RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 05 Mei 2014
BANTUAN PUPUK (1 Korintus 3:1-9)
Seorang guru Sekolah Minggu menunjuk sebuah tanaman yang besar di ruang kelasnya dan bertanya kepada murid-muridnya, ”Siapa yang menumbuhkan bunga cantik ini?” Seorang anak laki-laki dengan cepat menjawab, “Allah!” Sang guru merasa puas dengan jawaban itu, tetapi belum sempat ia berkomentar, seorang anak laki-laki yang lain menyahut, “Tapi tentunya juga karena diberi pupuk!”
Anak yang kedua tadi menampilkan sebuah realitas yang bermakna sangat dalam yakni tentang peran manusia dalam rencana Allah. Sebagai contoh, selain menciptakan bermacam-macam tanaman di dunia ini, Allah juga menciptakan manusia di taman Eden untuk merawat dan mengelolanya.
Hal ini senada dengan kenyataan yang ada dalam hal kerohanian. Rasul Paulus berkata, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan” (1 Korintus 3:6). Tujuan utamanya menulis ayat ini adalah untuk menekankan bahwa Allah-lah yang bertanggung jawab “menumbuhkan” sesuatu. Namun demikian, Tuhan juga berkarya lewat kerja keras manusia yang setia kepada-Nya. Perhatikan kutipan tersebut: Paulus “menanam,” dan Apollos “menyiram.”
Kita tahu bahwa Allah-lah yang menumbuhkan segala sesuatu baik yang ada di alam maupun yang ada dalam gereja-Nya. Kita juga tahu bahwa Dia rindu berkarya lewat manusia, dan apa yang kita lakukan pasti membantu rencana-Nya. Allah itu setia mengerjakan bagian-Nya. Apakah kita juga setia mengerjakan bagian kita?. (RWD)
BERDOALAH AGAR TUAIAN ANDA BERHASIL NAMUN TETAPLAH SETIA MENGELOLA TANAMANNYA
Selasa, 06 Mei 2014
DALAM SATU HARMONI (1Korintus 3:1-9)
Saya sangat tersentuh saat mendengarkan sekelompok paduan suara yang bernyanyi dalam satu harmoni yang selaras. Mula-mula, dengan satu suara yang kuat mereka memuji dan memuliakan Allah. Kemudian pada refreinnya, suara sopran, alto, tenor, dan bas menyanyikan bagian mereka masing-masing sehingga terciptalah harmoni yang indah. Perpaduan ini menggetarkan jiwa saya dan membuat nyanyian satu suara tadi kurang menarik jika dibandingkan dengan perpaduan pada refreinnya.
Para pengikut Kristus juga "bernyanyi" dengan suara-suara yang berbeda ketika bekerja bagi Tuhan. Kita datang dari latar belakang, kepribadian, dan kemampuan yang berbeda-beda. Meski demikian, pekerjaan yang kita kerjakan bersama bagi Dia dapat menghasilkan keselarasan yang indah dalam pelayanan. Namun, sebagian orang Kristen justru menuntut hal-hal yang sesuai dengan metode dan prosedur yang mereka ingini, bukannya menghargai perbedaan yang ada. Mereka ingin setiap orang menyanyi dengan cara mereka.
Sekalipun kesatuan seperti ini memberi hasil yang terbatas, tak ada yang lebih memuaskan dibandingkan saat kita melihat bagaimana banyak individu dengan gaya, talenta, dan identitas masing-masing, tampil dalam kesehatian untuk menyampaikan pesan yang sama, yakni kasih dan keselamatan yang ditawarkan Tuhan Yesus Kristus.
Dalam melayani Kristus, janganlah kita kuatir bila orang-orang di sekeliling kita tidak menyanyikan "not" yang sama dengan kita. Jika mereka telah memiliki keharmonisan dengan Alkitab, maka sebenarnya kita telah berada dalam satu "paduan suara" yang sama. (RWD)
ALLAH MEMANGGIL ANAK-ANAKNYA UNTUK BERSATU BUKAN UNTUK MENJADI SERAGAM
Rabu, 07 Mei 2014
AKU TIDAK SEPERTI DIRIKU (1Korintus 3:1-9)
Mungkinkah ini terjadi pada Anda? Bukankah makna diri adalah sebagaimana diri anda kini dan di sini? Paulus menjawab bisa saja. Contohnya, jemaat Korintus. Mereka tidak lagi menjadi diri mereka, tetapi menjadi seperti orang lain.
Dari perpecahan, iri hati, dan perselisihan yang terjadi di antara mereka (ayat 3), mereka justru tampak "belum dewasa" (ayat 1; Yun. nepios, juga: "bayi"). Paulus menyebut mereka seperti "manusia duniawi" (ayat 1; Yun. sarkinos); bahkan mereka adalah "manusia duniawi" (ayat 3; Yun. sarkikos). Dari perbedaan istilah yang digunakan, jelas bahwa jemaat Korintus tidak masuk kategori "manusia duniawi" di 2:14 yang tidak mengenal Allah. Paulus menggunakan kata-kata di atas dalam nada ironi, agar jemaat Korintus sadar akan adanya kerancuan dalam diri mereka: mereka rohani dan "matang" (ayat 2:6; Yun. teleios, juga: "dewasa") karena telah menerima Roh dan hikmat Allah (ayat 2:10,12), tetapi seperti bayi dan menjadi manusia duniawi karena hidup seperti manusia biasa yang belum menerima Roh (ayat 4). Sadar, bertobat, dan setia kepada jati diri, ini sebenarnya yang menjadi maksud Paulus bagi mereka.
Ironi ini makin kentara ketika nyata bahwa bukti keduniawian jemaat Korintus adalah perpecahan karena pro kontra mengenai para hamba Tuhan (ayat 5-8). Mereka duniawi dalam tindakan mereka untuk urusan hal "rohani": membela hamba Tuhan favorit. Untuk meluruskan ini, Paulus menggunakan metafora pertanian milik seorang tuan tanah. Paulus, Apolos dan rekan-rekannya hanyalah "anak buah" Allah Sang Pemilik (ayat 5,8,9). Sebagai manusia rohani, jemaat Korintus seharusnya mengerti untuk hanya bermegah di dalam Tuhan (ayat 1:31), bukan dengan konyol bermegah dalam para hamba. Sebab, yang terpenting dalam pertumbuhan jemaat hanyalah Allah sendiri (ayat 8).
JADILAH DIRI ANDA YANG SEBENARNYA; RENDAH HATI, TAAT, DAN ASIH; YANG DALAM ROHNYA SEJATI; ROHANI TANPA KEANGKUHAN.
Kamis, 08 Mei 2014
MANUSIA DUNIAWI (1 Korintus 3:1-9)
Cara kita merespons sesuatu hal, sedikit banyak mengindikasikan siapa kita. Melalui sikap jemaat Korintus, Paulus dapat melihat siapa mereka sesungguhnya.
Dari cara jemaat Korintus bersikap, Paulus menegaskan bahwa mereka adalah manusia duniawi (3), karena mereka hidup dalam kedagingan. Ciri paling kuat yang ditunjukkan yaitu adanya iri hati dan perselisihan di antara mereka. Mereka hidup berdasarkan pengelompokan-pengelompokan. Relasi yang semacam itu di antara mereka mengekspresikan relasi mereka yang sesungguhnya dengan Tuhan. Relasi seperti ini tidak bisa dimanipulasi. Itulah sebabnya Paulus sangat marah kepada mereka karena mereka seperti kanak-kanak yang masih membutuhkan susu.
Selanjutnya Paulus menunjukkan kebodohan mereka yang amat mendasar. Paulus memberikan fakta yang sebenarnya bahwa baik Paulus maupun Apolos hanyalah alat yang dipakai oleh Tuhan untuk melayani Dia. Baik yang menanam maupun yang menyiram memiliki posisi yang sama di hadapan Allah. Pertumbuhan hanya berasal dari pihak Allah. Tanpa Allah, maka usaha menanam maupun menyiram tidak ada gunanya. Paulus dan Apolos hanyalah alat yang dipakai Allah secara bersama-sama untuk membawa jiwa kepada Dia. Jadi jika para "pemimpin" mereka hanyalah instrumen seharusnyalah mereka saling menghargai satu dengan yang lain serta saling bekerja sama. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Semuanya dipakai Tuhan untuk membawa orang kepada Kristus.
Tanpa sadar sering kali apa yang dialami oleh jemaat Korintus kita alami juga. Kita terkotak-kotak karena iri hati melihat orang lain atau jemaat lain atau pemimpin di jemaat lain lebih berhasil atau dipakai Tuhan. Pemahaman bahwa kita hanyalah alat di tangan Tuhan seharusnya membawa kita mensyukuri setiap orang yang dipakai Tuhan. Kiranya bukan iri hati yang muncul melainkan keinginan untuk mendukung orang-orang itu dalam doa kita karena suatu kerinduan, yaitu agar Yesus Kristus, Tuhan kita, dimuliakan melalui mereka.
ALLAHLAH YANG MEMBERI PERTUMBUHAN, MAKA JANGANLAH ENGKAU MERASA HEBAT!
Jumat, 09 Mei 2014
DEWASA DALAM KRISTUS (1Korintus 3:1-9)
Pengalaman hidup menyaksikan bahwa di mana-mana terjadi perselisihan; baik di rumah tangga, di kantor, apalagi di dunia politik. Termasuk juga di tempat yang seharusnya terjadi "damai sejahtera", yakni di dalam gereja. Bahkan di tempat yang terakhir ini, terkadang perselisihan sulit didamaikan atau diselesaikan.
Kita belajar dari Paulus tentang hal ini. Menurutnya, perselisihan atau perpecahan menunjukkan ketidakdewasaan dalam Kristus (ayat 1), sebab manusia duniawi masih mengemuka di situ (ayat 3). Apabila seseorang masih hidup dengan lebih mengutamakan keakuannya dan tidak mengusahakan hidup yang rohani, maka hidupnya masih dapat diliputi oleh keirihatian dan perselisihan (ayat 4).
Untuk menyelesaikan perselisihan atau perpecahan, kedua pihak mesti berusaha hidup secara "rohani" dengan bercermin pada kehidupan Yesus Kristus; baik dalam perkataan, perasaan, pikiran, maupun tindakan. Selebihnya, Paulus menasihati jemaat di Korintus (ayat 7,8), juga kita, agar dalam hidup bersekutu kita berusaha untuk selalu seia sekata, serta sehati sepikir. Dengan hati yang sama-sama rindu dan sepakat untuk memiliki hidup yang rohani, anak-anak Tuhan akan lebih erat dan bersatu, sehingga tidak terjadi perselisihan.
Perselisihan kerap kali terjadi karena ego manusia hendak saling mengemuka. Padahal bila direnungkan, siapakah kita, sehingga ada keangkuhan di antara saudara? Bahkan Yesus Kristus yang adalah Tuhan, menjadi teladan bagi kita dengan rela menanggalkan ego-Nya, dan turun menjadi manusia untuk mati secara nista di kayu salib. Sebab itu, untuk menghindari perselisihan, landasi segala sesuatu dengan kasih. (ENO)
SERIBU TEMAN TERASA KURANG SETENGAH MUSUH TERASA LEBIH!
Sabtu, 10 Mei 2014
TUNTUNLAH KEPADA YESUS (1Korintus 3:4-8)
Setelah bekerja selama bertahun-tahun di majalah Sports Spectrum, saya telah mendengar banyak cerita tentang para atlet dan bantuan yang mereka terima dari mentor-mentor rohani mereka. Hubungan itu biasanya membantu, namun kadang kala sang atlet tampaknya tidak dituntun ke arah sumber kuasa ilahi yang sejati.
Saya mewawancarai banyak atlet yang memberi gambaran tentang hal ini. Saat saya berkata, "Ceritakanlah tentang iman Anda," mereka menjawab, "Pendeta kami benar-benar menolong kami. Kami tahu bahwa kami bisa datang kepadanya dengan masalah apa saja. Ia selalu ada untuk kami. Kami benar-benar percaya kepada sang pendeta."
Saya gembira karena sang pendeta ada untuk mereka, namun saya sedih karena nama Yesus tidak sering disebut. Sepertinya mereka memusatkan perhatian kepada penolong manusia dan mengabaikan Yesus, sumber kuasa mereka yang sejati.
Kita harus ingat untuk tidak membiarkan pengabdian kita kepada seorang pemimpin menggantikan pengabdian kita kepada Kristus. Paulus mengingatkan kita bahwa "yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang menumbuhkan" (1Korintus 3:7). Kerap kali, kita berfokus kepada sang pemimpin, dan bukannya meletakkan fokus kepada Dia yang diikuti oleh sang pemimpin.
Apakah Anda seorang pemimpin? Ajarkan orang lain untuk mengikuti Sang Juruselamat, bukan Anda, sang hamba. Apakah Anda seorang pengikut? Ikutlah hanya mereka yang menunjuk kepada Yesus bukan diri mereka sendiri. (JDB)
APAKAH ANDA SEDANG MENCARI SEORANG PEMIMPIN? IKUTLAH TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar