GIA Sby (Darmo Harapan Sore)
Minggu, 03 November 2013
Oleh: Pdt. Menahem L. Soetedja
KEPATUHAN KEPADA ALLAH DAN PEMERINTAH
(Roma 13:1-7)
Hal yang pertama kita pahami adalah bahwa Allah yang berkuasa atas pemerintah. Hal ini penting untuk kita renungkan karena seringkali kita merasa bahwa pemerintah yang ada sekarang ini adalah pemerintah yang korup. Melihat tindakan pemerintah yang korup dan tidak adil maka seringkali kita berpikir dan bertanya jikalau pemerintah berasal dari Allah, ditetapkan oleh Allah bahkan Allah juga yang berkuasa atasnya, mengapa Dia tidak bertindak kepada pemerintah yang buruk ini. Maka kita mungkin dapat berkata dimanakah Allah saat pemerintah melakukan ketidakadilan. Mengapa seakan-akan Dia membiarkan ketidakadilan dan Dia diam. Ketika peristiwa dua ribu tahun yang lalu yang dialami oleh Tuhan kita Yesus Kristus ketika Dia diadili. Apakah itu adil? Pasti jawabannya sangat tidak adil! Bukankah semua manusia yang sepatutnya layak menerima hukuman termasuk Pontius Pilatus! Lalu mengapa Dia yang menanggungnya. Dalam peristiwa ini seakan-akan Allah diam dan seakan-akan Dia tidak berkuasa ditengah-tengah ketidakadilan. Namun apakah demikian? Tentu tidak! Allah tidak pernah gagal dalam segala rencana-Nya dan tetap berkuasa, dan berotoritas atas segala sesuatu. Pemerintah yang korup dan buruk sekalipun tetap dibawah otoritas dan kuasaNya. Hal ini telah ditegaskan dalan ayat 1 yang mengatakan “ Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah “. Itu berarti pemerintah yang ada Allahlah yang menetapkannya dan Dia juga yang berkuasa atasnya. Sekaligus untuk mendatangkan kebaikan bagi manusia.
Yang kedua Kita dipanggil untuk tunduk kepada pemerintah. Artinya setiap orang-orang percaya harus mentaati peraturan yang ada diantaranya taat pada peraturan lalu-lintas, membayar pajak kepada pemerintah. Hal itu kita lakukan sebagai bukti kepatuhan kita kepada Allah yang dimanifestasikan melalui ketaatan menaati peraturan selaras dengan kehendakNya yang telah ditetapkan pemerintah
Hal ketiga adalah takut kepada Allah dan pemerintah yaitu semangat mengasihi dan rendah hati. Bagaimana kalau peraturan pemerintahan itu berlawanan dengan kehendak Allah? Jawabannya adalah melihat kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Ketika mereka dipaksakan untuk melakukan hal yang bertentangan dengan kehendak Allah maka mereka lebih takut kepada Allah dan suka melakukan kehendakNya walaupun harus menghadapi dan menerima kosekwensi dari ketidak taatan mereka kepada peraturan pemerintah yang bertentangan dengan kehendak Allah. Sudahkah saya dan anda patuh kepada Allah yang memiliki otoritas yang tertinggi dan pemerintah sebagai perpanjangan tanganNya? Tuhan memberkati. Amin
Diringkas oleh: Ibu Juni K. Telaumbanua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar