediakan berkat yang lebih berlimpah.
Kita sering merasa puas dengan apa yang sudah kita dapatkan, lalu berhenti dan tidak berminat mencoba sesuatu yang baru. Kita tidak mengharapkan hasil yang lebih baik karena kita enggan mesti berusaha lebih keras lagi guna mencapainya. Toh apa yang kita hasilkan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, Tuhan sejatinya menyediakan hal yang lebih besar dari yang kita bayangkan. Ada berkat yang lebih besar yang sudah Tuhan siapkan bagi kita, tetapi kita tidak dapat berpangku tangan untuk menerimanya. Kita perlu berani melangkah keluar dari zona kenyamanan kita, mengikuti pimpinan-Nya, ke tempat yang mungkin tidak kita sukai.
Bukan suatu hal yang mudah untuk mencapai Elim. Dibutuhkan tenaga dan kemauan untuk melangkah. Demikian juga untuk meninggalkan zona kenyamanan. Kelelahan pasti akan menyapa, tetapi kita tidak perlu bersungut-sungut. Dalam setiap langkah, Tuhan menyertai dan menguatkan kita untuk menemukan kelimpahan hidup yang sudah Dia sediakan. 
MELANGKAH KELUAR DARI ZONA KENYAMANAN ADALAH CARA UNTUK MENIKMATI BERKAT ALLAH YANG LEBIH BESAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar