Mimbar Gereja u/Warta 21 Desember 2014

GIA Sby (Darmo Harapan Sore)
Minggu, 14 Desember 2014
HATI SEORANG HAMBA
(Yohanes 13:3-9)
Oleh: Pdt. Yung Tik Yuk

Yohanes 13:3-9 memperlihatkan ketika Yesus pada saat itu sebagai seorang Guru yang secara status dan posisi mestinya jauh lebih tinggi daripada seorang murid sehingga dalam konteks ke-sopan-santunan sebetulnya tidak pada tempatnya seorang Guru membasuh kaki murid-muridNya. Peristiwa ini terjadi sebelum beberapa jam Tuhan Yesus dipakukan di kayu salib ini dapat terjadi karena murid-muridNya pada waktu itu menganggap dirinya adalah yang paling tinggi daripada yang lain, sehingga sesama murid untuk saling melayani mereka merasa tidak mau. Untuk itulah Yesus yang berinsiatif untuk membasuh kaki mereka.
Pada waktu Yesus membasuh kaki mereka, Yesus membasuh dari urutan pertama sampai pada akhir. Posisi Petrus pada waktu itu terakhir sehingga air yang dipakai untuk membasuh kakinya sudah kotor maka, ketika petrus hendak dibasuh kakinya timbul sebuah pertanyaan dari Petrus di dalam ayat yang ke 6b “Tuhan Engkau hendak membasuh kakiku”. Pertanyaan ini menimbulkan 2 kemungkinan yang berbeda yaitu  Pertama, Petrus seolah-olah mengatakan Tuhan masakan Engkau membasuh kakiku sesuatu yang tidak mungkin karena aku ini hanyalah seorang murid dan Engkau adalah Guru. Kedua, kemungkinan pertanyaan Petrus mengacu kepada Tuhan Engkau membasuh kakiku dengan air yang kurang jernih artinya Petrus tidak mau mendapatkan yang sisa, walaupun Gurunya yang membasuh. Kemudian jawab Yesus kepadanya pada hari ini engkau tidak akan mengerti mengapa aku membasuh kaki para muridKu tetapi nanti kamu akan mengerti dengan keadaan ini. Ungkapan Yesus yang demikian memiliki arti bahwa ini hanya urusan basuh kaki tidak ada bandingannya dengan pengorbananKu di kayu salib untuk murid-muridKu nanti. 
Kisah ini mau menggambarkan manusia yang berdosa seringkali jiwa melayani itu tidak ada, apalagi hati seorang hamba. Kejatuhan manusia juga menunjukkan bahwa manusia seringkali tidak mau menjadi bagian yang akhir tetapi ingin menjadi seperti Allah. Untuk itu Tuhan Yesus memberikan teladan dengan mengosongkan diriNya artinya Ia merendahkan diri mengambil rupa untuk berkorban bagi manusia, hal ini bukanlah sesuatu yang gampang. Dalam Efesus 1:3-5 memiliki arti sejak sebelum Allah menciptakan langit dan bumi, Allah memiliki niat untuk kita semua manusia berdosa menjadi anak-anakNya melalui Kristus datang ke dunia ini. Yesus mengerti hal ini, oleh sebab itu dengan kerelaanNya Ia berkorban di atas kayu salib yang tidak ada bandingannya dengan membasuh kaki murid tetapi hal itu Yesus tetap lakukan. Inilah sikap seorang Hamba yang Tuhan Yesus nyatakan supaya kita bisa menjadi anak-anakNya. Melayani atau pelayanan bukan hanya sekedar kita melakukan dengan apa yang kita suka tetapi walaupun tidak kita suka kita harus ingat bahwa pelayanan itu bentuk kita memuliakan namaNya dengan cara mengambil hati seorang hamba.

Diringkas oleh: Sdri. Wanda Eunike H. Siahaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar