Renungan Harian 01 - 06 Juli 2013

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 01 Juli 2013
KRISTEN TAK LAGI TERIKAT TAURAT (Roma 7:1-6)

Pasal 7 adalah salah satu bagian tersulit kitab Roma. Kesulitan muncul karena para penafsir menyoroti siapakah "aku" di sini. Jika Paulus, maka tentang penggalan masa kehidupannya yang mana ia sedang berbicara. Karena ruang yang sangat terbatas, tidak mungkin kita ikut dalam diskusi tersebut di sini. Paling aman adalah melihat pasal 7 ini masih melanjutkan percakapan Paulus sebelumnya tentang Taurat dan tema kekudusan atau pemuridan. Ia mau mengatakan bahwa kita harus konsisten sepenuhnya bergantung kepada anugerah agar dapat hidup kudus.
Taurat adalah kehendak Allah sendiri, karena itu memiliki kewenangan kekal menuntut manusia melakukannya. Ini seumpama ikatan pernikahan yang sekali dipersatukan, tidak boleh diceraikan (ayat 2). Hanya kematian yang dapat memisahkan dan membatalkan ikatan tersebut. Istri yang mati itu tidak lagi di bawah kewajiban apa pun terhadap suaminya. Inilah yang terjadi sebagai akibat orang Kristen menjadi satu dengan kematian Kristus. Kita bukan hanya mati terhadap dosa, tetapi juga bebas dari tuntutan Taurat dan kewajiban untuk tunduk Taurat (ayat 4). Namun itu tidak berarti kita bebas berbuat dosa sebab kini kita menjadi milik Dia yang mati dan bangkit, untuk membangkitkan kita bagi Dia. Kristus, suami kita yang tidak sekadar menuntut, tetapi menguduskan dan memberdayakan kita agar kudus bersama-Nya (ayat 4b). Kristus memungkinkan orang percaya untuk melayani Allah dalam keadaan baru. Roh menuliskan kehendak Allah dalam hati kita, sehingga ketaatan bukan lagi paksaan melainkan kesukaan.
Kita adalah milik Kristus, selayaknya mencerminkan Dia. Dia membangkitkan hasrat kudus dalam diri kita oleh karya Roh. Perjuangan untuk kudus, bagian terbesar ada di bahu Kristus dan Roh Kudus, kita hanya perlu mengikuti-Nya. Semua prinsip ini perlu kita praktikkan dalam bergereja.

Selasa, 02 Juli 2013
JAHATKAH TAURAT? (Roma 7:7-13)
Dua pertanyaan yang Paulus ajukan ini entah hasil pergumulan teologis Paulus sendiri atau hasil ia mengantisipasi tanggapan orang terhadap komentarnya tentang Taurat. Pertama, apakah Taurat dosa? (ayat 7). Kedua, apakah Taurat menjadi kematian? (ayat 13). Ini jawaban Paulus.
Pertanyaan pertama menyangkut kaitan Taurat dengan sifat dosa manusia. Bukan saja tak sanggup menyelamatkan, Taurat malah menimbulkan dua masalah dalam diri manusia. Pertama, ia membongkar kecenderungan dosa manusia. Paulus tidak menunjuk pada bukti dosa kasar seperti mabuk, zina, tapi pada "keinginan" (hukum ke 10). Menginginkan adalah sesuatu yang tersembunyi, tidak terlihat, namun sama berdosanya dengan menyembah berhala sebab menempatkan sesuatu di tempat Allah. Ini dibongkar oleh Taurat. Kedua, Taurat justru merangsang berbagai keinginan yang menentang Taurat (ayat 8). Dua bukti ini bukan membuktikan Taurat penyebab dosa melainkan Taurat membongkar hasrat, sikap, dan desakan dosa yang memang sudah tertanam dalam diri manusia.
Pertanyaan kedua semacam tuduhan bahwa Taurat di satu pihak seolah menawarkan hidup, tetapi di pihak lain malah menjebloskan orang dalam hukuman maut. Paulus menjawab dengan kembali menegaskan bahwa kekejaman dosa yang menghasilkan maut terbongkar oleh Taurat. Jadi, kematian bukan disebabkan oleh Taurat, tetapi oleh dosa yang diadili oleh kebenaran Allah dalam Taurat.
Pada zaman kini makin banyak orang yang menganjurkan pola hidup melawan aturan moral. Menurut mereka aturan dan larangan justru menimbulkan masalah. Sebaiknya orang diberi kebebasan penuh menjadi dan menemukan dirinya. Pandangan ini menyesatkan sebab menyangkal adanya masalah akar dosa dalam diri manusia. Anjuran ini malah menjerumuskan manusia ke dalam kehancuran total.

Rabu, 03 Juli 2013
DARI TAURAT KE KASIH KARUNIA (Roma 7:1-12)
Keterikatan seseorang pada Hukum Taurat, yang digambarkan Paulus sebagai hukum perkawinan, merupakan keterikatan seumur hidup. Selama kedua belah pihak hidup maka keterikatan itu tetap berlaku. Hanya kematian salah satu pihak yang dapat membebaskan pihak lainnya dari ikatan hukum itu.
Kita tidak lagi hidup di bawah kewajiban untuk memelihara Hukum Taurat karena persekutuan kita dengan Kristus (ayat 1-6). Jika kita menempatkan diri kita di bawah Taurat (ayat 7-25) berarti kita masih hidup di bawah kuasa Taurat dan bukan berdasarkan kasih karunia. Paulus merasa perlu menjelaskan hubungan orang percaya dengan Taurat ini karena umat cenderung melihat ketaatan pada hukum sebagai tolok ukur kesalehan. Maka Paulus telah menjelaskan sebelumnya bahwa Taurat tidak memiliki kontribusi apa-apa dalam pembenaran orang percaya (Rm 3:20). Kematian Kristus di kayu salib membebaskan orang percaya dari ikatan Hukum Taurat. Meski demikian, perlu dipahami bahwa penebusan yang Kristus lakukan bukan bertujuan meniadakan Hukum Taurat, tetapi menggenapinya. Contoh keteladanan Kristus semasa pelayanan-Nya menunjuk cara-cara yang benar dalam menerapkan hukum itu, yakni bukan dijalankan secara legalistis. Hukum Taurat itu baik, tapi mempunyai keterbatasan. Taurat memang menjelaskan apa yang benar dan mana yang tidak benar. Namun Taurat tidak berkuasa membenarkan atau menyucikan orang. Padahal bagi manusia berdosa, apa yang dilarang justru menarik minat untuk dicoba. Ini yang membuat Paulus berkata, \'sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup\' (Rm 7: 9).
Lalu jika orang percaya tidak berada di bawah pengaruh Taurat, bagaimanakah hubungan kita dengan Taurat? Karena kita telah mati bersama Kristus maka hukum tidak lagi berkuasa atas kita (band. Rm 6:14). Kita tidak harus lagi hidup sesuai Taurat melainkan berdasarkan kasih karunia Allah dan dengan pengucapan syukur akan kebaikan Allah.

Kamis, 04 Juli 2013
HUKUM YANG DILANGGAR (Roma 7:1-12)
Sering sekali kita mendengar pernyataan "peraturan atau hukum dibuat untuk dilanggar". Menurut yang membuat pernyataan ini, setiap aturan yang dibuat baik di gereja, keluarga, sekolah, pemerintah, maupun sosial kemasyarakatan adalah buatan manusia jadi tidak apa-apa untuk dilanggar. Padahal tujuan dari pembuatan peraturan tersebut adalah untuk menertibkan dan menenteramkan kehidupan dalam setiap komunitas. Setiap peraturan yang dibuat tentu saja bertujuan baik dan sesuai dengan norma serta etika yang dikehendaki Tuhan.
Paulus memberi pernyataan bahwa Taurat itu kudus, baik dan benar (12) karena semuanya berasal dari Tuhan (Kel 20). Sebelum adanya Taurat, orang tidak tahu bahwa membunuh, mencuri, berzinah, dll adalah dosa. Setelah adanya Taurat, orang baru mengetahui bahwa itu dosa (7). Kenyataannya Taurat yang bertujuan menuntun hidup orang kepada jalan yang benar, justru dilecehkan sendiri oleh manusia yang menganggap bahwa Taurat itu untuk dilanggar. Sehingga muncul segala keinginan daging dan hawa nafsu yang menyebabkan manusia mati karena dosa (5, 8-11). Manusia tidak dapat melepaskan diri dari dosa ini sampai datangnya kasih karunia Allah dalam Yesus yang membebaskan manusia dari tuntutan Taurat. Orang yang telah terbebas dari dosa sekarang mendapatkan hidup yang baru di dalam Tuhan (6). Paulus memberikan analogi menarik tentang hubungan suami-istri. Selama mereka masih hidup, mereka terikat satu sama lain sesuai dengan hukum. Ketika salah seorang meninggal, misalnya suami, maka istrinya bebas dan boleh mencari suami yang baru (1-3).
Demikian juga kehidupan kita dihadapan Tuhan. Dosa dalam diri kita telah mati karena anugerah Tuhan. Sekarang kita bebas dan menjadi milik orang yang telah menolong membebaskan kita, yaitu Yesus (4). Tentu saja sekarang kita mengikuti hukum dan aturan dari Dia sendiri. Aturan dari Tuhan sendiri membawa damai sejahtera, jadi tidak ada dalih untuk melanggar. Melanggar berarti kita kembali kepada hidup yang lama dengan "suami/istri" yang lama yaitu dosa.

Jumat, 05 Juli 2013
KEDALUWARSA (Mazmur 90)
Televisi tua Anda rusak? Komputer ngadat setelah bertahun-tahun dipakai bekerja? Jangan heran! Sebagaimana obat dan makanan punya tanggal kedaluwarsa, barang elektronik juga punya usia hidup (lifetime). Usia hidup televisi LCD, misalnya, sekitar 20.000-30.000 jam. Ia akan rusak setelah dipakai melewati batas waktu itu. Uniknya lagi, jika dipakai tidak sesuai petunjuk pemakaian, usia hidupnya bisa berkurang banyak. Kedaluwarsa sebelum waktunya!
Usia hidup manusia pun ada batasnya. Rata-rata 70-80 tahun saja, menurut pemazmur (ayat 10). Singkat sekali jika dibanding "masa hidup" Tuhan yang tak terbatas (ayat 1, 2). Seandainya manusia bisa hidup 1.000 tahun pun, waktu sepanjang itu di mata Tuhan hanya sependek "giliran jaga malam" (ayat 4). Tragisnya, masa hidup kita yang sudah singkat ini bisa berkurang pula. Kematian bisa menjemput kapan pun, saat Tuhan berkata "Kembalilah!" (ayat 3). Atau kalaupun usia hidup kita panjang, hari-hari indahnya sedikit. Minim. Lebih banyak waktu kita habiskan dalam keluhan, kesukaran, dan penderitaan yang tidak perlu, karena dosa yang tak diselesaikan (ayat 8-10).
Anda ingin memakai tiap hari dengan bijak? Kenalilah "kekuatan murka Tuhan" (ayat 11). Artinya, sadarilah bahwa hidup dalam dosa itu menghabiskan waktu! Akibat dosa, kita harus menanggung hukuman yang membuat hari-hari indah berubah menjadi suram. Terbuang percuma. Sayang, bukan? Mari gunakan setiap hari secara hati-hati, sesuai petunjuk firman Tuhan. Jangan sampai dosa membuat hidup Anda kedaluwarsa sebelum waktunya. (JTI)
BERBUAT DOSA ITU GAMPANG NAMUN AKIBATNYA BERBUNTUT PANJANG

Sabtu, 06 Juli 2013
ALLAH YANG TIDAK BERUBAH (Mazmur 102:26-29)

Jika boleh memilih, tentu ada banyak hal yang kita harap menetap  dalam hidup ini. Fisik yang sehat. Rekan yang dapat dipercaya.  Keberhasilan dalam pekerjaan. Kebersamaan dengan orang-orang yang kita kasihi. Namun, siapa yang bisa luput dari perubahan?
Pemazmur menyadari bahwa satu-satunya yang tidak berubah adalah Allah, Sang Pencipta langit dan bumi. Dan kesadaran ini membuatnya  tenang. Perhatikanlah betapa ia sebelumnya mengaduh atas berbagai situasi hidup yang tidak bersahabat (ayat 1-12). Namun kemudian, ia mulai mengingat janji-janji Tuhan atas bangsanya dan atas dunia (ayat 13-23). Dalam ketidakberdayaan, ia ingat bahwa Tuhan dapat diandalkan. Tuhan mengizinkan perubahan terjadi, dan Dia sanggup mengubahkan hal terburuk menjadi kebaikan menurut hikmat dan rencana-Nya. Sebab itu, sekalipun situasi tampak tidak menjanjikan, anak-anak Tuhan bisa diam dengan tenteram (ayat 29).
Rasa tidak aman, takut, frustrasi, sangat bisa menguasai pikiran ketika situasi di sekitar kita berubah. Apa yang harus kita lakukan? Menarik diri karena takut disakiti? Enggan berusaha lagi karena takut gagal? Berhenti mengasihi karena takut kecewa? Solusi yang lebih baik adalah seperti pemazmur, kita mengarahkan pandangan kepada satu-satunya Pribadi yang tidak berubah. Membenamkan pikiran dalam janji-janji-Nya yang pasti digenapi. Dia akan memberi kelegaan bagi yang datang pada-Nya (Matius 11:28). Dia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan kita (Roma 8:28). Anda bisa meneruskan daftarnya. Dalam keyakinan itu, kita bisa diam dengan tenteram di tengah situasi yang terus berubah. (ELS)
BUTUH KEBENARAN YANG TIDAK BERUBAH-UBAH UNTUK DIPERCAYAI ? DATANGLAH KEPADA TUHAN. KEBENARAN-NYA TIDAK PERNAH BERUBAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar