RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 01 September 2014
BERITAKAN KEMATIAN-NYA (1 Korintus 11:17-34)
Coba perhatikan sikap jemaat, termasuk diri kita sendiri, saat mengikuti Perjamuan Kudus. Beberapa orang melakukannya dalam rutinitas dan tanpa rasa. Bahkan, beberapa orang lebih suka membahas rasa anggur dan jenis roti yang dipakai, yang mungkin tak sesuai dengan seleranya. Tak pelak lagi, di banyak gereja, Perjamuan Kudus nyaris kehilangan maknanya.
Jemaat di Korintus juga sempat mengalami hal yang sama. Mereka melakukan rutinitas Perjamuan Kudus tanpa menghayati maknanya (ayat 20). Paulus mengingatkan, Perjamuan Kudus diperintahkan oleh Kristus sendiri, dan setiap kali kita makan roti dan minum anggur, kita sebenarnya sedang memberitakan kematian Tuhan (ayat 23-26). Kematian ini tidak akan pernah sama dengan kematian siapa pun. Bukan kematian akibat tidak mampu melawan maut yang menjemput, melainkan kematian yang direncanakan dan digenapi sebagai wujud kasih yang besar. Tubuh yang tercabik dan darah yang tercurah bercerita tentang luputnya manusia yang berdosa dari murka Allah oleh pengorbanan Kristus. Melalui Perjamuan Kudus, jemaat Tuhan memberitakan kematian-Nya sampai Dia datang kembali (ayat 26).
Sebab itu, tak boleh kita mengangkat roti dan cawan dengan sikap remeh, apalagi angkuh. Kita adalah sesama pendosa yang menerima anugerah pengampunan melalui kematian Yesus. Tiap kali menghadap meja perjamuan, izinkan berita ini memenuhi sanubari kita dengan rasa takjub sekaligus hormat kepada Tuhan. Banyak orang yang belum memahami dan mengalami karya-Nya. Kitalah yang seharusnya memperkenalkan makna roti dan cawan kepada mereka. (PBS)
YESUS SUDAH MATI BAGI KITA SUPAYA KITA HIDUP BAGI DIA. MARI MENJADI PEWARTA KEMATIAN-NYA HINGGA DIA DATANGSelasa, 02 September 2014
PERJAMUAN TUHAN BAGI SESAMA (1 Korintus 11:17-34)
Berbagi hidup merupakan salah satu bentuk solidaritas menghadapi berbagai macam tantangan. Suatu komunitas masyarakat menjadi sejahtera karena dibangun dari kemauan berbagi hidup. Mereka berbagi informasi, pengetahuan, keterampilan, keuntungan, bahkan berbagi kerugian. Kemiskinan dan ancaman kebinasaan di dunia ini pun dijawab oleh Yesus Kristus dengan membagi hidup-Nya bahkan menyerahkan tubuh-Nya. Yesus membagi kemuliaan-Nya supaya manusia menjadi mulia. Namun, kita kadang melupakan perbuatan Yesus, sehingga kita menjadi egois dan hanya memuaskan diri sendiri.
Sejak semula, perjamuan dalam jemaat Kristen ditandai dengan berbagi makanan dan minuman. Namun di jemaat Korintus sudah bergeser. Kebiasaan perjamuan makan bersama sebelum perjamuan kudus berubah menjadi menikmati makanannya sendiri (17-22). Yang miskin pun semakin tersingkir. Padahal, perjamuan kudus merupakan jalan untuk mengingat dan memberitakan solidaritas Kristus melalui kematian-Nya bagi keselamatan dunia (23-26). Yesus menjadi miskin supaya kita menjadi kaya. Yesus mati supaya kita hidup. Pengakuan akan tubuh dan darah Kristus ditandai dengan sikap menghormati perjamuan kudus. Makan pada Perjamuan kudus tanpa mengakui tubuh dan darah Kristus sama dengan mengundang hukuman bagi diri sendiri (27-34).
Sesungguhnya, tidak ada perjamuan tanpa kebersamaan. Makan sendiri dalam sebuah acara perjamuan bersama hanya mendatangkan keburukan bahkan perpecahan dalam komunitas. Orang yang sedang lapar dan tidak punya makanan akan merasa minder dan tersisih apabila orang yang berpunya tidak berbagi makanan. Tuhan Yesus Kristus membagi kasih dan kemuliaan-Nya kepada dunia ini, dan Ia tidak pernah kekurangan kasih dan kemuliaan-Nya. Ketika kita berbagi dengan sesama, hal itu tidak akan membuat kita berkekurangan. Sebab itu, buanglah keegoisan, kepentingan diri, dan kepuasan diri dalam perjamuan kudus atau perjamuan kasih.
MARI WUJUDKANLAH KASIH KRISTUS DALAM KESELURUHAN HIDUP KITA!Rabu, 03 September 2014
PERJAMUAN KUDUS. (1Korintus 11:17-34)
Perjamuan Kudus memiliki muatan kasih yang begitu dalam dari Kristus kepada umat manusia. Namun kenyataannya di jemaat Korintus perjamuan kudus kehilangan muatan kasih-Nya. Perjamuan di Korintus lebih merupakan ajang pamer kekayaan dan pemanfaatan kesempatan. Bagi si kaya, situasi ini dimanfaatkan untuk memamerkan kekayaannya, dan bagi yang miskin ini merupakan kesempatan untuk makan makanan yang enak. Perjamuan Kudus berubah fungsi menjadi pesta pora yang memabukkan (ayat 20,21).
Makna Perjamuan Kudus yang sesungguhnya adalah: pertama, tubuh Kristus yang dipecah-pecahkan, dan darah yang dicurahkan oleh Kristus dalam peristiwa salib (ayat 23-25). Kedua, Perjamuan Kudus bukan sekadar upacara untuk mengingat kematian dan kebangkitan Kristus, tetapi lebih merupakan respons umat terhadap tindakan kasih Allah yang telah menyadarkan kita bahwa keselamatan sudah digenapi dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Ketiga, melalui Perjamuan Kudus, Kristus meletakkan satu dasar bagi komunitas baru orang-orang percaya yang saling mengasihi (ayat 33), yang selalu menceritakan peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya sampai Ia datang (ayat 26). Perjamuan Kudus sarat dengan muatan kasih, yang mengingatkan dan memperbolehkan kita untuk meneruskan kasih Allah dalam Yesus Kristus kepada setiap orang.
INGATLAH BAHWA KEMATIAN DAN KEBANGKITAN KRISTUS DALAM PERJAMUAN KUDUS HARUS MENJADI BAGIAN INTEGRAL DARI HIDUP KITA YANG HARUS KITA BERITAKAN KEPADA SEMUA ORANG.Kamis, 04 September 2014
MAKNA ‘MEJA TUHAN’ (1Korintus 11:23-32)
Menurut Anda, unsur apa dalam gereja yang memberi kesan mendalam dan menunjang suasana ibadah? Mungkin ada yang menjawab arsitektur gedungnya, atau mimbarnya. Untuk orang Protestan, jawaban terakhir wajar, sebab sejak reformasi penekanan pada sentralitas firman Allah menjadi sangat menonjol. Gereja Protestan tidak menempatkan altar sebab korban Kristus telah mendamaikan Allah dan umat serta meniadakan keharusan umat membawa korban kepada Allah. Di samping mimbar, meja perjamuan (meja Tuhan) mengandung nilai teologis penting dan membuatnya sama sentral dengan mimbar.
Penghayatan apa tentang meja Tuhan yang membuatnya sentral dalam ibadah? Pertama, perjamuan kudus memperingati (ayat 24) karya penyelamatan Kristus. Ia memberikan tubuh dan darah-Nya menjadi korban penebusan. Tiap kali menerima perjamuan kudus kita ingat anugerah itu. Perjamuan kudus membuat kita mendasari iman dalam peristiwa sejarah karya Yesus di masa lalu. Kedua, perjamuan kudus adalah pemberitaan (ayat 26). Kita yang telah menjadi bagian dalam karya penyelamatan Yesus diisi, dikuatkan, dan didorong memberitakan kabar keselamatan dalam Kristus kepada orang yang belum mencicipi. Lalu bagai hidangan yang membuat orang yang belum makan diundang untuk makan, demikian juga liturgi perjamuan kudus membuat mereka yang belum ikut Tuhan, tertarik dan tidak menunda keputusan iman. Ketiga, perjamuan kudus memperkuat kerinduan untuk menyongsong perjumpaan dengan Tuhan kelak dan ambil bagian dalam perjamuan kekal yang Ia sediakan bagi kita (ayat 26b). Terakhir, Roti dan anggur itu jadi sarana bagi kita dalam mengekspresikan iman dan syukur kita atas anugerah karya penyelamatan Yesus.
HANYA KARENA PENEBUSAN MELALUI SALIB KITA DILAYAKKAN DAN DIMUNGKINKAN UNTUK MENGALAMI PERSEKUTUAN DENGAN TUHANJumat, 05 September 2014
MANFAAT PERJAMUAN KUDUS (1Korintus 11:17-34)
Perjamuan Tuhan. Perjamuan Kudus. Apa pun sebutannya, tak ada ibadah lain yang sekhidmat dan sepenting Perjamuan Kudus.
Kita bisa saja mengikuti Perjamuan tanpa memusatkan pikiran kepada Allah. Namun dengan begitu,Perjamuan Kudus akan menjadi semacam ritual yang penuh aksi tapi tanpa makna. Jika kita membiarkannya, kita akan kehilangan kesempatan untuk bersyukur dan bersekutu. Selain itu, kita juga kehilangan berkat yang semestinya kita terima saat kita melakukan introspeksi diri yang sungguh-sungguh terhadap kondisi rohani kita (1 Korintus 11:28).
Pada suatu Minggu pagi, saya merasa agak jengkel dengan istri saya. Alasan detailnya tidak perlu saya utarakan di sini, tetapi yang jelas karena kesalahan sayalah maka pagi itu kami tidak merasakan indahnya hidup sebagai pasangan suami-istri. Sementara saya pergi ke gereja bersama anak-anak, Sue bertugas di panti wreda, tempat ia bekerja dengan amat rajin. Saat roti dan anggur perjamuan dibagikan, saya sadar bahwa saya harus minta maaf kepadanya. Sikap buruk saya telah melukai hatinya, sekaligus mengganggu hubungan saya dengan Tuhan (Matius 5:23,24). Maka seusai kebaktian saya mampir ke tempat kerjanya dan meminta maaf kepadanya.
Perjamuan Kudus adalah saat yang khidmat untuk mengintrospeksi diri di hadapan Allah, serta mengingatkan tangggung jawab kita untuk memeriksa sikap hati kita. Perjamuan Kudus juga membantu kita untuk memperbaiki kesalahan kita di masa lalu. Pastikan diri Anda memperoleh manfaat dari PerjamuanKudus. (DB)
MENGENANG WAFAT KRISTUS BAGI KITA SEHARUSNYA MEMBUAT KITA HIDUP BAGI-NYASabtu, 06 September 2014
PERJAMUAN TANPA KEAKRABAN (Lukas 24:27-35)
Dua orang anggota majelis gereja bertengkar dalam rapat. Benih permusuhan muncul. Ketua majelis prihatin. Seminggu kemudian keduanya diundang makan malam di rumahnya. Suasana santai tercipta saat makan bersama. Masing-masing bisa mencurahkan isi hati. Perjamuan itu menghasilkan keterbukaan. Keduanya jadi saling memahami dan mengampuni. Ternyata "diplomasi makan bersama" sangat ampuh untuk mengakrabkan. Di meja makan, yang satu bisa memandang yang lain sebagai saudara, bukan hanya sebagai pejabat gereja.
Sesudah Yesus bangkit, Dia menemui dua murid-Nya di jalan menuju Emaus, namun Dia malah dianggap "orang asing" (ayat 18). Untuk memperkenalkan diri-Nya, Yesus mula-mula menjelaskan Kitab Suci, sehingga hati kedua murid itu berkobar-kobar (ayat 32). Kemudian, Dia mengadakan Per-jamuan Kudus! "Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka." Sama seperti yang Dia buat pada perjamuan terakhir (bandingkan dengan Lukas 22:19). Hasilnya?Perjamuan itu mengakrabkan. Dalam suasana makan bersama, muncul pengenalan pribadi. Mata kedua murid pun terbuka dan mereka mengenal Dia (ayat 31).
Perjamuan Kudus adalah peristiwa luar biasa. Bayangkan, Raja Semesta mau mengundang orang berdosa seperti kita, untuk makan semeja dengan-Nya. Yang jauh menjadi dekat. Dalam perjamuan, roti dan air anggur-lambang tubuh dan darah-Nya-menyatu di tubuh kita. Betapa akrabnya kita dengan Dia! Maka, sambutlah setiap Perjamuan Kudus sebagai momen untuk menjalin keakraban dengan Tuhan, bukan sekadar kebiasaan. (JTI)
BISA IKUT DALAM PERJAMUAN ADALAH SEBUAH KEHORMATAN JANGAN MENGANGGAPNYA SEKEDAR RITUAL KEAGAMAAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar