RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 23 Juni 2014
KEBEBASAN DALAM KERANGKA KEHENDAK TUHAN (1 Korintus 6:12-14)
Tiga pandangan populer yang ada pada saat itu, membuat Paulus memberikan argumentasi untuk membantah tiga pandangan tersebut. Dalam ayat 12-14, Paulus memberikan sebuah pengantar dalam bentuk dua penegasan. Dua penegasan tersebut berkaitan dengan “kebebasan/ liberty di dalam hidup yang baru” dalam korelasinya dengan “tubuh”.
- Paulus menekankan pada ayat 12 sebagai sebuah bantahan terhadap pandangan populer, “segala sesuatu halal” dengan menegaskan dua hal: pertama, meski halal, tak semuanya berguna; kedua, meski halal, aku (Paulus) tak membiarkan diriku menjadi hamba akan hal tersebut. Paulus hendak menekankan, meski kebebasan sudah diperoleh melalui Yesus Kristus, kebebasan tersebut hendaknya diarahkan pada sesuatu yang berguna. Tak hanya berguna, tetapi hendaknya, kebebasan tersebut juga digunakan untuk menghindari apa yang bisa membuat seseorang menjadi budak atas sesuatu.
- Pada ayat 13 dan 14, Paulus menekankan pula dengan tegas: tubuh orang yang sudah percaya akan mengalami kebangkitan. Tubuh adalah untuk (dedicated) Tuhan. Karena itu, jikalau tubuh kita (orang-orang yang sudah percaya) adalah untuk Tuhan, hendaknya kita tidak menggunakan tubuh dengan sesuka hati kita. Dalam konteks ini, penggunaan kata “soma/body/tubuh” dikontraskan dengan “perut”. “Soma” pada ayat 13, bermakna manusia secara utuh. Tak hanya “aspek jasmani” saja, tetapi juga “spiritual”. Dengan demikian, Paulus hendak menyatakan: tak seperti perut yang akan dibinasakan oleh Tuhan, tubuh (soma) akan dibangkitkan kembali. Karena itu, sekali lagi, tubuh, terutama, “tubuh jasmani” tidak boleh digunakan dengan sesuka hati.
Melalui bagian ini, mari kita belajar untuk mempertimbangkan setiap hal yang kita lakukan. Memang, kita sekarang sudah “bebas”. Kita memiliki kendali atas apa yang kita lakukan. Tetapi, hal yang teramat penting, hendaknya tak boleh kita lupakan: kebebasan kita hendaknya berada dalam koridor kehendak Tuhan. Dalam konteks perikop ini, kehendak Tuhan berarti: Tubuh diperlakukan dan diperuntukkan secara benar dan bukan sesuka hati. (KSS)
MESKI ENGKAU MEMILIKI KEBEBASAN, GUNAKANLAH KEBEBASAN ITU TETAP PADA KORIDOR YANG TUHAN KEHENDAKI.Selasa, 24 Juni 2014
ARGUMEN PERTAMA : TUBUHMU ADALAH ANGGOTA TUBUH KRISTUS
(1 Korintus 6: 15)
Permenungan pada hari ini adalah awal dari deretan tiga argumen Paulus untuk membantah apa yang menjadi pandangan populer saat itu. Tiga argumen tersebut-dengan pengantar pada ayat 12-14-diperuntukkan untuk menegaskan mengapa “porneia” (sexual immorality)-dalam konteks ini: pelacuran-adalah sebuah pelanggaran melawan Kristus dan tubuh sendiri. Tiga argumen Paulus selalu dimulai dengan frasa, “ouk oidate hoti/do you not know that” diikuti dengan acuan terhadap tubuh (soma). Ada dua hal yang perlu kita renungkan ihwal argumen pertama pada ayat 15: Dua hal ini berlandaskan pada premis: tubuhmu adalah anggota tubuh Kristus dan tubuhmu adalah untuk Tuhan.
- “Tidak tahukah kamu?” menjadi sebuah sindiran tegas à la Paulus. Tujuannya jelas: memberikan penegasan pada jemaat Korintus. Ketika seseorang memutuskan untuk melakukan pelacuran, mereka mengasingkan diri dari Kristus. Melakukan pelacuran berarti, mendekatkan diri mereka yang sebenarnya adalah anggota tubuh Kristus kepada sesuatu yang “bukan” anggota tubuh Kristus. Ini adalah dua hal yang kontras, jikalau bukan kontradiktif. Dengan kata lain, Paulus hendak menegaskan: engkau tidak bisa, dalam waktu yang bersamaan, menjadi anggota tubuh Kristus dan juga melakukan pelacuran.
- Paulus menekankan, bahwa tubuh kita adalah anggota dari tubuh Kristus. Jika ditelisik secara lebih detil, kita akan menemukan, bahwa pernyataan Paulus ini adalah sebuah pernyatan yang unik. Kita lebih sering mendengar, bahwa keseluruhan diri kita-dalam arti spiritual-adalah anggota dari tubuh Kristus. Kali ini, Paulus menuliskan tubuh kita (dalam hal ini, jasmani) dipersatukan/disatukan/united kepada Kristus. Dengan kata lain, retorika Paulus pada ayat 15 adalah sebagai berikut: engkau yang sudah disatukan kepada Kristus, masih dapatkah engkau menyatukan dirimu pada sesuatu yang bukan berasal dari Kristus??? (KSS)
ENGKAU YANG SUDAH DIPERSATUKAN DENGAN KRISTUS, MASIH DAPATKAH ENGKAU MENYATUKAN DIRIMU PADA SESUATU YANG BUKAN BERASAL DARI KRISTUS?
Rabu, 25 Juni 2014
ARGUMEN KEDUA: MENYATUKAN DIRI DENGAN KRISTUS (1 Korintus 6:16-18)
Hari ini, kita akan belajar ihwal argumen kedua yang diberikan oleh Paulus. Paulus menegaskan, segala relasi seksual yang dilakukan oleh dua orang tertentu, akan menjadikan dua orang tersebut menjadi satu daging (one-flesh union). Ini menjadi dasar bagi Paulus untuk menyatakan bahwa relasi “porneia/sexual immorality/pelacuran” adalah sesuatu yang salah. Argumen Paulus tertulis pada ayat 16-18, sebagai berikut:
- Pada ayat 16, Paulus menuliskan bahwa “porneia” terwujud dalam “pengikatan” diri yang melakukannya dengan perempuan cabul. Kata Yunani yang digunakan untuk mengacu pada “pengikatan” secara literal bermakna: cleaving to/ to stick close to somebody/menempel dengan erat sekali pada seseorang. Sebagai sebuah hasil dari imoralitas tersebut, “yang melakukan” akan menjadi satu tubuh (one body). Ini adalah wujud dari perbuatan “porneia”. Dan hal ini adalah sesuatu yang salah, karena mereka yang sudah percaya, sudah disatukan dengan Yesus Kristus (renungan Selasa). Pada ayat 17, Paulus kemudian melanjutkan. Setelah menjelaskan persatuan antara “tubuh jasmani manusia” (15) dengan tubuh Kristus, kini Paulus menambahkan: persatuan “roh” dengan Kristus. Tidak hanya tubuh secara jasmani, tetapi kini tubuh (soma) dalam pengertian “spiritual” dipersatukan dengan Kristus. Dengan landasan ini, maka Paulus menegaskan: hindarilah/jauhilah/pergilah jauh-jauh dari “porneia”.
- “Mereka yang melakukan ‘porneia’ berdosa terhadap dirinya sendiri”. Pernyataan ini kira-kira dapat dibahasakan sebagai berikut: tubuh (soma) engkau, baik spiritual maupun jasmani, telah dipersatukan dengan Kristus. Natur dari tubuhmu sekarang adalah tubuh Kristus yang dirancangkan untuk melakukan kehendak Tuhan. Jikalau engkau melakukan “porneia”, engkau mempersatukan dirimu dengan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Tuhan. Engkau berdosa terhadap natur dari tubuhmu, yaitu anggota tubuh Kristus.
Demikian argumen kedua Paulus: persatuan dengan Kristus adalah natur dari orang-orang yang sudah percaya. Kita akan membahas secara lebih lanjut argumen Paulus mengenai natur. Hendaklah kita selalu mengingat: tubuh kita bersatu dengan Kristus. (KSS)
HENDAKLAH KITA SELALU MENGINGAT: TUBUH KITA BERSATU DENGAN KRISTUSKamis, 26 Juni 2014
ARGUMEN KETIGA : TUBUHMU ADALAH BAIT ROH KUDUS YANG DIAM DI DALAMMU!!! BAGIAN PERTAMA (1 Korintus 6:19-20)
Argumen ketiga Paulus terukir dengan indah pada sebuah frasa: tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. Dengan frasa ini, Paulus dengan tegas menuliskan: tubuhmu bukanlah milikmu sendiri. Tubuhmu sudah dibeli oleh darah Kristus. Karena itu, engkau tak dapat melakukan apapun terhadap tubuhmu dengan sesuka hatimu. Argumen ini ditutup pula dengan baik oleh Paulus: tujuan dari keberadaan kita sebagai manusia adalah untuk memuliakan Tuhan. Untuk itu, mari kita belajar mengenai aksiom yang diberikan oleh Paulus: tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu:
Awal ayat 19, dimulai dengan pernyataan, “or do you not know…?” Ada sebuah nuansa berbeda yang hendak ditekankan oleh Paulus, setelah argumen kedua yang diberikan. Dengan kata lain, Paulus hendak mengatakan: “Jikalau memang engkau tidak terlalu sadar akan…(ayat 18), masakan engkau tidak sadar bahwa tubuhmu adalah tempat bait Roh Kudus?” Nuansa lain juga muncul, ketika Paulus menuliskan “Roh Kudus”. Dalam bahasa aslinya, Paulus menempatkan kata “kudus” dengan sedikit berbeda-yang jika diterjemahkan secara literal berarti: it is a Spirit that is holy that is in you. Dalam terjemahan bebas saya: itu adalah Roh yang adalah kudus yang ada di dalam engkau. Tidak hanya itu saja, penekanan akan Tuhan yang transenden juga kelihatan pada ayat 19. Paulus menekankan bahwa Roh yang dari Tuhan itu adalah Kudus, tetapi juga menekankan bahwa Tuhan adalah “yang lain itu/sang liyan” Tuhan yang transenden itu “memberikan” Roh-Nya yang Kudus dalam diri manusia. Nuansa yang tercipta di sini seharusnya menggetarkan jemaat Korintus yang membaca surat Paulus. Bagaimana tidak: Tuhan yang “ada di sana itu” kini, “ada di sini” dalam wujud Roh-Nya yang Kudus, pada diri manusia. Dengan realitas seperti itu, Paulus seolah-olah hendak bertanya dengan keras: dengan Roh yang Kudus itu berdiam dalam dirimu, masih beranikah engkau menyerahkan tubuhmu kepada perilaku “porneia”? (KSS)
DENGAN ROH YANG KUDUS ITU BERDIAM DALAM DIRIMMU, MASIH BERANIKAH ENGKAU MENYERAHKAN TUBUHMU KEPADA PERILAKU “PORNEIA”?Jumat, 27 Juni 2014
ARGUMEN KETIGA : TUBUHMU ADALAH BAIT ROH KUDUS YANG DIAM DI DALAMMU!!! BAGIAN KEDUA (1 Korintus 6:19-20)
Dalam permenungan sebelumnya, kita sudah belajar secara singkat ayat 19, sebagai bagian dari argumen ketiga dari Paulus. Pada hari ini, mari kita menelisik kembali ayat 19, bagian terakhir dan ayat 20. Paulus mengatakan: engkau bukan milik kamu sendiri dan kamu telah dibeli-lunas!. Jikalau kita mengingat, mereka yang melakukan “porneia” adalah mereka yang memperlakukan tubuh mereka sesuka hati seolah-olah, tubuh mereka adalah milik mereka sendiri. Argumen ketiga Paulus membantah hal tersebut dengan mengatakan: dengan keberadaan Roh yang Kudus, yang berasal dari Tuhan ada di dalam dirimu, tubuhmu bukanlah milikmu sendiri!
Paulus tak hanya menegaskan natur dari manusia yang sudah menyerahkan dirinya untuk percaya kepada Tuhan; Paulus juga menjelaskan status dari manusia yang percaya kepada Tuhan: telah dibeli lunas. Konsep “dibeli lunas” dapat ditelisik dari konsep membayar lunas seorang budak dari pemilik sebelumnya. Meski analogi tersebut tak dapat mewakili secara utuh konsep “dibeli lunas”, namun dapat menolong kita untuk mengerti nuansa yang ada pada frasa “dibeli lunas”. Oleh karena itu, alasan mengapa tubuh kita bukan milik kita sendiri adalah: Tuhan yang sudah membelinya dari pemilik sebelumnya (keberadaan kita dalam dosa) dan menaruh Roh-Nya yang Kudus pada diri kita. Melalui penegasan kepemilikan ini, Paulus sudah memberikan sebuah dasar yang kuat, agar setiap jemaat Korintus tak melakukan “porneia”.
Argumen ketiga Paulus tak hanya berfungsi untuk membantah pandangan populer, tetapi juga menegaskan kepada jemaat Korintus: engkau tak hanya harus menghindari “porneia”, tetapi juga dengan tubuhmu yang adalah bait Roh Kudus di dalamnya, engkau harus memuliakan Tuhan. Dengan keberadaan Roh-Nya yang Kudus dalam diri setiap mereka yang sudah percaya; dengan status tubuh (jasmani dan spiritual) kita yang sudah lunas dibeli: kita harus memuliakan Tuhan dengan tubuh kita. Mari kita belajar untuk mengingat dan mewujudkan Roh Kudus yang ada di dalam diri kita. (KSS)
MARI KITA BELAJAR UNTUK MEWUJUDKAN ROH KUDUS MELALUI DIRI KITA.Sabtu, 28 Juni 2014
SEBUAH PERMENUNGAN REFLEKTIF: MULIAKANLAH ALLAH, YA, MULIAKANLAH ALLAH DENGAN TUBUHMU!!! (1 Korintus 6:12-20)
Dalam Westminster Shorter Catechism, tertulis sebuah pertanyaan, “What is the chief end of man?” (apakah tujuan akhir/utama dari manusia): berujung pada jawaban, “Man’s chief end is to glorify God, and to enjoy him forever.” (tujuan akhir/utama dari manusia adalah memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan selama-lamanya.) Salah satu ayat rujukan dari katekismus tersebut adalah 1 Korintus 6:20: Muliakan Allah dengan tubuhmu!!!
Sepanjang minggu ini, kita sudah belajar, bagaimana usaha Paulus untuk memberikan penjelasan kepada jemaat Korintus: engkau tidak boleh terjerat ataupun melakukan “porneia”. Usaha diberikan secara argumentatif. Paulus berangkat dari pandangan populer yang ada. Paulus kemudian membantah pandangan-pandangan tersebut dengan menegaskan natur dari tubuh kita sebagai orang percaya. Tak hanya berhenti sampai di situ, Paulus maju lagi lebih jauh. Setelah membantah dan menegaskan akan pentingnya tubuh sebagai tempat Roh Kudus berdiam, Paulus mengatakan: muliakanlah Allah dengan tubuhmu! Mari kita mengakhiri minggu ini dengan tiga pertanyaan reflektif. Pertanyaan reflektif ini bertujuan untuk mengingatkan kita, akan mudahnya kita melupakan apa yang Tuhan berikan kepada kita melalui Firman-Nya. Pertanyaan reflektif ini menjadi sebuah evaluasi kritis nan tajam bagi diri kita, untuk bertumbuh melalui kekudusan hidup. Tiga pertanyaan tersebut tertulis sebagai berikut:
- Apakah saya merasa gelisah akan Firman Tuhan yang saya pelajari selama satu minggu ini? Jikalau saya merasa gelisah, apa yang menjadi alasan utama dari kegelisahan tersebut?
- Apakah saya sudah menggunakan tubuh saya sesuai dengan kehendak Tuhan? Ataukah selama ini, saya tidak secara serius menaruh perhatian akan tubuh saya, yang adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam saya?
- Dengan seluruh keberadaan saya, apakah saya sudah memuliakan Tuhan? Apakah segala hal yang sudah saya lakukan selama ini, hanyalah sebuah ekspresi subjektifitas nan sesuka hati?
BIARLAH HIDUP KITA SEMAKIN MEMULIAKAN NAMA TUHAN!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar