News 04 - 09 November 2013

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 04 November 2013
MENAATI PEMERINTAHKU (Roma 13:1-7)
Setiap aturan yang dikeluarkan pemerintah selalu mengundang pro dan kontra. Bukan hanya di negara kita, melainkan juga di negara-negara lain, dan hal itu bahkan sudah terjadi sejak zaman Rasul Paulus. Bagaimana seorang pengikut Kristus harus bersikap?
Bacaan kita hari ini mengingatkan dua hal penting. Pertama, pemerintah ada karena perkenan Allah (ayat 1). Entah mereka baik atau buruk, Tuhanlah yang mengizinkan mereka berkuasa. Kepada Pilatus yang menyalibkan-Nya, Yesus berkata: “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas” (Yohanes 19:11). Kita tunduk pada pemerintah, bukan berdasarkan baik tidaknya mereka, tetapi karena kita menghormati Allah yang menetapkan mereka. Yang kedua, karena pemerintah ditetapkan oleh Allah, maka otoritas tertinggi ada di tangan Allah. Pemerintah yang memimpin menurut cara Allah akan memimpin dengan adil (ayat 3). Jika perintah mereka berlawanan dengan firman Tuhan, yang mutlak harus ditaati adalah Tuhan. Beberapa contoh sikap dalam Alkitab: dua bidan di Mesir yang tidak menaati Firaun; Daniel yang melanggar titah Raja Darius, Petrus dan Yohanes yang menolak perintah mahkamah agama. Mereka tidak kasar berontak, tetapi dengan jelas dan tegas menyampaikan kebenaran apa pun risikonya.
Apakah selama ini perkataan dan perbuatan kita mencerminkan bahwa kita menghormati dan menaati pemerintah kita? Ingatlah, kita menaati mereka karena kita menghormati Tuhan. Apakah kita juga peka melihat adanya kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai Firman Tuhan? Orang-orang kristiani perlu dengan kasih dan keberanian menunjukkan bahwa kita lebih taat pada Tuhan daripada manusia. (LAN)
HORMATI TUHAN DENGAN MENAATI PEMERINTAH DAN MENGINGATKAN MEREKA KETIKA MENYIMPANG DARI ATURAN-NYA.

Selasa, 05 November 2013
PEMERINTAH DAN WARGA NEGARA (Roma 13:1-7)
Akhir-akhir ini kepercayaan masyarakat kepada pemerintah cenderung menurun. Paulus mengajarkan bagaimana hubungan umat Kristen dan pemerintah, khususnya seperti apakah pemerintah yang baik, dan bagaimana orang Kristen harus bersikap terhadap pemerintah tersebut.
Pertama, pemerintah yang baik dibangun oleh dan berasal dari Tuhan sendiri (1). Sehingga sumber nilai, hukum, ketetapan, dan berbagai kebijakan yang keluar dari pemerintah harus berasal dari Tuhan. Melawan pemerintah berarti berbuat kejahatan dan membuahkan hukuman. Dalam konteks ini, tanggung jawab umat Kristen adalah tunduk kepada pemerintah dan segala peraturan yang mencerminkan nilai-nilai Ilahi.
Kedua, pemerintah adalah hamba Tuhan untuk kebaikan masyarakat (4-5). Pemerintah memiliki hak untuk mengatur, namun ia tetap hamba yang harus tunduk kepada Tuhan. Sebagai hamba Tuhan, pemerintah harus melayani masyarakat dengan bersikap adil: memuji mereka yang berbuat baik dan menghukum mereka yang berbuat jahat (melanggar hukum). Pemerintah adalah alat Tuhan untuk menciptakan kedamaian, keteraturan, dan kesejahteraan bagi masyarakat. Semua tujuan tersebut tidak akan dicapai jika kejahatan dan pelaku kejahatan dibiarkan merajalela. Tanggung jawab umat Kristen adalah menjauhi tindak kejahatan.
Ketiga, pemerintah juga bertanggung jawab untuk mengusahakan kesejahteraan sosial seluruh masyarakat (6-7). Isu pengumpulan pajak dan cukai menjadi penting di dalam bagian ini. Pengelola pajak dan cukai juga disebut sebagai pelayan-pelayan Allah, yang seharusnya jauh dari keinginan untuk melakukan korupsi. Pajak dan cukai harus didistribusikan secara tepat kepada orang-orang yang layak menerimanya. Maka umat Kristen pun wajib membayar pajak.
Doa: Tuntunlah pemerintah Indonesia menjadi hamba-Mu yang melayani masyarakat dengan baik. Tuntunlah kami menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Rabu, 06 November 2013
OTORITAS ALLAH DI DALAM PEMERINTAH (Roma 13:1-7)
Ketika Salah satu partai besar di negara kita beberapa waktu lalu mengadakan pemilihan pemimpin. Kita mendengar bagaimana kompetisi antar calon tak hanya melibatkan kepiawaian menjabarkan visi-misi, tetapi juga kasak-kusuk penggalangan suara dengan iming-iming uang! Bisa kita bayangkan bagaimana dampak permainan kuasa dan politik uang semacam itu ketika mereka duduk dalam pemerintahan! Tak heran bila kita cenderung berpikir negatif tentang pemerintah!
Waktu Paulus menulis surat ini dan memberikan nasihatnya kepada jemaat di Roma, kondisi pemerintah Roma dan aparatnya waktu itu malah lebih buruk lagi. Kita curiga bahwa kehausan akan kuasa dan upaya memperolehnya dengan segala cara, sudah setua usia peradaban manusia. Maka cerita seperti yang terjadi di tanah air kita, pasti terjadi juga di negara lain. Lebih lagi, pada waktu awal Kekristenan, pemerintah Kerajaan Roma tidak bersahabat malah memusuhi orang beriman. Maka banyak alasan sah untuk orang Kristen di kerajaan Roma membangun penilaian buruk dan bersikap negatif terhadap pemerintah Kerajaan Roma.
Bagaimana nasihat Firman Tuhan? Orang Kristen diajar tunduk kepada pemerintah dan memenuhi kewajiban sebagai warga negara yang baik. Alasan firman Tuhan bersifat pragmatis, yaitu pemerintah dibutuhkan supaya dengan pedang yang disandangnya kejahatan dapat diredam (ayat 4). Alasan firman Tuhan juga bersifat prinsip, yaitu bahwa Allah sendiri yang memberikan otoritas pada pemerintah, maka kita harus tunduk kepadanya. Dengan kata lain, tidak menaati pemerintah sama dengan tidak menaati Allah atau menolak otoritas Allah untuk manusia. Bila kita teliti, jelas bahwa firman ini tidak menganjurkan kita menaati secara membabi-buta. Dalam ketundukan mutlak kepada Allah, kita tunduk agar kehormatan dan kebenaran Allah sungguh diberlakukan dalam pemerintah dan kehidupan kita bermasyarakat. Kita tunduk, melakukan kewajiban, dan mendoakan pemerintah agar kebaikan Allah terpancar dalam tatanan sosial manusia.

Kamis, 07 November 2013
TAKLUK KEPADA PEMERINTAH (Roma 13:1-7)
Pemerintah yang baik tentu disukai rakyat. Lalu bagaimana jika kita berada di bawah pemerintahan yang lalim?
Rasul Paulus mengingatkan bahwa bagaimana pun baik atau buruknya pemerintah, orang percaya tetap harus tunduk. Paulus sendiri menulis Surat Roma ini ketika Nero menjadi kaisar Romawi (54-68 M). Ia bersikap sangat kejam terhadap orang Kristen.
Apa alasan Paulus menyatakan demikian? Pertama, karena keberadaan semua pemerintah ada di dalam kedaulatan Allah (1). Jika pemerintah itu jahat maka Allah sendiri yang akan menumbangkan pada waktunya. Allah saja yang berhak menghakimi semua pemerintah, yang baik maupun jahat. Selain itu, waktu untuk jatuh bangunnya pemerintah bukanlah dari manusia, melainkan dari Allah. Maka enggan untuk takluk pada pemerintah berarti melawan ketetapan Allah (2).
Kedua, pemerintah diberikan oleh Allah untuk menjamin keteraturan dan kemakmuran rakyatnya (3-4). Itu berarti, pemerintah menjadi alat Allah untuk memastikan keadilan bagi rakyat. Betapa pun korupnya sebuah pemerintahan, tetap lebih baik daripada tidak ada pemerintah. Oleh sebab itu seharusnya kita terus berdoa agar Allah bekerja melalui pemerintah untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran (bdk. 1Tim 2:1-2). Kita juga wajib membayar pajak kepada pemerintah guna berjalannya operasional pemerintahan (6-7).
Perhatikan, Paulus memakai kata "takluk" dalam hal sikap terhadap pemerintah (1). Takluk di sini berarti mengakui otoritas yang memerintah. Kita takluk kepada pemerintah berarti mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Namun bukan berarti harus taat jika pemerintah sampai memaksa kita untuk menyangkal iman kita kepada Kristus.
Bagaimana pun keberadaan pemerintah kita, kita harus mensyukurinya. Kita pun harus berdoa agar pemerintah peka terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi rakyat serta bertanggung jawab atasnya. Kita harus berdoa agar pemerintah terbeban untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jumat, 08 November 2013
BERSYUKUR ATAS PEMERINTAH? (Roma 13:1-10)
Sebagian besar dari kita akan setuju dengan Paulus bahwa kita perlu berdoa bagi para pemimpin politik (1Timotius 2:1). Akan tetapi, ada juga orang yang masih sulit menerima ajakan Paulus untuk mengucap syukur pada Tuhan atas pemerintah yang ada (ayat 2). Hal itu disebabkan oleh adanya kesalahan-kesalahan yang mereka lihat dalam dunia politik nasional maupun lokal. Bagi mereka, pemerintah sepertinya lebih merupakan kutuk daripada berkat. Karenanya mereka bertanya-tanya untuk apa mereka mengucap syukur.
Jika kita juga merasakan hal yang sama, maka seharusnya kita mengingat bahwa Paulus pun hidup di bawah rezim kekaisaran Romawi yang lalim. Ia melihat bahwa pemerintahan mereka tidak lebih baik dari anarki. Kita juga perlu ingat bahwa banyaknya keuntungan yang dapat kita nikmati adalah hasil dari adanya hukum yang baik.
Sebagai contoh, dalam banyak negara terdapat hukum yang memberikan perlindungan kepada anak-anak dan orang-orang miskin dari praktek kerja yang tidak menusiawi. Kondisi yang tercipta mungkin jauh dari sempurna, tetapi nasib mereka mungkin akan lebih buruk bila tak ada hukum yang menaruh belas kasihan terhadap mereka.
Paulus mengatakan bahwa Tuhan memakai pemerintah untuk menghakimi orang-orang yang melakukan kejahatan (Roma 13:4). Kita dapat melihat bagaimana Allah memakai polisi dan sistem peradilan untuk mengendalikan kejahatan dan mencegah kekacauan. Bahkan lebih jauh Paulus menyebut para pemimpin politik sebagai "pelayan-pelayan Allah" (Roma 13:6) yang dipakaiNya untuk kesejahteraan manusia.
Jika kita berhenti sejenak untuk berpikir, maka kita akan menemukan alasan yang tepat untuk mengucap syukur saat kita berdoa bagi pemerintah kita [HVL]
JIKA KITA SEMAKIN BANYAK BERDOA BAGI PEMERINTAH KITA, KITA AKAN SEMAKIN BANYAK MENGUCAP SYUKUR BAGI PEMERINTAH KITA

Sabtu, 09 November 2013
HATI NURANI DAN KONSEKUENSI (Daniel 3:1-18)
Hampir setiap hari kita menghadapi pertanyaan yang berkaitan dengan suara hati nurani. Kita harus memilih antara melakukan sesuatu yang menyenangkan hati Allah atau sesuatu yang memenuhi hasrat kita yang mementingkan diri sendiri.
Para pejabat pemerintah bisa saja tergoda untuk menerima suap atau membuat keputusan yang tercela. Para karyawan terkadang diminta untuk merekayasa angka-angka atau mengarsip laporan palsu. Para pelajar sering menghadapi godaan untuk berbuat curang atau menyontek.
Sebagai orang Kristen, kita menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan ujian bagi hati nurani kita. Ujian tersebut menolong kita untuk mengetahui apakah kita sungguh-sungguh menjaga integritas yang diharapkan Allah. Kita tahu bahwa pilihan kita dapat menimbulkan konsekuensi yang baik atau buruk, tetapi ujian yang sebenarnya datang ketika kita harus memutuskan dengan cepat apa yang harus kita lakukan.
Apa yang dapat menjadi pelindung terbaik agar kita tidak salah mengambil keputusan? Kita harus percaya bahwa Allah akan menjaga tatkala kita memilih untuk melakukan yang benar, apa pun akibatnya.
Dalam Daniel 3, Sadrakh dan teman-temannya mengambil keputusan untuk tidak menyembah patung emas itu. Mereka berani menentang sang raja karena mereka mempercayai Allah. Mereka berkata bahwa seandainya Tuhan tidak melepaskan mereka sekalipun, mereka akan tetap mempercayai-Nya (ayat 17-18).
Ketika kita menghadapi masalah yang berkaitan dengan hati nurani, kita juga bisa melakukan hal yang benar dan menyerahkan segala konsekuensinya kepada Allah. (JDB).
JIKA FIRMAN ALLAH MEMIMPIN HATI NURANI ANDA BIARKAN HATI NURANI ITU MEMIMPIN ANDA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar