Renungan Harian 17 - 22 November 2014

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 17 November 2014
DALAM HADIRAT-NYA (1 Korintus 15:50-58)
Ketika jemaat di sekeliling saya menyanyikan bait terakhir lagu "Ajaib Benar Anugerah" (Amazing Grace), saya tidak mampu ikut bernyanyi bersama mereka. Saya justru menyeka air mata ketika membaca kata-kata John Newton, "Meski selaksa tahun lenyap di surga mulia, rasanya baru sekejap memuji nama-Nya." Saat itu saya tidak tertarik dengan 10.000 tahun (selaksa) di surga. Yang saya pikirkan hanyalah bahwa putri saya yang berusia 17 tahun telah berada di sana. Melissa, yang beberapa bulan kemudian akan masuk sekolah menengah atas, telah berada di surga. Ia telah mengalami kekekalan yang hanya dapat kita bicarakan dan nyanyikan.
Sejak Melissa meninggal karena kecelakaan mobil pada musim semi tahun 2002, surga memiliki arti baru bagi keluarga kami. Karena putri remaja kami yang cerdas dan cantik itu telah mempercayai Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, kami tahu ia telah berada di surga. Seperti yang dikatakan Paulus, "Maut telah ditelan dalam kemenangan" (1Korintus 15:54). Bagi kami, surga bahkan menjadi semakin nyata. Kami sadar bahwa ketika kami berbicara dengan Allah, kami sedang berbicara dengan Dia yang menerima Melissa kami di dalam hadirat-Nya.
Kenyataan tentang surga merupakan salah satu kebenaran Alkitab yang paling mulia. Surga merupakan tempat yang nyata di mana orang-orang yang kita kasihi hidup di dalam hadirat Allah yang Mahabesar. Di sana mereka selamanya melayani dan menyanyikan pujian-pujian untuk-Nya. Semua itu karena anugerah-Nya yang luar biasa! (DB)
ORANG KRISTIANI TIDAK PERNAH BENAR-BENAR BERPISAH UNTUK SELAMA-LAMANYA

Selasa, 18 November 2014
TAKUT SETENGAH MATI (2 Timotius 1:10; 1 Korintus 15:51-58)
Baris pembuka sebuah lagu country, "Sarabeth is scared to death ..." [Sarabeth takut setengah mati] menggambarkan kepada pendengarnya mengenai hati seorang gadis remaja yang sangat ketakutan karena didiagnosa menderita penyakit kanker. Lirik lagu Skin (Sarabeth) memaparkan pergumulan yang dihadapinya. Pergumulannya itu tidak hanya berkaitan dengan penyakit dan pengobatannya, tetapi juga berhubungan dengan bukti nyata dari pergumulannya, yaitu rambutnya yang rontok (judul lagu tersebut diambil dari sini). Ini adalah lagu kemenangan yang menyentuh di tengah-tengah suatu tragedi, ketika Sarabeth menghadapi ketakutan hidup-dan-mati yang memang mengerikan akibat kanker yang dideritanya tersebut.
Bayangan kematian menghadang setiap manusia. Namun, entah kita menghadapi kenyataan tersebut dengan rasa takut atau dengan penuh keyakinan, tidak tergantung pada ada atau tidaknya pandangan hidup yang baik atau sikap positif. Cara kita menghadapi kematian, seluruhnya tergantung pada apakah kita memiliki hubungan pribadi dengan Yesus, yang memberikan diri-Nya untuk mati supaya kematian itu sendiri dapat dipatahkan.
Rasul Paulus pernah menulis kepada Timotius bahwa Juru Selamat kita adalah Dia yang "melalui Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa" (2 Timotius 1:10). Dengan demikian, kita tidak perlu merasa takut setengah mati pada saat melewati masa-masa hidup yang paling sulit sekalipun.
Kita dapat hidup dengan penuh keyakinan dan harapan karena Yesus telah menaklukkan maut.
KARENA KRISTUS HIDUP KITA TIDAK PERLU TAKUT TERHADAP KEMATIAN

Rabu, 19 November 2014
TETAP MEMBICARAKAN YESUS (1Korintus 15:51-57; Yohanes 11:25)
Dalam upacara pemakaman seorang jemaat, Pendeta Eloy Pacheco mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya sumber penghiburan yang abadi. Kemudian datanglah seorang wanita kepadanya dan berkata, "Semua pendeta memang sama saja. Yang selalu Anda bicarakan hanyalah Yesus, Yesus, Yesus!" "Benar," jawabnya ramah. "Namun, penghiburan seperti apa yang bisa Ibu berikan kepada keluarga yang sedang berkabung?" Ibu itu terdiam sebentar, kemudian menjawab, "Anda benar. Setidaknya Anda mempunyai Yesus."
Cepat atau lambat orang yang kita cintai akan meninggal, dan kita ingin dihibur. Pelukan, ungkapan belasungkawa dan air mata, serta kehadiran seorang teman, bisa sedikit meringankan penderitaan yang begitu pedih. Namun, semua ini tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan kita yang paling mendesak: Apa yang terjadi setelah kematian? Di manakah orang yang kita cintai itu sekarang? Apakah kita akan dipersatukan kembali di surga? Bagaimana saya bisa mendapat kepastian mengenai kehidupan kekal?
Jawaban atas semua pertanyaan itu ada pada Yesus. Dialah yang telah mengalahkan dosa dan kematian dengan wafat di kayu salib bagi kita dan bangkit dari kubur (1 Korintus 15:1-28,57). Karena Dia hidup, semua yang beriman kepada-Nya akan hidup selamanya (Yohanes 11:25).
Ketika orang yang percaya kepada Kristus meninggal, kita yang ditinggalkan bisa menemukan penghiburan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya. Maka marilah kita tetap membicarakan Yesus. (DDH)
DALAM HIDUP DAN MATI, YESUSLAH SATU-SATUNYA HARAPAN KITA

Kamis, 20 November 2014
PERSEKUTUAN KEKAL. (1 Korintus 15:51-58)
Bersekutu dengan Tuhan sering diartikan sempit, karena dibatasi ruang dan waktu. Artinya, persekutuan dengan Tuhan hanya ada jika ada kegiatan bersama memuji Tuhan, doa dan baca firman. Sebaliknya jika tidak, meski sedang berkumpul bersama, tidaklah menunjukkan adanya persekutuan dengan Tuhan. Benarkah demikian? Paulus menunjukkan suatu dimensi baru dalam memandang persekutuan dengan Tuhan. Dimensi kekekalan.
Paulus mendorong Kristen memegang kebenaran akan kebangkitan dan hidup benar dalam hubungannya dengan aspek persekutuan kekal dengan Tuhan. Usaha Paulus ini tentu saja dibarengi dengan alasan-alasan logis. Pertama, orang mati dalam Tuhan akan dibangkitkan pada waktu bunyi nafiri terakhir dalam keadaan tidak binasa dan telah diubahkan (ayat 51-53). Nabi-nabi Perjanjian Lama seringkali memiliki bayangan tentang terompet, yang digunakan untuk mengumpulkan umat untuk perang; di sini merujuk kepada kumpulan umat Allah pada zaman akhir (bdk. Yes 27:13). Paulus mengambil bayangan dari khotbah Yesus tentang akhir zaman (Mat 24:31). Kedua, peristiwa itu merupakan penggenapan firman Tuhan: (Hos 13:14; Yes 25:8) bahwa maut telah dilenyapkan oleh kebangkitan Yesus Kristus (ayat 54-56). Paulus mengutip Yesaya yang merujuk ke kemenangan Allah atas kematian zaman akhir, pada pemulihan terakhir Israel.
Ulasan Paulus mengenai persekutuan kekal, memberikan kepada kita, orang-orang Kristen pada masa kini dua pelajaran penting pertama, bahwa umat yang gigih mempertahankan persekutuan dengan Tuhan tidak akan sia-sia; kedua, bahwa selain dipertahankan dengan kegigihan, persekutuan dengan Tuhan harus dipelihara agar tidak goyah dan tetap berdiri teguh (ayat 57-58).
TIDAK ADA CARA LAIN UNTUK MEMPEROLEH HIDUP DALAM PERSEKUTUAN KEKAL DENGAN-NYA SELAIN DARI PERSEKUTUAN KITA DENGAN-NYA. TETAP TERJALIN BAIK SAMPAI AKHIR HAYAT KITA

Jumat, 21 November 2014
KEBANGKITAN  KRISTUS (Wahyu 1:9-18) 
Banyak religi di dunia memuja para pemimpin atau ahli filsafat besar yang sesungguhnya adalah manusia biasa yang tak berdaya. Kekristenan sendiri menyatakan iman dalam diri sang Juruselamat yang hidup dan bangkit dari kematian. 
Seorang Utusan Injil menjelaskan kebenaran ini kepada beberapa orang. Katanya, "Saya bepergian dan tiba di suatu tempat yang memiliki jalan bercabang dua. Saya mencari pemandu dan menemukan dua orang: Yang satu mati dan satunya lagi hidup. Kepada pemandu yang mana saya seharusnya bertanya, kepada yang mati atau yang hidup?" Orang-orang menjawab, "Yang hidup." "Lalu," kata Utusan Injil itu, "mengapa Anda justru mengikuti seorang pemimpin yang mati, bukannya Kristus yang hidup?" 
Jika kita percaya akan kebangkitan jasmani Yesus Kristus yang nyata, maka kita tidak akan mengalami kesulitan mempercayai Firman-Nya. Jika kita menolak doktrin pokok ini, kita juga akan menolak keseluruhan isi Alkitab. Jika Kristus belum dibangkitkan, Dia telah melanggar janji-Nya, gagal dalam nubuat-Nya, dan kita masih berada dalam dosa. 
Seorang gadis kecil tinggal di dekat kuburan dan seringkali harus berjalan melewatinya pada malam hari. Ketika seseorang bertanya, "Apakah kamu pernah merasa takut?" Gadis itu menjawab, "Oh tidak. Rumah saya ada di dekat sana." 
Jika kita beriman kepada Kristus yang dibangkitkan, kita juga tidak perlu merasa takut akan kematian. Rumah kita ada di dekat sana! [HGB] 
KARENA KRISTUS HIDUP, KITA PUN AKAN HIDUP

Sabtu, 22 November 2014
KESUKAAN  ALLAH (1 Timotius 1:12-17) 
Seorang pengkhotbah Skotlandia menyatakan penginjilan merupakan persekutuan orang-orang berdosa yang diperdamaikan dan diampuni, yang tak sekadar berkhotbah tetapi hidup sesuai iman mereka. Mereka pun menawarkan pendamaian dan pengampunan yang juga telah mereka terima dari Allah. 
Rasul Paulus mengungkapkan keyakinan yang sama, “‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa” (1 Timotius 1:15). Paulus yang dulu pengejek dan penyiksa orang kristiani, percaya bahwa belas kasih Allah telah ditunjukkan kepadanya, orang paling berdosa, sebagai contoh bagi para pendosa lain yang nantinya akan percaya kepada Kristus (ayat 16). 
Saat kita bersaksi bahwa Allah telah mengampuni kita dan menyediakan kehidupan kekal melalui iman kepada Kristus, kita menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang menyelamatkan. Namun, bila kita mengamati gaya hidup orang-orang yang menuju kebinasaan, kita akan dengan mudah menganggap mereka hancur. Kita seharusnya justru melihat mereka seperti Kristus. “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka” (Matius 9:36). 
Yesus berkata bahwa Dia datang tidak untuk menghakimi dunia, tetapi menyelamatkannya (Yohanes 3:17). Daripada menghakimi orang lain, kita seharusnya berkata, “Siapakah aku yang hendak menghakimi orang lain, apabila Allah telah begitu bermurah hati mengampuniku?” Allah senang memakai orang-orang berdosa yang telah diampuni untuk menjangkau pendosa lainnya.
MENGASIHI ORANG BERDOSA BERARTI MENJADI SEPERTI KRISTUS


Tidak ada komentar:

Posting Komentar