RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 08 April 2013
HATI SEBAGAI HAMBA (Roma 1:1-7)
Apakah Anda melibatkan diri dalam pelayanan? Orang-orang seperti apa yang lebih Anda sukai untuk Anda layani? Kebanyakan orang lebih suka melayani orang-orang yang sudah dikenal, walau hanya melalui bahasa dan budayanya. Setidaknya memudahkan untuk menyesuaikan diri.
Paulus bukanlah pendiri jemaat di Roma, tak heran bila mereka tidak mengenal dia. Paulus menyadari ini maka di awal surat, ia memperkenalkan dirinya terlebih dulu. Hal penting yang perlu diketahui jemaat Roma adalah otoritasnya dalam menulis surat. Dengan gamblang, Paulus menyebut identitas dirinya sebagai hamba dan rasul Kristus (ayat 1). Identitas itu dia miliki bukan karena keinginan sendiri, melainkan karena ia dipanggil dan dikuduskan untuk itu (ayat 1).
Sebagai rasul, Paulus bertugas memberitakan Injil Kristus. Dialah Anak Allah yang berkuasa, yang bangkit dari antara orang mati (ayat 2-4). Injil itu adalah penggenapan nubuat para nabi dalam zaman PL. Selain itu, Paulus bertugas menuntun semua bangsa agar percaya dan taat kepada Kristus (ayat 5). Termasuk di dalamnya adalah orang-orang Roma (ayat 6). Meski Paulus tidak mengenal jemaat Roma sebelumnya, tetapi pemahaman akan tugasnya sebagai rasul membuat Paulus tidak sungkan menulis surat kepada mereka untuk menyampaikan pengajarannya. Hati Paulus sebagai hamba Kristus membuat ia merasa berkepentingan untuk melayani mereka.
Hati sebagai hamba Kristus seharusnya bukan hanya dimiliki Paulus. Kita pun harus memiliki hati seperti itu. Tak perlu merasa bahwa kita tak memiliki panggilan khusus seperti yang diterima Paulus. Sebagai orang percaya kita semua menerima mandat untuk melayani orang lain agar mereka tertarik menjadi murid Kristus (Mat 28:19-20). Lagi pula kasih karunia yang telah kita terima dari Allah sewajarnya membuat kita merespons dengan memberitakan kasih karunia Allah itu agar orang lain pun tertarik untuk menerimanya dari Allah. Ingatlah bahwa mereka pun perlu percaya dan taat pada Kristus karena Kristus mengasihi mereka juga.
Selasa, 09 April 2013
PEMBERITA INJIL SEJATI (Roma 1:1-7)
Paulus memperkenalkan dirinya sebagai hamba Yesus dan Rasul. Dua istilah yang sangat kontras. Hamba (bhs. Yn. doulos) adalah seorang yang tidak memiliki hak apa-apa, hanya bergantung penuh kepada pemiliknya. Rasul adalah seorang utusan Allah. Di sinilah paradoksnya panggilan seorang hamba Tuhan. Tuhan berdaulat memilih dan memanggil seseorang menjadi rasul atau hamba-Nya untuk diutus-Nya, namun orang tersebut harus merespons dengan ketaatan total (ayat 5).
Tugas seorang rasul atau hamba Tuhan adalah memberitakan Injil. Berita Injil bukan peraturan-peraturan untuk mendapatkan keselamatan, bukan juga janji-janji masa depan yang pasti. Berita Injil adalah Yesus Kristus sendiri sebagai manusia sejati keturunan Daud (ayat 3), sekaligus Anak Allah yang berkuasa yang telah bangkit dari kematian (ayat 4). Hakikat dwisifat Yesus Kristus inilah yang menjadikan Injil berkuasa menyelamatkan setiap manusia yang percaya dan menerima-Nya.
Berita Injil ini bukan sesuatu yang sama sekali baru bagi orang Yahudi karena para nabi Perjanjian Lama telah jauh hari menubuatkan kedatangan Mesias (ayat 2). Oleh karena itu, Paulus yakin bahwa pemberitaannya itu konsisten dengan keseluruhan kebenaran dan kehendak Allah yang dinyatakan dalam Firman-Nya dan yang sudah diterima oleh anak-anak Tuhan di gereja Roma (ayat 6).
Jabatan rasul memang sudah tidak ada lagi, namun kita yang sudah menjadi milik Kristus dipanggil untuk memberitakan Injil yang sama yang Paulus beritakan. Kita harus yakin bahwa kuasa Injil tidak berubah. Baik dahulu, maupun sekarang Injil tetap berkuasa menyelamatkan manusia berdosa. Yang perlu ada dalam hidup kita adalah ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya untuk pergi dan memberitakan Injil.
Rabu, 10 April 2013
BERHUTANG INJIL (Roma 1:8-17)
Kerinduan Paulus untuk pergi ke Roma dan mengunjungi umat Tuhan di sana sangat nyata (ayat 10, 13). Hal itu cukup mengherankan, melihat gereja di Roma bukan Paulus yang mendirikannya. Lebih mengagumkan lagi, Paulus bisa mengucap syukur atas kemajuan iman dari para anggota gereja Roma (ayat 8) bahkan sebelumnya ia telah mendoakan mereka (ayat 9). Sikap Paulus ini patut diteladani oleh hamba-hamba Tuhan lainnya karena Paulus tidak terjebak kepada persaingan dalam mendirikan gereja. Mengapa Paulus bersikap begitu mulia?
Paulus tahu yang penting dalam panggilannya sebagai rasul Allah bukan hanya mendirikan gereja agar ia dipuji atau namanya dikenal. Bagi Paulus yang penting adalah Injil Tuhan Yesus diberitakan dan banyak orang bertobat dan diselamatkan lalu dipersekutukan dalam gereja. Paulus berhutang Injil kepada semua orang (ayat 14). Pertama, Paulus tahu bahwa Tuhan mengasihi semua orang tanpa membedakan bangsa, status, dll. Dengan berkesempatan berkunjung ke Roma, Paulus bisa bertemu dengan banyak orang dari berbagai bangsa di dunia waktu itu. Anggota gereja Roma sendiri banyak orang bukan Yahudi (ayat 13b). Kedua, Paulus tahu bahwa hanya Injil Yesus Kristus yang bisa menyelamatkan orang berdosa (ayat 16) karena Injil menyatakan kebenaran Allah bahwa hanya dengan beriman kepada Yesuslah orang berdosa dibenarkan (ayat 17). Sekali lagi Paulus sadar bahwa baik orang Yahudi yang memiliki firman Tuhan Perjanjian Lama maupun orang-orang yang berkebangsaan nonYahudi sama-sama membutuhkan Injil Yesus Kristus.
Apa motivasi kita melayani Tuhan? Seharusnya hanya satu saja, yaitu berhutang Injil. Kita sudah diselamatkan melalui pemberitaan Injil orang lain kepada kita, maka sekarang kita harus menjadi alat anugerah Allah agar orang mengenal Kristus melalui hidup kita.
Camkan: Setiap kesempatan yang kita buang dengan tidak menyaksikan Kristus menambah catatan hutang kepada Injil!
Kamis, 11 April 2013
KEKUATAN INJIL (Pengkhotbah 5:2)
Salah satu alasan mengapa banyak orang Kristen takut bersaksi tentang Tuhan adalah karena mereka takut gagal. Mereka lupa bahwa ada kekuatan Injil yang mampu mengubahkan hidup manusia.
Peter V. Deison, dalam bukunya The Priority Of Knowing God (Mengutamakan Pengenalan Akan Allah) mengisahkan tentang seorang India bernama Ramad. Ia adalah anggota geng perampok. Pada suatu hari ketika mereka mengadakan aksi perampokan di sebuah rumah, Ramad memperhatikan sebuah buku kecil berwarna hitam dengan lembaran- lembaran halaman yang sangat tipis, sehingga tampaknya cocok untuk membuat lintingan rokok. Ia pun mengambilnya. Setiap sore ia menyobek satu halaman untuk melinting tembakau, dan mulai merokok. Ketika ia melihat bahwa tulisan kecil-kecil dalam buku itu tertulis dalam bahasanya, ia mulai membacanya dulu sebelum digunakan untuk melinting rokoknya.
Suatu sore setelah membaca satu halaman, ia berlutut dan berseru kepada Tuhan Yesus agar mengampuni dosanya dan menyelamatkannya. Yang membuat banyak orang tercengang adalah ketika kemudian ia menyerahkan diri kepada polisi. Ramad, perampok itu, kini menjadi tahanan milik Yesus Kristus. Selama dalam penjara, ia membawa banyak orang kepada sang Juruselamat.
Buku apa sebenarnya yang ia baca? Alkitab. Roh Kudus yang bekerja dalam Injil Kristus dan dalam diri Ramad telah menjadi "kekuatan Allah yang menyelamatkan" (Roma 1:16).
Ketahuilah bahwa ada kekuatan besar dalam Injil. Dengan demikian kita dapat selalu membagikan kabar baik dengan penuh keyakinan. (RWD)
AGAMA DAPAT MELAKUKAN REFORMASI TETAPI HANYA INJIL YANG DAPAT MELAKUKAN TRANSFORMASI
Jumat, 12 April 2013
MENGHORMATI ALLAH (1 Samuel 24)
Daud adalah orang yang sangat menghormati Tuhan. Ini terbukti saat ia membiarkan Saul raja yang diurapi Tuhan tetap hidup, meski ia berkesempatan membunuh Saul. Sesungguhnya itu adalah kesempatan emas untuk membunuh Saul, yakni ketika ia membuang hajat di sebuah gua, sedang Daud dan orang-orangnya berada di bagian belakang gua itu (ayat 4). Namun, Daud tidak melakukannya meski ia sudah bisa memotong punca jubah Saul dengan diam-diam.
Daud tahu Saul banyak berbuat jahat kepadanya. Ia tahu Saul berniat membunuhnya. Ia tahu Saul menjadikannya buronan yang hidup menderita. Namun Daud tidak mau membunuh Saul karena ia memandang Tuhan. Ini bukan satu-satunya kesempatan bagi Daud untuk membunuh Saul. Ia juga mendapat kesempatan lagi untuk membunuh ketika Saul berkemah di bukit Hakhila saat mengejar Daud. Namun, sekali lagi Daud menghargai Saul sebagai orang yang diurapi Tuhan (1Samuel 26:9). Daud tidak mau membunuh Saul. Daud bahkan tidak bersukacita ketika mendengar Saul mati. Sebaliknya, ia berdukacita.
Bagi Daud, Saul bukan pemimpin yang baik. Akan tetapi, Daud menghormati Allah, yang memiliki otoritas atas terpilihnya Saul. Dalam hidup kita sehari-hari, hal ini memang tak mudah diterima, apalagi jika kita memang berada di posisi yang benar, sementara pemimpin kita telah berlaku tidak benar dan tidak adil. Bagaimanapun, kita harus menghormati Allah yang berdaulat memilih orang-orang yang diurapi-Nya. Setidaknya kesadaran ini akan menghindarkan kita dari keinginan untuk bertindak dengan cara kita sendiri yang tidak sesuai dengan perkenan Allah. (PK)
MENGHORMATI ALLAH BERARTI MENGHARGAI JUGA ORANG YANG DIPILIH-NYA
Sabtu, 13 April 2013
RINDUKANLAH TUHAN! (Amos 5:21-27)
Bagi para pekerja yang sibuk seringkali ia juga tak sadar melupakan waktu ibadah bersama Tuhan pada hari minggu, atau dia bisa saja terjebak menganggap hari minggu sebagai rutinitas orang kristen dalam beribadah, setelah itu ia kembali kepada kehidupan lama yang jahat. Pikiran untuk mencari uang banyak menyita waktu untuk berpikir tentang Tuhan dan kehendakNya.
Penulis Amos menjelaskan kehidupan bangsa Israel yang rusak, ibadah yang palsu telah mereka lakukan, terlihat ketika mereka dapat mempersembahkan korban terbaik kepada Tuhan namun hidup mereka malah tidak memperhatikan orang-orang miskin (Amos 2:6-7). Selain itu, bangsa Israel juga menyembah kepada berhala-berhala Mesopotamia (ay. 26). Akibatnya, Allah murka dan tidak berkenan akan penyembahan mereka. Ia menjauh dari kehidupan umatNya, dan ia membiarkan Israel masuk dalam pembuangan oleh bangsa lain.
Dalam dunia modern ini, banyak terlihat anak-anak Tuhan yang lebih menyukai situs-situs pertemanan daripada merenungkan Firman Tuhan. Apa saja bisa jadi berhala, kesibukan kerja, pasangan, dan hal yang lebih kita utamakan daripada Tuhan sendiri. Mereka tidak lagi peka akan kehendak dan aturan Tuhan. Padahal yang dikehendaki Tuhan ialah anak-anak Tuhan senantiasa hidup dalam kebenaran dan keadilan kepada sesama. Adakah berhala dalam kehidupan anda yang membuat Tuhan jauh dari kehidupan ini? Penyembahan yang sejati adalah kehidupan yang menyembah hanya kepada Tuhan saja dan hidup menjadi saksi yang baik bagi sesama dalam perkataan, pikiran, tingkah laku, dan cara yang selalu memperlakukan orang lain dengan tepat.
Jadikan setiap hari adalah penyembahan yang berkenan kepadaNya, dimanapun kita berada tetaplah mata kita tertuju kepada Tuhan, sehingga apa yang kita kerjakan benar-benar sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Ibadah yang sejati harus disertai dengan kesalehan hidup. (Yuniar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar