RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 16 September 2013
MENOLAK UTUSAN ALLAH (Roma 10:14-21)
Berturut-turut Paulus melontarkan empat pertanyaan. Tiga yang pertama merupakan rangkaian logis dari ketergantungan orang untuk dapat berseru mengakui Yesus sebagai Tuhan, dengan percaya kepada-Nya, dan mendengar tentang Dia dari orang yang mewartakan-Nya (14). Pertanyaan pertama menegaskan indahnya panggilan Allah atas orang yang menjadi pewarta Injil (15). Mereka adalah utusan Allah sendiri yang dalam penilaian-Nya mengemban tugas yang mulia. Mereka indah bagi Allah (15b).
Tujuan utama Paulus dengan rangkaian pertanyaan dan pernyataan ini bukan untuk membangkitkan kesan mulia dan hasrat rindu menjadi pewarta Injil meski tentu saja hal itu perlu dimiliki setiap orang Kristen. Maksud Paulus adalah menegaskan kebebalan orang Yahudi, juga orang masa kini, yang sesudah beroleh kesempatan mendengarkan Injil tetap menolak utusan Allah. Menolak berita Injil, sesungguhnya menolak utusan Allah dan juga Utusan Allah, yaitu Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat itu (19, 21).
Gambaran dari Yesaya yang Paulus kutip ini sebenarnya tidak indah. Sang pemberita harus berjuang keras, seringkali melewati medan yang berat, menjadi letih, kotor, terluka. Secara fisik mereka mungkin terlihat tidak menarik, tapi indah di mata Allah. Namun tugas yang mulia dan orang yang indah di mata Allah itulah yang justru ditolak oleh kesombongan orang yang lebih mengandalkan kebenarannya sendiri. Seperti halnya orang zaman Paulus menolak pewartaannya, hal serupa sangat mungkin terulang. Bukan saja orang Yahudi zaman itu menolak utusan Allah, banyak orang masa kini entah karena alasan agama, moral, filsafat, keilmuan dlsb. yang juga menolak Injil dan orang Kristen yang mewartakannya (21).
Renungkan: Apakah Anda diperhadapkan dengan abar Injil? Jangan menolak Injil dan utusan-Nya, itu mendukakan Allah. Apakah Anda pewarta Injil yang ditolak? Jangan tawar hati, sebab Anda indah bagi Dia.
Selasa, 17 September 2013
BERITAKAN TERUS! (Roma 10:16-21)
Israel dikenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk. Mereka memang keras kepala dan tidak mudah percaya. Sehingga walaupun telah mendengar firman Tuhan, mereka belum tentu mau memberikan respons positif (ayat 18).
Begitu pula mengenai pemberitaan tentang keselamatan di dalam Kristus. Mereka menolak Mesias yang sebenarnya sudah dinanti-nantikan oleh bangsa Israel sejak lama. Maka Allah beralih kepada bangsa-bangsa lain (bdk. Yes 65:10). Allah memperdengarkan berita keselamatan itu kepada bangsa-bangsa di luar Israel. Bangsa-bangsa ini kemudian merespons dengan iman dan menerima anugerah keselamatan. Walau demikian Allah tidak menutup pintu rapat-rapat bagi orang Israel. Meski Allah telah menyatakan belas kasih-Nya kepada bangsa-bangsa lain, kasih-Nya kepada bangsa Israel masih tetap tercurah. Mereka masih melekat di hati-Nya. Sebab itu Allah selalu berusaha menjangkau Israel (ayat 21). Ia mau mengajak mereka untuk kembali kepada-Nya dan menikmati kasih karunia-Nya.
Kisah kasih setia Allah kepada bangsa Israel ini mengingatkan kita pada orang-orang yang sudah berulang kali kita perdengarkan beritakan keselamatan, tetapi belum juga terbuka pada Injil dan mau bertobat. Jangan pernah menyerah. Allah masih ingin memakai kita untuk berbicara kepada orang-orang yang mengeraskan hati dan menutup diri terhadap Injil. Walaupun ada masa kita merasa bahwa pemberitaan kita sia-sia, bagai menguap tak berbekas, ingatlah bahwa Roh Kudus masih setia bekerja. Jadilah seperti Paulus, yang tetap memiliki keterbebanan agar bangsanya diselamatkan walaupun mereka menolak Kristus. Yakinlah bahwa pemberitaan kita tidak akan sia-sia. Benih Injil itu masih punya kesempatan untuk bertumbuh. Ketahuilah bahwa Allah tidak menghendaki seorang pun binasa, Ia ingin semua orang bertobat (2Ptr 3:9). Bila kita tetap setia dan tidak jemu, orang dapat terus mendengar Injil dan punya kesempatan menerima kasih karunia Allah.
Rabu, 18 September 2013
MENOLAK ATAU MENERIMA INJIL (Roma 10:16-21)
Berita Injil terus disebarkan ke seluruh dunia, tetapi hanya sedikit orang yang menanggapinya. Banyak orang mengeraskan hati dan sulit menerima gagasan bahwa hanya dengan mengaku dan percaya mereka akan diselamatkan. Nabi Yesaya pernah bertanya tentang siapakah yang akan percaya kepada pemberitaan Firman (Yes 53:1). Mengapa ia bertanya demikian? Bukan karena tidak ada yang memberitahukan kebenaran firman Tuhan (17), melainkan karena yang mendengarkan firman Tuhan tidak mau membuka hati untuk percaya kepada Yesus dan beroleh keselamatan.
Sebenarnya, Israel telah mendengar Injil, baik melalui Yesus sendiri maupun melalui rasul-rasul (18 b, Mzm 19:5). Namun orang Israel menolak Injil yang mereka dengar itu. Apa yang mereka dengar tidak sampai masuk ke dalam hati mereka dan mereka tidak mau percaya kepada Yesus. Karena penolakan ini, Allah pun mengalihkan anugerah-Nya kepada bangsa-bangsa lain. Allah menyatakan diri pada bangsa lain melalui hamba-Nya sehingga mereka pun mengenal Dia (20; Yes 65:1). Melalui tindakan itu, Allah ingin membangkitkan kecemburuan bangsa Israel, yaitu ketika mereka menyaksikan segala berkat yang diterima bangsa-bangsa lain yang mereka anggap tidak layak mendapat bagian dalam rencana keselamatan Allah. Sepatutnya bangsa Israel mau bertobat dan kembali kepada Tuhan. Namun mereka justru membangkang dan tidak taat pada firman Tuhan, hingga mereka pun tidak mendapat bagian dalam keselamatan itu.
Seseorang tidak mendapat keselamatan bukan karena Injil tidak diberitakan kepada mereka, melainkan karena mereka menolak Injil itu. Dan seperti Israel yang telah menolak Yesus, mereka pun akan binasa dalam dosa mereka. Oleh karena itu, bila hari ini Anda mendengar Injil Yesus, janganlah keraskan hati Anda melainkan bertobatlah dan percayalah kepada Yesus agar Anda diselamatkan dan mendapat hidup yang kekal. Dan marilah kita tetap setia memberitakan Injil, karena Firman Tuhan tidak sia-sia.
Kamis, 19 September 2013
KEKUATAN DARI TUHAN (1 Samuel 17:40-58)
Suatu saat kami bertugas ke daerah yang dianggap penuh kekuatan gaib. Kepala bagian merasa khawatir dan menunda keberangkatan. Malamnya saya membuka renungan harian, yang membahas kuasa Tuhan di atas segala sesuatu di langit, di bumi, dan di bawah bumi. Tidak ada satu kuasa pun yang menandingi kuasa-Nya. Esoknya, saya memberikan artikel itu kepada kepala bagian. Setelah memahami kebesaran kuasa Tuhan dan perlindungan-Nya, ia merasa mantap untuk berangkat ke daerah itu.
Saat menghadapi Goliat, Daud tidak berpikir bahwa musuhnya itu sangat besar. Ia hanya tahu, dirinya diperintahkan untuk menghadapinya. Hanya dengan batu kecil dan doa kepada Allah yang Mahabesar, ia pun berhasil melumpuhkan raksasa itu. Kekuatan dari Tuhanlah yang memberinya keberanian untuk maju bertarung tanpa pedang, tombak, atau lembing. Ia yakin bahwa siapa pun yang ada di hadapannya tidak akan sanggup mengalahkan kuasa Tuhan Allah yang ia sembah.
Bagaimana dengan kita? Adakah kita merasa takut dan cemas hati menghadapi semua hal yang terjadi dalam hidup kita? Apakah itu masalah keuangan, masalah keluarga, pekerjaan, atau masa depan? Seberapa besar semuanya itu dibandingkan dengan kuasa Tuhan? Saat kita percaya kepada Sang Pemberi Hidup, kita akan mampu menghadapi apapun. Keberanian ekstra untuk menghadapi segala sesuatu, termasuk hal-hal yang berada di luar batas kemampuan kita. Pada saat seperti inilah Tuhan menunjukkan mukjizat-Nya. Dengan hanya percaya kepada-Nya, kita akan senantiasa menang. (SSRS)
KUASA TUHAN MEMBERI KITA KEMAMPUAN DAN KEBERANIAN DALAM MENGHADAPI SEGALA SESUATU
Jumat, 20 September 2013
BERGANTUNG SEPENUHNYA (2Korintus 3:1-11)
Live for Fighting adalah nama panggung seorang penyanyi yang menjadi sangat populer setelah serangan teroris 11 September 2001. Ia menyanyikan lagu Superman (It\'s Not Easy), sebuah balada yang menggambarkan bagaimana rasanya menjadi pahlawan super. Namun, ia tetap berjuang dengan kekuatannya yang tidak memadai untuk mengatasi keruwetan dunia.
Manusia tampaknya identik dengan tema lagu itu. Kehidupan nyata membuktikan bahwa kita tak sanggup memerangi beban tak tertahankan yang menghadang. Bahkan, orang-orang yang ingin mandiri pun tidak dapat mengatasi hidup ini dengan kekuatan sendiri.
Sebagai pengikut Kristus, kita memiliki sumber yang bahkan tak mungkin pernah diterima oleh Superman. Dengan memiliki hubungan dengan Allah, kita memperoleh hidup berkecukupan yang dapat mengatasi kelemahan kita dan memampukan kita hidup berkemenangan. Inilah dorongan Paulus bagi hati kita tatkala ia menulis surat kepada jemaat di Korintus. Ia berkata, "Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah" (2Korintus 3:5). Itulah yang sangat berpengaruh di dunia.
Dengan bergantung pada diri sendiri, kita akan dipaksa untuk hidup dalam kenyataan bahwa kita takkan pernah sanggup menghadapi kehidupan ini. Namun, dengan kekuatan Allah kita akan menemukan semua yang kita butuhkan untuk menghadapi badai kehidupan di dunia yang penuh kesengsaraan ini. (WEC)
KITA HARUS MENGALAMI KELEMAHAN AGAR DAPAT MENGALAMI KEKUATAN ALLAH
Sabtu, 21 September 2013
BERMUKA DUA (Yehezkiel 21:18-32)
Banyak pendatang baru yang muncul lewat ajang pencarian bakat di berbagai televisi. Salah satunya adalah Hudson-Jessica, si penyanyi berwajah dua asal Yogyakarta. Jika wajah Hudson yang ditampilkan, suara pria pun diperdengarkan; jika wajah Jessica, suara perempuan dilantunkan. Suatu bakat yang luar biasa dari seorang artis berwajah dua.
Artis berwajah dua menakjubkan. Tetapi, bagaimana jika manusia bermuka dua dalam relasi dengan Tuhannya? Seperti Yehuda, umat yang terikat dengan Tuhan melalui perjanjian di Sinai. Yehuda meninggalkan Tuhan dan berpaling kepada ilah palsu. Mereka memiliki kehidupan yang bermuka dua. Di satu sisi, mereka mengaku setia kepada Tuhan, tetapi di sisi lain mereka menyembah berhala. Mereka menjalani kehidupan seperti bangsa yang tidak bertuhan, tetapi tidak merasa bersalah. Ketika tersiar kabar bahwa Babel akan menyerang Yehuda, umat Tuhan menganggap sepi isu tersebut (ay. 23). Mereka menolak pemberitaan nabi yang jelas-jelas berasal dari Tuhan. Penghukuman atas Yehuda pun tidak terelakkan lagi. Kesalahan Yehuda disingkapkan sehingga terbukti mereka memang pantas menerima hukuman. Karena menolak bertobat, Yerusalem akan menjadi puing-puing!
Kisah Yehuda mendorong kita untuk berhenti dari kehidupan ganda, dari kemunafikan. Kita dipanggil untuk mengikuti Tuhan dengan sepenuh hati, bukan menggantungkan hidup pada hal-hal lain. Hanya Dialah sumber hidup dan oleh belas kasih-Nya kita beroleh jaminan kepastian keselamatan. (ENO)
HIDUP BERMUKA DUA TAK MUNGKIN MENDATANGKAN KETENTERAMAN KARENA KESETIAAN KITA AKAN SELALU TEROMBANG-AMBING
Tidak ada komentar:
Posting Komentar