Mimbar gereja u/Warta 04 Agustus 2013

GIA Sby (Darmo Harapan Pagi)
Minggu, 28 Juli 2013
Oleh:  Pdt. Bubby Ticoalu

PENGHARAPAN DI DALAM PENDERITAAN
(Yohanes 20:24-29)

Di dalam pergumulan selalu ada harapan, kita boleh bangga sebagai orang-orang yang percaya dalam Yesus karena apapun dan bagaimanapun dalam kehidupan kita selalu punya harapan karena Tuhan Yesus tidak pernah berubah. Situasi boleh berubah, manusia boleh berubah tetapi Tuhan yang kita sembah tidak pernah berubah.
Kalau kita melihat kembali kisah Esau, Bagaimana Esau dengan begitu gampangnya menjual hak kesulungannya hanya karena semangkok kacang merah, maka betapa sering kepentingan rohani dikalahkan oleh kepentingan jasmani. Demikian halnya dengan orang Israel yang sudah mengalami  dan melihat mujizat serta perbuatan-perbuatan Tuhan yang besar dan ajaib. Tetapi takkala mereka kekurangan air begitu gampangnya mereka bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan. Betapa manusia lebih mementingkan hal-hal yang kelihatan diluar, lahiriah, jasmaniah dibandingkan dengan kepentingan spiritual. Yakobus mengatakan dengan tegas mengapa terjadi berbagai pergumulan, sengketa, konflik, persoalannya tentang keinginan diri kita, hawa nafsu kita. Dan ketika orang banyak berbondong-bondong untuk mencari Yesus maka Tuhan Yesus mengatakan: “kamu mencari aku karena roti“. Mereka datang bukan karena kebutuhan Yesus sebagai Juruselamat, Allah yang datang menjadi manusia tetapi mereka datang karena mujizat yang memenuhi keinginan hati bukan kebutuhan spiritual tapi kebutuhan keinginan diri sendiri. Betapa sering kita begitu mementingkan dan mencari sesuatu dari pada kita mencari seseorang. Kita mengharapkan pada sesuatu dari pada mengharapakan pada satu pribadi yaitu Yesus.
Waktu Yesus masuk ke kota Yerusalem bagaimana Yesus disambut dengan luar biasa, mereka mengatakan : “Hosana diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan”,  mereka menginginkan raja yang memenuhi keinginan mereka. Apa reaksi Tuhan Yesus? Tuhan Yesus menangisi : “Yerusalem, Yerusalem alangkah baiknya jikalau engkau mengerti apa yang perlu bagi damai sejahteramu”. Coba kita renungkan pada waktu kita bersorak sorai memuji Tuhan menyembah Dia apakah kita sudah menyenangkan hati Tuhan ataukah Tuhan menangis, ada banyak orang menyembah Tuhan tetapi ada maunya bukan apa yang Tuhan mau dalam kehidupan kita tetapi apa yang kita mau yaitu keinginan hati kita. Dengan keadaan demikian ditengah-tengah ketidakmengertian kita, Tuhan Yesus mati di kayu salib dan berdoa : “ampuni mereka Bapa karena mereka tidak tau apa yang mereka perbuat”. Pernahkah kita berpikir waktu antara kematian dan kebangkitan Kristus. Apa yang terjadi pada hari Sabtu? Itulah pergumulan manusia. Kita mendapati murid-murid dalam kebingungan. Semua dalam keadaan tanpa kepastian, tidak ada harapan. Mereka melihat Yesus mati. Kita sering berada di hari Sabtu itu. Dapatkah kita bayangkan sementara murid-murid dan kita bergumul di hari Sabtu yang tanpa harapan itu Tuhan sedang merenda dan menggenapkan rencanaNya yang ajaib. Itulah harapan yang luar biasa. Ketika kita menghadapai berbagai-bagai macam pergumulan kadang kita merasakan tidak ada harapan, kita berada di hari Sabtu. Sementara hari Sabtu itu penuh ketidakpastian, Tuhan sedang berkarya melakukan dan menggenapkan rencanaNya supaya setiap orang percaya boleh bersorak-sorak dalam penggenapan karyanya Yesus bangkit dan Yesus menang. Waktu murid-murid berkumpul Tuhan Yesus datang dalam pintu terkunci dan beritanya adalah : ”damai sejahtera bagi kamu”. Rasul Pauluspun bisa mengatakan bahwa pergumulan apapun yang kita alami kita adalah orang yang menang kita punya pengharapan yang sejati.
Apakah saat ini kita sedang mengalami berbagai macam penderitaan? Di dalam kehidupan ini menjadi orang Kristen selalu dimulai dengan sangat mudah, percaya Tuhan Yesus engkau selamat. Tetapi kemudian kita mulai belajar Firman Tuhan kita merasa tidak mudah dan sukar bagaimana bisa jadi perintah-perintah firman Tuhan ini, Kemudian masuk pada tahap berikutnya  tidak mungkin dan pada tahap itulah kita baru mengatakan aku tidak ada apa-apa, kita kosong, bukan siap-siapa lagi pada waktu itulah Tuhan memenuhi hidup kita. Rasul Paulus mengatakan : “Hidupku bukanya aku lagi tetapi Yesus dalamku”. Waktu kita datang kepada Tuhan, mendengar Dia menyebut nama kita  disitulah kita mempunyai pengaharapan dan kemenangan dalam kehidupan kita.

Diringkas oleh: Pdm. Rian Waruwu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar