GIA Sby (Darmo Harapan Sore)
Minggu, 27 Oktober 2013
Oleh: Pnt. Ir. Lindra Hariyanto
HIDUP DALAM KASIH
(Roma 12:9-21)
Tema “Hidup dalam kasih” di dalamnya banyak sekali nasehat-nasehat. Bagaimana kita seharusnya sebagai orang Kristen menanggapi mengenai kasih dan bagaimana caranya hidup dalam kasih itu. Kalau kita melihat ayat 1-2, Paulus sangat teliti sebelum ia menjelaskan bagaimana hidup dalam kasih itu ada 1 kata yang menjadi penekanan, ayat 9. Kalau berbicara kasih kita tidak bisa lepas dari hukum yang pertama dan utama (Lukas 10:27). Kasih itu tidak mungkin terlepas kalau kita mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Masalahnya hari ini sering kali terpisah. Sehingga ada orang yang mengasihi Tuhan namun tidak mengasihi sesamnya, ada juga orang yang mengasihi sesamanya namun tidak mengasihi Tuhan yang dia sembah. Untuk itulah rasul Paulus menekankan hendaklah kasih itu jangan pura-pura. Dalam Alkitab menjelaskan bagamana kasih yang pura-pura tersebut kalau kita memperhatikan dalam Lukas 18:18-27 pemuda yang kaya secara moral luar biasa, seorang yang ketat terhadap agamanya.Tuhan Yesus menyuruh menjual seluruh hartanya. Ini tidak terlepas dari kasih yang pertama dan utama. Ketika kita mengsihi Tuhan hendaknya kita mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati kita. Bagaimana dengan kasih kita kepada sesama? Kasih yang palsu adalah kasih dengan melalui perantara. Sehingga kasih kita kepada Tuhanpun tidak boleh melalui perantara. Kalau perantara ini tidak ada maka hancurlah kasih kita. Karena perantara ini kita mengasihi Tuhan kalau ada kebahagiaan, kesuksesan, kesehatan, dan lain-lain maka kita mencintai Tuhan. Kita tidak mungkin mencintai Tuhan dengan sugguh-sungguh jika masih ada perantara. Jadi kasih yang sebenarnya itu bagaimana? Yakni Kasih tanpa perantara. Contoh kasih yang tidak pura-pura:
- Dalam kejadian 22 dikatakan bahwa Tuhan meminta Abraham mempersembahkan Ishak anak yang dikasihinya. Abraham melakukan apa yang Tuhan perintahkan, karena Abarham mencintai Tuhan lebih dari segalanya. Cintanya kepada Tuhan adalah cinta yang tanpa perantara, cinta yang tidak pura-pura. Demikian juga halnya dengan Ishak ketika dia mau dipersembahkan ia mempercayai, dia mengasihi bapanya, dia tahu apa yang dilakukan oleh bapanya meskipun tidak masuk akal namun dia tau bahwa bapanya mengasihi Tuhan.
- Kisah Ayub ketika atas seijin Tuhan iblis mengambil semua apa yang ada padanya diambil dari padanya bahkan seluruh tubuhnya terkena penyakit. Namun Ayub mengatakan bahwa “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil Terpujilah nama Tuhan “( Ayub 1:21)
- Kisah Daud, ketika anak yang dikasihinya yakni Absalom memberontak kepadanya. Daud tidak menganggap bahwa kerajaan yang Tuhan berikan itu miliknya yang harus dipertahankan. Berbeda halnya dengan saul, kerajaan yang Tuhan berikan kepadanya adalah miliknya dan dipertahankan dengan mengejar Daud. Jelas apa yang dikatakan kalau kita mempunyai kasih yang pura-pura itu tidak akan mungkin.
- Rasul Paulus mengatakan kalau kita mempunyai satu hal jika kita memiliki kasih yang tidak pura-pura sebagai fondasinya maka ayat 9b-21 merupakan bangunannya. Kristus begitu mengasihi kita dan memberikan nyawaNya bagi kita orang yang berdosa itulah sebenarnya yang membuat kita mengasihi Tuhan. Bukan karena perantara. Tuhan memberikan kasihnya kepada kita lewat kematianNya di atas Kalvari yang dengannya kita beroleh pengampunan, diselamatkan oleh karena anugrahNya.
Biarlah kita boleh mengasihi dan melayani Tuhan oleh karena Dia yang terlebih dahulu mengasihi kita bukan karena segala macam perantara yang ada; kekayaan, kekuasaan, kesehatan, kebahagiaan yang menjadi alasan bagi kita untuk mengasihi dan melayani Tuhan. Kala kasih Kristus ada dalam kehidupan kita, hidup kita melimpah dengan kasih Kristus maka kita dapat mengasihi kepada sesama.
Diringkas oleh: Pdm. Rian Waruwu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar