RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 07 Juli 2014
STRUKTUR ARGUMEN PAULUS DI DALAM 1 KORINTUS 7:17-24
Dalam renungan hari ini, mari kita melihat secara ringkas, apa yang sedang dikerjakan oleh Paulus pada ayat 17-24. Deretan argumen yang diberikan oleh Paulus terstruktur dengan rapi, mengarah kepada satu penekanan: hendaklah tiap-tiap orang, di hadapan Tuhan, tetap dalam keadaan/kondisi seperti waktu ia dipanggil oleh Tuhan. Berikut struktur yang diberikan oleh Garland pada ayat 17-24:
1. Prinsip utama: hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Tuhan (ayat 17).
- Contoh yang diberikan oleh Paulus: sunat dan tidak bersunat (Ayat 18).
- Penjelasan yang diberikan oleh Paulus: sunat dan tidak bersunat adalah sesuatu yang tidak penting (ayat 19).
2. Pengulangan prinsip utama: hendaklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Tuhan (ayat 20).
- Contoh yang diberikan oleh Paulus: persoalan mengenai perbudakan (ayat 21).
- Pengecualian yang diberikan oleh Paulus: jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, engkau harus menggunakan kesempatan tersebut (ayat 21)
- Penjelasan yang diberikan oleh paulus: hamba/budak/slave adalah orang yang dipanggil oleh Tuhan-orang bebas. Dan orang yang bebas adalah hamba dari Tuhan (Ayat 22-23).
3. Pengulangan prinsip utama: hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Tuhan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil (ayat 24).
Dengan adanya struktur yang jelas seperti di atas, mari kita sama-sama merenungkan prinsip utama yang diberikan oleh Paulus: hendaklah setiap orang hidup sesuai dengan panggilan yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Sekali lagi, ini bukan berbicara mengenai kita yang tidak diperkenankan untuk merubah situasi/kondisi dalam hidup kita. Yang tidak diperkenankan oleh Tuhan adalah, merubah status/panggilan kita, yaitu orang-orang yang dimiliki oleh Tuhan. (KSS)
Selasa, 08 Juli 2014
HIDUPLAH DALAM KEADAAN SEPERTI WAKTU DIPANGGIL ALLAH! : MEMAHAMI PEMAHAMAN PAULUS (1 Korintus 7: 17; 20; 24)
Apakah yang sesungguhnya dipikirkan oleh Paulus ketika ia menyatakan: hiduplah dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah? Untuk mengerti akan hal tersebut, kita perlu melihat terlebih dahulu ayat 17, 20, dan 24. Pengulangan prinsip utama pada ketiga ayat tersebut menyiratkan sebuah penegasan dari Paulus terhadap hal tersebut. Berikut pembahasan terhadap kedua ayat, yakni 17 dan 20. Sementara itu, kita akan membahas ayat 24, pada renungan hari Jumat:
- Ayat 17: “houtos peripateito”, yang berarti “live accordingly” –“hiduplah berdasarkan”: berdasarkan apa yang disebut Paulus dengan “merizein”. “Merizein” secara literal berarti “menetapkan”, “membagi”, dan “mendistribusikan sesuatu”. Dalam konteks ayat 17, berarti, seseorang harus hidup berdasarkan apa yang sudah ditetapkan oleh Allah bagi dirinya. “Ditetapkan” di sini berkaitan dengan karunia rohani yang diberikan oleh Allah kepada setiap orang. Jadi, pertama, Paulus hendak mengatakan: hendaklah engkau hidup sesuai dengan karunia rohani yang sudah diberikan oleh Allah kepada dirimu. Kedua, dalam ayat 17, Paulus kemudian melanjutkan, dengan memberikan kata “kekleken”, yang berarti “memanggil”. Diberikan dalam konteks ini, Paulus menegaskan akan setiap orang yang harus hidup berlandaskan keadaan seperti waktu ia dipanggil oleh Allah. Jadi, setiap orang perlu menyadari: “Oleh karena panggilan itu berasal dari Allah, entah apapun status yang dimiliki seseorang, Allah tidak memandang rendah pada setiap keadaan seseorang.” Karena itu, hiduplah sesuai dengan apa yang memang dikehendaki Allah melalui panggilan-Nya, dan bukan berlandaskan pada penilaian manusia.
- Ayat 20: “en taute meneto”, yang berarti “in this remain”-yang bermakna: tetaplah tinggal dalam kondisi seperti waktu dipanggil oleh Tuhan. Penggunaan kata “keadaan” di sini, bukan berarti seseorang tidak diperbolehkan untuk merubah keadaannya. Tetapi, penting diingat, kategori ataupun standar yang diberikan oleh manusia, berbeda dari apa yang dipikirkan oleh Allah. Karena itu, sebuah keadaan, yang sepertinya tidak sesuai dengan kehendak kita, belum tentu itu bukan kehendak Allah. Jadi, penekanan pada ayat 20 adalah: keadaanmu harus dilihat dari kacamata Tuhan. Hendaklah keadaanmu tidak menjadi sebuah penghalang, untuk dirimu tetap hidup sebagai seorang Kristen yang menjalani panggilannya. (KSS)
Rabu, 09 Juli 2014
PERTANYAAN RETORIK, PERINTAH, DAN PENJELASAN BAGIAN PERTAMA:
HIDUPLAH DALAM KEADAAN SEPERTI WAKTU DIPANGGIL ALLAH!!!
(1 Korintus 7: 17-19).
Paulus memulai pada ayat 17 dengan sebuah frasa “ei me”: if not, yang dalam bagian ini dapat diterjemahkan “entah apapun yang sudah terjadi/anyway, however that may be”. Dalam hal ini, terjemahan dalam bahasa Indonesia, “selanjutnya”, tidaklah terlalu tepat. Karena, nuansa yang sebenarnya ditekankan oleh Paulus adalah pengecualian (exceptive force). Karena itu, dapat dibahasakan sebagai berikut: Paulus sudah menjelaskan secara argumentatif, mengenai apa yang harus dilakukan ihwal pernikahan. Tetapi, mungkin saja, ada di antara jemaat Korintus yang masih belum dapat menerima argumentasi Paulus, karena waktu tidak dapat diputar kembali. Dan mereka tidak bisa mengubah situasi ataupun keadaan mereka. Misalnya, mereka yang sudah menikah dengan orang yang tidak percaya. Mereka tidak bisa mengubah keadaan itu dengan cara memutar kembali waktu: tidak menikah dengan orang yang tidak percaya. Karena itu, Paulus memberikan bagian ini. Seolah-olah Paulus hendak berkata, “Jemaat Korintus, entah apapun yang sudah terjadi di dalam hidupmu masing-masing, perhatikanlah ini: hiduplah sesuai dengan panggilan-Nya kepada dirimu! Jadikanlah ini dasar untuk menilai/mengevaluasi apa yang sekarang terjadi di dalam hidupmu! Entah itu dalam pernikahan ataupun di luar pernikahan!”.
Dengan berlandaskan pada ayat 17, maka kemudian Paulus memberikan contoh: ihwal sunat. Paulus memberikan perbandingan, atau kontras, antara “sunat” dan “mentaati hukum-hukum Allah”. Berikut pembahasaan ayat 18 dan 19: “Ingatlah jemaat Korintus. Hiduplah sesuai dengan panggilan Tuhan terhadap dirimu. Entah engkau pada awalnya bersunat atau tidak bersunat. Persoalan tersebut (sunat dan bersunat) tidaklah terlalu penting, jikalau dibandingkan dengan “mentaati hukum-hukum Tuhan.” Penting untuk diingat, Paulus adalah seorang Yahudi. Mengeluarkan pernyataan seperti ini, adalah sesuatu yang radikal. Namun, kita dapat melihat ketegasan dari pernyataan Paulus: sebagai orang yang ingin hidup dalam panggilan Tuhan, kita harus menerima, bahwa: Tuhan menerima kita sebagaimana kita adanya. Perubahan arah pemahaman maupun gaya hidup ini, membutuhkan sebuah perubahan cara pandang mengenai nilai-nilai hidup. Nilai hidup tidak ditentukan oleh persoalan “sunat”, tetapi ditentukan oleh panggilan Tuhan terhadap diri kita. (KSS)
Kamis, 10 Juli 2014
PERTANYAAN RETORIK, PERINTAH, DAN PENJELASAN BAGIAN KEDUA: HIDUPLAH DALAM KEADAAN SEPERTI WAKTU DIPANGGIL ALLAH!!! (1 Korintus 7: 20-23)
Sebelum kita belajar mengenai contoh yang diberikan oleh Paulus pada ayat 21-23, kita perlu untuk tetap mengingat prinsip utama: hiduplah sesuai dengan panggilan-Nya kepada dirimu! Dalam ayat 21-23, Paulus kini menjelaskan prinsip utama dengan memberikan contoh yang berkaitan dengan status sosial. Penting untuk diketahui, saat itu, satu pertiga dari populasi penduduk di Korintus adalah budak. Dengan konteks yang seperti itu, Paulus tidak menyatakan kepada jemaat Korintus: janganlah engkau mencari kebebasan! Paulus juga tidak menekankan hal yang sebaliknya, yaitu: carilah kebebasan! Apa yang menjadi penekanan Paulus adalah: jangan sampai hal tersebut menjadi hal yang mengganggu dirimu untuk hidup sebagai orang Kristen. Paulus menggunakan kata “meleto”-dalam terjemahan LAI: itu tidak apa-apa-untuk menekankan akan hal tersebut. Paulus. Pembahasan mengenai ayat 21-23 dapat diberikan dalam sebuah dialektika sebagai berikut:
Budak: Saya adalah seorang budak.
Paulus: Tanyakanlah pada dirimu! Adakah engkau budak ketika engkau dipanggil? Entah itu yang menjadi keadaanmu ketika engkau dipanggil: hendaklah hal tersebut (perbudakan) tidak menghalangi dirimu untuk menjalani panggilan sebagai seorang Kristen. Di dalam perbudakan yang engkau alami, tetaplah jalani hidupmu sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.
Budak: Bagaimana jikalau saya memperoleh kesempatan untuk bebas?
Paulus: Jikalau engkau memperoleh kesempatan untuk bebas, dapatkanlah itu! Perintah Tuhan untuk hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil, tidak berarti engkau harus terus-menerus berada dalam kondisi menjadi budak. Sesuatu yang menjadi penekanan adalah: apapun yang menjadi kondisimu, jangan sampai itu menjadi penghalang untuk engkau hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Tetapi, jikalau ada kesempatan untuk bebas, raihlah itu! Ingatlah, meski statusmu adalah budak dalam pandangan manusia, engkau adalah orang bebas dalam pandangan Tuhan, yaitu orang yang sudah dibebaskan dari dosa. Di sisi yang lain, meski orang tersebut dalam pandangan manusia, adalah orang bebas; ia adalah hamba dari Tuhan.
Jadi, entah apapun kondisi kita, hendaklah itu tidak menjadi sebuah penghalang untuk menjalani hidup yang berkenan pada Tuhan. (KSS)
Jumat, 11 Juli 2014
HIDUPLAH DALAM KEADAAN SEPERTI WAKTU DIPANGGIL ALLAH!!! 1 Korintus 7:24
Pada hari selasa yang lalu, kita telah belajar mengenai apa yang dimaksud Paulus dalam ayat 17 dan 20: hiduplah dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah! Dalam renungan hari ini, kita akan membahas secara khusus ayat 24, sebagai sebuah kelanjutan dari apa yang dimaksudkan oleh Paulus melalui pernyataannya.
Ayat 24: “en touto meneto para theo”, yang berarti “in this remain before God”-hendaklah tiap-tiap orang, di hadapan Tuhan, tetap dalam keadaan/kondisi seperti waktu ia dipanggil oleh Tuhan. Ini adalah kali ketiga, dalam ayat 17-24, Paulus menekankan hal yang sama, tetapi memiliki makna yang dalam. Dalam ayat 24, Paulus menutup rangkaian argumennya dari ayat 17-24, dalam sebuah penulisan yang paralel dengan ayat 17. Dengan mengatakan ini berulang kali, Paulus menunjukkan adanya kepentingan yang besar bagi jemaat Korintus untuk terus mengingat akan prinsip utama ini. Dalam pembahasaan saya, Paulus hendak mengatakan: janganlah hendaknya engkau mempertimbangkan keadaan saat/seperti/ketika engkau dipanggil oleh Tuhan berdasarkan standar manusia. Tetapi pertimbangkanlah keadaan ketika engkau dipanggil berdasarkan standar dari Tuhan.
Tidak berhenti sampai di situ saja, Paulus menambahkan satu frasa, yang tidak ada pada ayat 17 dan ayat 20, yaitu: remain before/in the presence of/with/alongside God. Dari frasa ini, kiranya kekaguman muncul dari diri kita yang membacanya: sebagai orang yang dipanggil Allah, hendaklah kita tetap setia dalam keadaan kita, meski betapa buruknya pun keadaan kita. Karena, meski apapun yang menjadi keadaan kita, apa yang diminta oleh Tuhan adalah, kita tetap tinggal dalam hadirat-Nya. Apa lagi yang menjadi ketakutan kita, jikalau hadirat Tuhan ada bersama-sama dengan kita? Sebuah pernyataan yang mewakili hal ini, tertulis dengan indah: “Those who belong to Christ have no need to “better” themselves according to human standards.” (Mereka yang merupakan kepunyaan Kristus tidak perlu menjadikan diri mereka “lebih baik” berdasarkan standar manusia).Maknanya adalah sebagai berikut: sebagai orang Kristen, hendaklah kita terus-menerus berusaha untuk menjadi lebih baik, tetapi bukan berdasarkan standar dari manusia, tetapi lebih baik, dengan berdasarkan standar Tuhan, yaitu: tetap tinggal dalam hadirat-Nya. (KSS)
Sabtu, 12 Juli 2014
SEBUAH DIALEKTIKA REFLEKTIF: SUDAHKAH SAYA HIDUP SESUAI DENGAN APA YANG TUHAN KEHENDAKI? 1 Korintus 7: 17-31
Untuk menutup perenungan-perenungan selama satu minggu ini, marilah kita coba memahami percakapan di bawah ini. Percakapan di bawah ini, berisi sebuah dialektika Paulus untuk menjawab persoalan-persoalan praktis yang ada di dalam jemaat Korintus-dan mungkin saja masalah-masalah kita.
Jemaat Korintus : Bolehkah saya menceraikan istri/suami saya?
Paulus: Adakah engkau bersuami/beristri ketika engkau dipanggil Allah? Hendaklah engkau hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah.
Jemaat Korintus: Bolehkah saya menikah?
Paulus: Hendaklah engkau hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah. Tetapi, kalau memang engkau hendak menikah, hal tersebut juga tidak apa-apa. Namun, hendaklah engkau mengingat, jangan sampai hal tersebut menjadi sebuah penghalang untuk engkau hidup sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Hidupmu sudah dibayar dengan lunas. Muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Jemaat Korintus: Bolekah saya hidup selibat?
Paulus: Hendaklah engkau hidup dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah. Ingatlah, hendaknya hidupmu selalu berlaku sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki!
Dialektika di atas berlandaskan pada dua formulasi Paulus, yang dapat diterapkan untuk persoalan-persoalan praktis:
- Hiduplah dalam keadaan seperti waktu dipanggil Allah.
- Tubuhmu adalah bait Roh yang Kudus yang diam di dalam kamu. Karena itu, muliakanlah Allah dengan tubuh-Mu.
Dengan berlandaskan pada dua formulasi ini, mari kita merenungkan tiga pertanyaan di bawah ini:
- Apakah kehidupan saya selama ini, lebih banyak ditentukan oleh apa yang menjadi standar manusia? Jikalau ya, mengapa saya lebih memilih untuk mengikuti standar manusia?
- Apakah selama ini, saya sudah memuliakan Tuhan melalui hidup saya? Jikalau belum, apa yang menjadi penghalang saya untuk memuliakan Tuhan? Apakah kondisi ataupun situasi saya?
- Melalui pembacaan Firman Tuhan selama satu minggu ini, apa yang menjadi komitmen saya? (KSS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar