RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 02 Juni 2014
KEKUDUSAN JEMAAT. (1Korintus 5:1-13)
Jemaat Korintus berada dalam kondisi memprihatinkan, karena: [1] ada di antara orang-orang Kristen melakukan perbuatan memalukan, yang bahkan tidak dilakukan oleh orang kafir sekalipun, yaitu tidur dengan ibu tiri sendiri (ayat 1); [2] kesombongan rohani (ayat 2,6): jemaat Korintus merasa bangga karena menganggap sikap mereka menerima orang-orang yang melakukan percabulan dalam komunitas jemaat adalah suatu kemajuan.
Berbeda dengan jemaat, Paulus justru terpukul, sebab sebenarnya bangga akan perbuatan dosa adalah suatu kemunduran. Seharusnya jemaat segera bertindak karena perbuatan dosa jika dibiarkan tidak saja membinasakan individu si pelaku tetapi seluruh jemaat akan tercemar. Hal penting yang harus orang Kristen cermati adalah bahwa kondisi ini selain merusak kesaksian kekristenan, juga melemahkan iman orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Paulus menekankan bahwa dosa harus dibenci, dan orang yang berdosa harus didisiplin. Disiplin yang dijatuhkan semata- mata untuk menjaga kekudusan warga jemaat secara pribadi dan seluruh jemaat.
Di zaman sekarang ini, ada kecenderungan yang sama yaitu tidak menegur anggota jemaat yang melakukan perbuatan dosa, dengan berbagai alasan, misalnya takut dimusuhi. Akibatnya perbuatan dosa menjadi hal yang biasa-biasa saja!
Renungkan: Dosa harus ditelanjangi, pendosa harus digembalakan dan dibimbing untuk bertobat.
WARGA GEREJA IKUT BERTANGGUNG JAWAB UNTUK SALING MENJAGA KEKUDUSAN JEMAAT.Selasa, 03 Juni 2014
TEGURLAH! (1 Korintus 5:1-13)
Bagaimana sikap orang biasanya ketika ia ketahuan berbuat dosa? Ada yang langsung merasa bersalah dan mohon ampun kepada Tuhan atau mohon maaf kepada sesamanya. Ada juga orang yang jadi merasa malu lalu menghindari pertemuan dengan orang lain. Namun ada juga yang membela diri sedemikian rupa untuk menutupi kesalahannya, di samping ada juga yang merasa tidak peduli.
Seperti kita telah ketahui, jemaat Korintus menyombongkan keadaan dan kerohanian mereka. Namun Paulus mengetahui bahwa di dalam jemaat terdapat anggota yang berbuat tidak senonoh, yaitu hidup dengan isteri ayahnya (1). Begitu buruknya perbuatan ini sehingga Paulus berkata bahwa orang yang tidak mengenal Allah saja tidak melakukannya (1Kor 5:1). Yang lebih parah, saudara-saudara seimannya yaitu jemaat Korintus tampaknya diam saja. Mereka tidak memberikan teguran kepada pria itu ataupun mendisplinkan dia. Mereka malah membanggakan diri, mungkin karena merasa telah melakukan apa yang baik, dengan tetap mengasihi dan menerima pria itu apa adanya, tanpa memperhitungkan dosa-dosanya (2). Mereka jelas telah memiliki konsep yang salah tentang kasih, dosa dan hukumannya. Maka selanjutnya Paulus mengingatkan mereka untuk tidak membiarkan pria itu tinggal di tengah-tengah mereka sebagai tindakan disiplin yang harus dilaksanakan.
Kita memang harus mengasihi dan menerima setiap orang apa adanya. Namun sebuah tindakan disiplin yang dilakukan terhadap saudara seiman yang berbuat dosa, sebenarnya juga merupakan wujud kasih, dengan maksud untuk mengembalikan yang salah ke jalan yang benar, demi kebaikan mereka.
Maka tindakan mendisiplin umat yang berbuat dosa hendaknya tidak dihapuskan dari peraturan gereja. Allah sangat serius menghadapi dosa, kita sebagai pengikut-Nya pun harus bersikap sama. Tak perlu takut gereja kita akan kehilangan atau kekurangan jemaat karena hal itu. Kita harus menjunjung tinggi kebenaran Allah serta kekudusan-Nya dalam kehidupan kita berjemaat.
Rabu, 04 Juni 2014
KELAKUAN YANG TIDAK PANTAS (1 Korintus 5)
Seorang pilot Angkatan Udara yang menjalani sidang Mahkamah Militer dengan tuduhan bigami [beristri dua] mendapatkan ganjaran atas kelakuannya. Menurut Los Angeles Times, tim juri yang terdiri dari lima perwira menjatuhinya hukuman kurungan tiga bulan dalam penjara militer dan dipecat dari pekerjaannya. Selama 9 bulan berikutnya ia merasa malu karena setelah bertugas selama 20 tahun ia akan kehilangan pensiunan bulanannya. Jaksa menyebut tindakannya sebagai "kelakuan yang tidak pantas sebagai seorang perwira dan seorang pria baik-baik."
Sebagaimana pengadilan militer merasa perlu menindak tegas sikap sikap yang tidak pantas sebagai seorang perwira, begitu juga gereja perlu mendisiplin setiap anggotanya yang berbuat sesuatu yang mencemarkan nama Kristus.
Sebagian orang akan menganggap hal ini kejam dan tidak berbelas kasihan, tetapi semua itu dilakukan demi kebaikan gereja dan orang itu sendiri. Kasih sejati tidak akan membiarkan seorang kristiani terus-menerus berbuat dosa dan merusak nama baik Kristus. Sebagaimana sebuah angkatan kemiliteran dihargai karena kesanggupan dan kesiagaan seluruh anggotanya untuk bertugas dengan hormat, begitu pula seharusnya gereja Kristus menjaga anggota-anggotanya untuk bertanggung jawab atas hidupnya dan tidak menyimpang. Namun, sering kali kita enggan untuk mengoreksi dan memulihkan anggota gereja yang berbuat salah.
Bapa, jika kami tidak menghormati nama-Mu, ampunilah kami. Dan jika kami harus ikut ambil bagian dalam mendisiplin orang lain, tolonglah kami untuk melakukannya dengan rendah hati, berani, dan khususnya dengan kasih. (MRD II)
DISIPLINKAN DIRI ANDA SENDIRI SEHINGGA ORANG LAIN TIDAK PERLU MELAKUKANNYA PADA ANDAKamis, 05 Juni 2014
JANGAN NGEGOSIP (Matius 18:15-20)
Ada nasihat demikian: "Apabila Anda membicarakan keburukan seseorang, jangan lupa memulai dan menutupnya dengan doa. Maka gosip itu akan berubah namanya menjadi sharing. Apakah Anda setuju dengan nasihat lucu tersebut? Jangan-jangan tanpa disadari, kita pun sering menuruti nasihat itu.
Apabila kita melihat saudara kita yang berbuat dosa, Tuhan Yesus meminta kita untuk pertama-tama menegurnya di bawah empat mata. Ini berarti kita diminta berbicara langsung dengan pihak yang kita anggap berbuat dosa. Dengan melakukannya kita bisa segera mendapat penjelasan maupun pertobatan. Ini dimaksudkan menjadi sebuah tindakan kasih, karena tujuannya adalah kembalinya saudara kita. Sementara, gosip memilih untuk membicarakan keburukannya dengan orang lain dengan maksud agar orang menjadi bersikap negatif terhadap objek yang dibicarakan. Orang yang menjadi bahan pembicaraan tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan tindakannya, atau mendapat kesempatan untuk segera bertobat. Ia secara tidak adil telah dihakimi, entah benar atau tidak perbuatannya.
Seringkali pelayanan terhambat karena hal yang sederhana ini. Kita gagal mengasihi sesama saudara dalam tubuh Kristus. Adakah saudara kita yang telah berbuat dosa? Doakanlah dan temuilah ia secara pribadi untuk melihat ia berbalik dari dosanya. Pikirkan dengan saksama, siapa yang patut mendengar kesalahan saudara kita. Kalau kita telah menceritakan kepada orang yang tidak berkepentingan, kita sedang melakukan gosip. Apabila kita diajak bergosip, tegurlah orang yang mengajak kita, dan sarankan untuk mengikuti prosedur yang Tuhan Yesus anjurkan. (PBS)
KASIH YANG SEJATI SELALU BERUSAHA AGAR SAUDARA YANG TERHILANG SEGERA KEMBALI.Jumat, 06 Juni 2014
JANGAN TUNDA LAGI! (2 Timotius 4:1-5)
Dalam sebuah karikatur, tampak seseorang sedang duduk di tepi sebuah sungai dengan aliran air yang deras. Tiba-tiba ia mendengar suara, "Help, help, help!" Ia tidak tahu arti kata-kata tersebut, karena tidak pernah belajar bahasa Inggris. Syukurlah ia membawa kamus, sehingga segera mencari arti kata tersebut. Begitu mengetahui artinya, ia segera terjun untuk menolong. Namun terlambat, orang itu telah meninggal.
Apa yang akan kita lakukan saat melihat seseorang memerlukan pertolongan kita, ketika kita mampu berbuat sesuatu untuknya? Pastinya kita tidak ingin seseorang terlambat menerima pertolongan kita, bukan? Paulus mengajar kita untuk siap sedia memberitakan firman Tuhan kepada yang membutuhkan. Mungkin masih banyak orang-orang di sekitar kita yang perlu mendengar berita Injil -- tetangga, sahabat, saudara sepupu, kakak, adik, atau bahkan orangtua kita sendiri. Kita mungkin merasa kurang memahami isi Alkitab, sehingga takut salah memberitakan firman Tuhan kepada mereka. Karena itu, mulai sekarang mari kita berkomitmen untuk memiliki persekutuan yang erat dengan Tuhan melalui saat teduh, doa, pendalaman Alkitab, dan sebagainya, agar kita dapat siap sedia memberitakan firman saat melihat orang yang membutuhkan.
Apa yang membuat kita menunda memberitakan Injil kepada orang-orang terdekat kita? Kita tidak ingin terlambat menolong orang yang kita kasihi, bukan? Sebab itu, firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegurlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran" (ayat 2). (PK)
KITA AKAN TERLAMBAT MENOLONG ORANG YANG KITA KASIHI JIKA KITA SELALU MENUNDA MEMBERITAKAN INJILSabtu, 07 Juni 2014
MENYESAL (Amsal 3:21-24)
Di Belgia pernah dilakukan survei terhadap warga yang berusia 60 tahun. Survei tentang penyesalan terbesar dalam hidup mereka.
Hasilnya: 72% menyesal karena mengabaikan waktu untuk bekerja dengan baik di masa mudanya; 67% menyesal karena salah memilih profesi; 63% menyesal karena kurang waktu mendidik anak atau menggunakan pola didik yang salah; 58% menyesal karena kurang berolahraga dan menjaga kesehatan; 11% menyesal karena tidak memiliki cukup uang. Jika survei ini diajukan kepada Anda, apa penyesalan terbesar dalam hidup Anda?
Ada pepatah, penyesalan selalu datang terlambat. Itu tidak salah. Kita menyesal atas tindakan atau perbuatan salah di masa lalu. Kita menyesal atas keputusan keliru di masa lalu. Kita menyesal atas perkataan buruk yang pernah terlontar dari mulut kita, dan ternyata dampaknya begitu kuat terhadap diri seseorang. Namun, penyesalan tinggallah penyesalan. Masa lalu tidak bisa diulang. Baik atau buruk, apa yang sudah terjadi akan tetap menjadi sebuah "jejak".
Maka, dalam setiap tindakan dan ucapan kita, tidak dapat tidak, "pertimbangan dan kebijaksanaan" itu penting sekali. Jangan grusa- grusu. Jangan asal tabrak. Jangan berpikir "bagaimana nanti", tetapi berpikirlah "nanti bagaimana". Artinya, pertimbangkan matang-matang.
Betul, kita tidak mungkin sama sekali terhindar dari penyesalan, sebab betapa pun kita tidak lepas dari kesalahan. Namun, dengan "pertimbangan dan kebijaksanaan", setidaknya kita bisa meminimalkannya; menjaga langkah kita tetap berjalan di jalan yang lebih "aman" (AYA)
MENYESAL KEMUDIAN TIADA BERGUNA MAKA BERPIKIRLAH BIJAK DAN BERTINDAKLAH BIJAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar