Renunga Harian 15-20 April 2013

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 15 April 2013
SUKACITA DAN KEDAMAIAN (Roma 1:18-23, 5:1-11)
Lucky Lawrence merasa tidak kekurangan apa pun. Seperti kebanyakan orang yang mencari kepuasan melalui ketenaran, uang, dan kesuksesan, ia berusaha menemukan sukacita sejati dengan mengusahakan hal-hal tersebut. Nama aslinya adalah Larry Wright. Ia pernah menjadi tokoh rock-and-roll di sebuah stasiun radio di Phoenix pada tahun 60-an. Namun keluarganya berantakan, dan ia menjadi alkoholik.
Seperti ditulis Mike Yorkey dalam buku Touched By The Savior (Dijamah Sang Juruselamat), Lucky Lawrence berubah saat istrinya, Sue, menerima Yesus sebagai Juruselamat. Larry memperhatikan timbulnya kedamaian dan sukacita dalam hidup istrinya, juga perubahan nyata dalam perlakuan sang istri terhadap dirinya. Tak lama ia pun meminta Yesus mengampuninya dan menjadi Juruselamatnya.
Sejak itu, mereka tak lagi mencari-cari kedamaian dengan cara yang keliru. Mereka telah menemukan sukacita dan kedamaian sejati di dalam Allah. Sampai saat ini, Larry dan Sue telah melayani Tuhan selama lebih dari 30 tahun.
Dalam kitab Roma kita melihat perbedaan kontras antara dua kemungkinan jalan hidup. Roma 1:18-32 mencatat tentang orang-orang yang susah dan takut karena tidak mau hidup untuk Allah. Hidup mereka sarat dengan masalah dan kekacauan. Namun dalam Roma 5:1-11, kita melihat apa yang terjadi tatkala seseorang mempercayai Kristus. "Kami merasa damai. Kami bersukacita," demikian yang kita dengar. Kita sendiri mengalami pengharapan, kasih, dan keselamatan. Benar-benar kontras!
Dari kedua sisi ini, di manakah Anda hidup?. (JDB)
TANPA ALLAH, TAK ADA KEDAMAIAN. MENGENAL ALLAH, MENGENAL KEDAMAIAN

Selasa, 16 April 2013
JANGAN TEKAN  HATI NURANI ANDA! (Roma 1:18-32)
Setelah melihat kegemilangan kekuatan Injil Allah yang berkuasa untuk menyelamatkan, hari ini kita disodorkan kenyataan hidup di dunia ini. Perikop ini memberikan latar belakang dan konteks bagi dunia tempat Allah memanggil kita dan memercayakan Injil-Nya kepada kita. Allah begitu jelas menyatakan diri-Nya baik melalui Alkitab maupun alam ciptaan-Nya. Tetap saja ada manusia yang menolak percaya, dan bertindak bertentangan dengan rencana Allah.
Kontras dengan Hab 2:4 (TB2), "Orang yang dibenarkan karena imannya, akan hidup", bacaan kita hari ini menyatakan bahwa orang yang memalingkan wajahnya dari Allah justru diserahkan Allah kepada kebinasaan. Tiga kali disebutkan "Allah menyerahkan mereka" (24, 26, 28). Mereka begitu keras berontak dan memalingkan wajah dari penyataan Allah yang begitu gamblang sehingga Allah seolah-olah mengolok-olok mereka dengan melepaskan dan membiarkan mereka menjebloskan diri ke dalam lubang yang mereka gali sendiri.
Alinea pertama (18-23) memaparkan pemberontakan mereka yang menggantikan Allah dengan hal-hal semu (23, kemuliaan vs. gambaran). Alinea berikutnya memaparkan tiga ranah tempat Allah membiarkan mereka: keinginan hati (24-25), hawa nafsu (26-27) dan pikiran-pikiran terkutuk (28-29). Mereka menjadi orang-orang yang bukan saja secara pribadi menikmati kubangan, tetapi secara aktif mempromosikan kebejatan mereka kepada orang banyak (30-32). Paulus berupaya mengabarkan Injil, tetapi rupanya orang-orang yang membenci Allah pun aktif "menginjili" orang-orang lain agar menjadi bagian dari mereka.
Tiliklah hidup Anda: masih adakah sensitivitas terhadap hal-hal rohani? Jangan biasakan membius hati nurani dan sensitivitas Anda sehingga lama kelamaan Anda terlena dan tanpa disadari sudah jauh dari Allah dan tidak lagi memiliki kepekaan terhadap dosa. Kita hidup di tengah peperangan antara dua kekuatan yang aktif sama-sama "menginjili"; di pihak mana Anda ikut berperang?

Rabu, 17 April 2013
TIDAK PERCAYA BERAKHIR BINASA (Roma 1:18-32)
Berdusta, mencuri, menipu, sering kita sebut sebagai dosa. Namun apakah makna dosa yang sesungguhnya? Dosa adalah ketidakpercayaan kepada Allah. Mengapa orang tidak percaya kepada Allah? Apakah karena Allah tidak menyatakan diri kepada mereka?
Sesungguhnya tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengetahui bahwa Allah ada. Bentangan langit dan alam semesta merupakan penyataan keberadaan Allah. Seperti kita dapat mengenal seorang penulis melalui tulisannya, atau seorang pelukis melalui lukisannya, begitu pula kita dapat mengenal Allah melalui karya cipta-Nya. Siapakah yang tidak kagum melihat Danau Toba atau keindahan dunia bawah laut di Bunaken, tetapi tidak takjub pada kuasa Pribadi yang menciptakan semua itu? Seharusnya manusia merespons Allah yang berkuasa itu dengan pujian dan penyembahan (ayat 21). Namun apa yang terjadi? Tindak tanduk manusia malah menunjukkan perlawanan pada Allah. Segala perbuatan manusia seolah-olah memperlihatkan anggapan bahwa Allah tidak ada: menindas kebenaran dengan kelaliman (ayat 18), menyembah berhala (ayat 23, 25), dan mengganti hubungan yang wajar dengan suami/istri dengan sesuatu yang menjijikkan yaitu hubungan sesama jenis/homoseksual (ayat 26-27). Penolakan terhadap Allah mengarahkan orang pada penyembahan berhala dan kemudian berlanjut pada kehidupan amoral. Maka Allah akan menghukum mereka. Bukan hanya nanti, tetapi juga kini. Mereka dihukum dengan mendapatkan apa yang mereka inginkan (ayat 24, 27 b). Terdengar enak? Tidak juga. Ketidakpercayaan pada Allah akan mengarahkan orang pada kehidupan tanpa Allah. Berbuat semaunya tanpa kendali dari Allah hanya akan membawa manusia pada kebinasaan kekal.
Betapa mengerikan dampak dosa bagi manusia. Bermula dari ketidakpercayaan dan berakhir pada kebinasaan. Anda tentu tidak ingin binasa, begitu pula dengan orang-orang di sekitar Anda. Karena itu bicarakan hal ini dengan mereka juga agar mereka percaya kepada Allah dan tidak binasa.

Kamis, 18 April 2013
PERBUDAKAN DOSA (Roma 1:18-32)
Banyak orang menganggap dosa hanya semata-mata masalah kurang kemauan, pengetahuan, atau kemampuan. Mereka menganggap bahwa kalau motivasi digugah bahwa dosa itu menyakitkan hati Allah dan sesama, serta pengetahuan tentang hal yang benar diajarkan dan dilatihkan, pasti masalah dosa bisa teratasi.
Paulus menyatakan bahwa dosa adalah menindas kebenaran yang sudah dinyatakan Allah dan dengan sengaja melakukan kejahatan (ayat 18-23). Manusia tidak dapat berdalih karena Allah telah menyatakan kebenaran-Nya lewat hati nuraninya. Karena itu, sengaja berbuat kejahatan berarti sengaja melawan Allah. Sangat pantaslah murka Tuhan dinyatakan. Bagaimana Tuhan menghukum orang yang sengaja berbuat dosa? Pertama, Tuhan menyerahkan mereka kepada motivasi yang berdosa (ayat 24-27). Hawa nafsulah yang menguasai mereka bukan keinginan mulia. Itu sebabnya mereka tidak puas dengan hal-hal yang normal melainkan menikmati hal-hal yang melampaui kewajaran seperti penyembahan berhala, perilaku homoseksual, dan berbagai perbuatan mesum lainnya.
Kedua, Tuhan menyerahkan pikiran-pikiran mereka dibelenggu hal-hal yang tidak pantas (ayat 28-30). Pikiran berdosa sedemikian membelenggu mereka sehingga mereka tidak memiliki akal sehat untuk melihat bahwa tindakan mereka menjijikkan, jahat, dan merusak. Sebaliknya, mereka menganggap semua orang yang melakukan hal-hal itu sedang melakukan hal yang benar. Itulah perbudakan dosa!
Tidak ada orang yang bisa melepaskan diri dari belenggu dosa sedahsyat itu. Hanya Tuhan Yesus yang sanggup memerdekakannya. Kita sendiri harus memeriksa diri apakah sudah dimerdekakan oleh Tuhan Yesus. Bila belum, sekaranglah waktunya untuk sujud memohon belas kasih-Nya menghancurkan belenggu dosa dan mengampuni kita.

Jumat, 19 April 2013
INGIN KABAR BAIK? (Roma 1:24-32; Roma 1:21)
Apakah orang benar-benar ingin mendengar kabar baik? Mungkin tidak, kata Paul Harvey, seorang penyiar radio. Berita-berita buruk tentang kejahatan dan tragedi tampaknya lebih menarik dan lebih memenuhi selera mereka. Sebagai contoh, Harvey memperlihatkan kegagalan Good News Paper yang diterbitkan di Sacramento, California. Surat kabar ini hanya memuat berita-berita yang baik-dan akhirnya gulung tikar setelah beroperasi selama 36 bulan.
Lalu, bagaimana dengan kabar baik yang terbaik, yakni Injil kabar baik tentang Yesus dan kasih-Nya? Ini adalah kabar baik tentang pengampunan yang utuh dan cuma-cuma melalui iman dalam Kristus dan pengurbanan hidup-Nya. Namun mengapa banyak orang menghindarinya, menutupi pikirannya, dan menolak untuk mendengarkan kabar paling baik dari semua kabar baik yang disampaikan kepada mereka?
Saat ini fakta yang menyedihkan telah tampak, yakni kita semua menderita theophobia ketidaksukaan yang menakutkan terhadap Allah. Meskipun kita diciptakan untuk memiliki hubungan yang dekat dengan Allah dan membutuhkan kehadiran-Nya dalam seluruh kehidupan kita, ternyata kita adalah pembenci Allah (Roma 1:30) sampai kita dilahirkan kembali.
Marilah kita terus mewartakan kabar baik dengan keyakinan bahwa Roh Kudus-lah yang akan mengatasi permusuhan yang tak berguna dari para pembenci Allah itu, menarik perhatian mereka, dan membuat mereka percaya dan menerima berita anugerah yang menyelamatkan itu. Hal itu jugalah yang telah Dia lakukan terhadap Anda dan saya. (VCG)
DI DUNIA YANG PENUH DENGAN KABAR BURUK. SATU-SATUNYA HARAPAN KITA ADALAH KABAR BAIK DARI YESUS

Sabtu, 20 April 2013
NDENDENG (Roma 1:18-23, Wahyu 9:13-21)
Ndendeng (kedua huruf "e" dibaca seperti pada kata "materai", bukan "bebek") adalah istilah bahasa Jawa yang kira-kira artinya keras kepala, tidak bisa diberi tahu. Kata ini kerap dipakai untuk menjuluki anak-anak yang nakal dan tidak mau menuruti nasihat orangtua.
Namun, bukan cuma anak-anak yang bisa ndendeng. Banyak orang dewasa di sepanjang zaman yang juga bersikap demikian terhadap Allah. Salah satu contohnya digambarkan dalam bacaan Alkitab kita hari ini.
Dalam sejarah manusia, Tuhan berulang kali, dengan berbagai cara, menyatakan diri-Nya, memanggil semua orang untuk bertobat. Dari cara yang halus melalui ciptaan-Nya (Roma 1:19, 20), Firman-Nya (2 Raja- Raja 17:13, 14), sampai pada cara yang teramat keras, yaitu dengan hukuman yang dahsyat (Wahyu 9:13-19). Namun, banyak dari mereka yang bergeming. Mereka tetap mengeraskan hati dan menolak panggilan-Nya.
Apakah kita termasuk orang yang demikian? Apakah kita juga adalah orang-orang yang bersikap keras kepala di hadapan Allah, meski mengaku sebagai umat-Nya? Secara spesifik mungkin dengan menyimpan suatu dosa dalam hidup kita, yang Allah ingin agar kita tinggalkan. Dia sudah menyatakannya dengan berbagai cara. Melalui hati nurani kita, Firman-Nya di dalam Alkitab, teguran orang, atau melalui peristiwa-peristiwa yang kita alami. Suara-Nya sedemikian jelas, sehingga kita tahu benar apa yang Dia mau. Akan tetapi, kita terus mengeraskan hati, tidak mau tunduk kepada-Nya. Apabila demikian sikap kita, bertobatlah. Lunakkan hati dan ikuti perintah-Nya. Jangan lagi menjadi seorang yang ndendeng kepada Allah. (ALS)
"NDENDENG" KEPADA ORANGTUA MEREPOTKAN. "NDENDENG" KEPADA ALLAH MEMATIKAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar