Renungan Harian 25-30 Agustus 2014

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 25 Agustus 2014
KEBEBASAN. (1Korintus 11:2-16)
"Wanita dijajah pria sejak dulu ...." Syair lagu ini menggambarkan bahwa perempuan hidup dalam bayang-bayang kekuasaan laki-laki. Baik budaya yang berlaku dalam masyarakat Yahudi maupun masyarakat di Korintus, status perempuan sangat direndahkan. Dalam masyarakat Yahudi, hanya laki-laki yang diperkenankan memimpin doa dalam sinagoge, sedangkan di Korintus, khususnya dalam penyembahan kepada dewi kesuburan di kuil-kuil penyembahan, para perempuan dijadikan pelacur bakti untuk menarik orang kepada penyembahan berhala. Dalam tradisi orang Yahudi pun, perempuan tidak memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan laki- laki.
Namun, dalam perikop ini, Paulus memberikan kebebasan kepada perempuan di dalam gereja. Hal ini tampak dari diperbolehkannya mereka melayani berdoa dan bernubuat dalam gereja. Namun, di samping kebebasan itu, Paulus memberikan persyaratan yaitu bahwa dalam kebebasan untuk melayani, perempuan harus mengenakan tudung (ayat 7). Mengapa? Pertama, rambut perempuan menjadi pusat dari nafsu laki-laki pada dunia kuno Mediterania. Bagi mereka yang sudah menikah, jika tidak menudungi kepalanya itu menandakan ketidaksetiaannya kepada suaminya, dan sedang mencari laki-laki lain. Mereka akan menjadi sama para perempuan tunasusila yang memang sedang mencari laki-laki. Kedua, dalam dunia Yunani dan Yahudi suami adalah kepala dari isteri (ayat 3,8). Sehingga ketika istri tidak menudungi kepalanya, ia menghina suaminya. Itulah sebabnya Paulus menginginkan suatu perbedaan yang sangat hakiki bagi perempuan yang melayani, yaitu bahwa dia adalah perempuan yang setia terhadap suami, dan menghormati suaminya.
KEBEBASAN YANG ALLAH BERIKAN KEPADA KITA UNTUK MELAYANI, HARUSLAH DIGUNAKAN UNTUK MENYINARKAN KEMULIAAN ALLAH.

Selasa, 26 Agustus 2014
PERHATIKANLAH KONTEKS! (1 Korintus 11:2-16)
Perempuan dengan rambut digerai dan acak-acakan serta laki-laki dengan kepala botak biasa terdapat dalam ibadah ekstatik terhadap dewa-dewa Timur. Ini kontras dengan perempuan Yahudi yang menutup kepala dengan tudung.
Kehidupan baru dalam Roh membawa kemerdekaan dan kesederajatan bagi laki-laki dan perempuan untuk sama-sama berpartisipasi aktif dalam komunitas Kristen mula-mula. Namun, dalam rangka pemberitaan Injil, Paulus menganjurkan perempuan supaya tidak sama dengan perempuan dalam ibadah ekstatik yang memberi kesan kegilaan dan kemabukan. Tujuan Paulus ialah ketertiban dan sifat misioner komunitas Kristen.
Paulus menyoroti soal rambut di kepala perempuan bukan karena persoalan gender atau karena peraturan Kristen, tetapi untuk kepentingan pekabaran Injil oleh gereja mula-mula. Ibadah Kristen harus berlangsung dengan tertib dan teratur supaya tidak menjadi sumber penolakan bagi orang Yahudi terhadap Injil Kristus. Untuk mempertegas tentang rambut perempuan supaya sungguh-sungguh mendapat perhatian, Paulus memakai contoh hubungan Allah-Kristus, dan laki-laki-perempuan. Allah dan Kristus berada dalam hubungan setara, demikian pula laki-laki dan perempuan. Keduanya saling memberi kemuliaan oleh yang satu kepada yang lain (2-10, 13-16). Laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan menurut gambar Allah dan keduanya berasal dari Allah (11-12).
Nas ini bukan ditujukan hanya kepada para perempuan, tetapi kepada semua orang Kristen. Konteks zaman itu berbeda dengan konteks sekarang. Waktu itu rambut perempuan dapat menjadi masalah dan batu sandungan. Perhatikanlah konteks sekarang! Apa sajakah hal-hal di sekitar kita yang dapat mengganggu ketertiban dalam ibadah serta dapat menjadi sumber penolakan orang kepada Kristus? Kesaksian kita merupakan bagian penting dari ibadah. Kesaksian iman kita dapat menjadi sandungan bila jatuh menjadi kesombongan iman. 
BERHATI-HATILAH, JANGAN SAMPAI MENGHALANGI ORANG DATANG KEPADA KRISTUS!

Rabu, 27 Agustus 2014
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (Kejadian 1:26-28)
Buku Let Me Be A Woman merupakan hadiah pernikahan dari Elisabeth Elliot untuk putrinya, Valerie. Isinya kumpulan tulisan hasil pengalaman dan nasihat Elisabeth Elliot mengenai kehidupan keluarga dan pernikahan. Satu nasihat Elisabeth berkata demikian, "Kau akan menikah dengan laki-laki, bukan dengan perempuan .. Suatu hari nanti kamu mungkin akan bertanya (atau meneriakkannya), `Saya tidak yakin suami saya mengerti saya.' Kamu benar. Mungkin saja ia tidak mengerti. Sebab ia laki-laki, sedang kamu perempuan." Sebuah nasihat sederhana. Dan, semua juga sudah tahu, laki-laki dan perempuan berbeda. Sayangnya, "tahu" saja tidak cukup. Tanpa sadar, laki-laki dan perempuan kerap saling menuntut.
Allah-lah yang berencana dan menciptakan manusia dalam dua jenis kelamin yang berbeda. Laki-laki dan perempuan. Itu ide Allah dan kehendak-Nya. Hanya, sejak dosa ada di dunia, maka rusaklah semua tatanan Allah termasuk laki-laki dan perempuan. Perbedaan yang sebenarnya sangat baik berubah menjadi kejengkelan dan kemarahan tiada akhir. Namun, jika kita hidup di dalam Kristus-mendasarkan pernikahan kita pada hukum-hukum Kristus, dosa tidak lagi berkuasa. Kristus memampukan kita untuk memilih dan hidup sesuai dengan tatanan Allah.
Cara pertama untuk kembali ke tatanan Allah adalah dengan menerima bahwa laki-laki dan perempuan memang berbeda. Dengan menerima pasangan kita. Dengan tidak menuntutnya mengerti atau menanggapi kita seperti sahabat sejenis kelamin kita. Dengan tidak membandingkannya. Dalam Kristus, laki-laki dan perempuan tidak diciptakan untuk saling berperang, tetapi untuk bekerja sama. (GS)
PRIA DAN WANITA BERBEDA AGAR BISA SALING MELENGKAPI BUKAN UNTUK SALING MENGHANCURKAN

Kamis, 28 Agustus 2014
CANTIK (Amsal 31:10-31)
Maria Hartiningsih, wartawan harian Kompas, menulis, "Kalau ingin mata yang indah, carilah kebaikan dalam diri setiap orang; kalau ingin bibir yang menawan, ucapkanlah kata-kata yang bijaksana; kalau ingin tubuh yang semampai, berjalanlah dengan ilmu pengetahuan; dan kalau ingin tubuh yang langsing, berbagilah makanan dengan orang yang miskin."
Wataklah yang membuat cantik, bukan sekadar penampilan fisik. Kebijaksanaan wanita yang digambarkan dalam amsal ini terlihat dari perilakunya terhadap suami, anak, pekerjaan, dan rumahnya. Rambut yang indah, mata yang cantik, bibir yang menarik ataupun tubuh yang menawan tidak disinggung sama sekali. Akan tetapi, yang ditekankan adalah bahwa karena perbuatannyalah seorang wanita bijak layak dipuji (ayat 31), sama sekali bukan rupa dan keindahan jasmaniahnya. Wanita yang bijak ini pandai mengatur rumahnya, terampil dalam kerjanya, dan tenang menghadapi masa depannya. Ia "cantik" karena kepribadian dan kebajikannya yang luhur.
Keindahan wanita luhur dalam amsal ini seperti menggugat iklan dan promosi kecantikan yang sungguh memborbardir imajinasi kita akan kecantikan. Sampo, sabun, kosmetik, suplemen, perawatan wajah dan kulit, bahkan sampai operasi plastik; sebagian besar berisi ilusi akan kecantikan. Mampu mengubah permukaan wajah, namun mengabaikan keindahan batiniah. Cantik seperti itu akan sia-sia jika tidak disertai kebaikan, keramahan, dan budi pekerti. Jadilah cantik di dalam watak Anda, sebab kecantikan kulit akhirnya akan sirna ditelan masa. (DBS)
CANTIK WAJAH ITU RELATIF DAN SEMENTARA. INDAH WATAK ITU LEBIH KUAT DAN LEBIH KEKAL

Jumat, 29 Agustus 2014
MARI KITA BICARAKAN! (Matius 18:15-20)
Kepolisian San Diego menerima keluhan dari seorang wanita yang mengatakan bahwa ia menerima beberapa panggilan telepon yang mengganggu. Pada tengah malam seseorang meneleponnya, dengan menirukan suara anjing menggonggong, dan kemudian menutup telepon. Akhirnya polisi menemukan bahwa telepon itu berasal dari tetangga wanita tersebut. Tetangga itu mengatakan bahwa setiap kali ia terbangun karena gonggongan anjing wanita tersebut, ia ingin memastikan bahwa wanita itu juga terbangun.
Tindakan yang dilakukan sang tetangga itu sama sekali tidak menunjukkan hikmat Allah. Alkitab mengajarkan agar kita menghadapi masalah secara langsung (Matius 18:15-20). Sebuah pembicaraan yang jujur pada saat yang tepat dan demi semua pihak yang terlibat, merupakan suatu penyelesaian masalah.
Namun, tindakan yang penuh kasih dan terbuka seperti itu tidak selalu dilakukan orang kristiani. Kita cenderung untuk "bermain-main" daripada memercayai Allah dan melewati situasi tegang dengan hati nurani yang bersih serta hasrat untuk berdamai. Tanda-tanda diabaikan. Kasih sayang disembunyikan. Percakapan menjadi singkat. Suasana menjadi dingin, dan kebekuan situasi ini hanya dapat dicairkan oleh perpaduan yang bijak antara belas kasih dan kebenaran (Amsal 3:3).
Keluhan kita terhadap sesama tidak dapat dihilangkan begitu saja dengan mengubur kemarahan. Jika sebuah masalah tidak cukup kecil untuk dilupakan dengan tulus hati, maka marilah kita membicarakannya. (MDH)
CARA TERBAIK UNTUK MENGALAHKAN MUSUH ANDA ADALAH MENJADIKANNYA TEMAN ANDA

Sabtu, 30 Agustus 2014
KASIH YANG TEGAS (Ibrani 12:1-11)
Di sekolah negeri terbesar di kota kami, setiap murid yang kedapatan membawa senjata atau obat-obat terlarang terancam dikeluarkan dari sekolah. Kepala sekolah dapat langsung mengeluarkan murid itu. Atau, yang lebih sering dilakukan kepala oleh sekolah tersebut adalah memberi pembinaan selama 90 menit yang dirancang khusus untuk memaksa murid tersebut melepaskan diri dari kelakuannya yang buruk. Ketika mengingat masa lalu, banyak pemuda lulusan sekolah itu berkata bahwa bila mereka tidak berhadapan dengan kepala sekolah itu, mungkin hidup mereka sudah berakhir di penjara.
Disiplin! Tak seorang pun menyukainya, tetapi kita semua membutuhkannya. Dan karena Allah mengasihi kita sebagai anak-anak-Nya, Dia tidak tanggung-tanggung dalam melatih kerohanian kita. Koreksi yang diberikan kepada kita tidak hanya berupa pukulan ringan di pergelangan tangan, tetapi juga pengalaman menyakitkan yang membuat kita harus berhadapan langsung dengan siapa diri kita dan mengapa kita bersikap seperti yang kita lakukan. Ibrani 12 merangkum proses tersebut secara jujur sehingga melegakan hati kita: "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya" (ayat 11).
Kita diajar untuk tidak menolak didikan Tuhan dan tidak berputus asa apabila Dia memperingatkan kita, sebab semua itu bersumber pada kasih-Nya (ayat 5,6). Tanpa kasih Allah yang tegas, di manakah kita akan berada saat ini?. (DCM)
ALLAH TIDAK PERNAH KEJAM DALAM MELAKUKAN KOREKSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar