RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 11 Maret 2013
JALAN KE RUMAH BAPA. (Yohanes 14:1-14)
Kepada orang banyak Yesus berkata bahwa mereka tidak dapat ikut bersama-Nya ke rumah Bapa-Nya (ayat 13:33). Kepada Petrus, Ia mengatakan hal yang sama, namun dengan arti dan alasan berbeda. Tuhan menyatakan bahwa keadaan hatinya tidak menjamin bahwa ia dapat setia mengasihi Tuhan. Orang banyak yang tidak menerima Dia tidak dapat bersama Dia. Sekarang Yesus menegaskan bahwa sebenarnya para murid telah mengetahui jalan ke sana, ke rumah Sang Bapa, dan mereka pasti akan bersama Dia sesudah Ia selesai menyiapkan tempat di rumah Bapa bagi mereka (ayat 3-4). Meski benar bahwa mereka tidak dapat mengandalkan kondisi hati mereka agar setia dan kelak sampai ke tujuan kekal, namun mereka sudah percaya dan dengan terus mempercayai karya-karya Yesus mereka pasti akan sampai di tujuan. Tuhan memerintahkan mereka untuk percaya. Kenyataan janji-janji Allah tidak tergantung pada perasaan dan kondisi hati kita, tetapi pada Dia yang setia pada janji-janji-Nya. Bertekun dalam iman adalah cara untuk memiliki keteguhan hati (bdk. dengan yang Yesus lakukan, 12:27).
Kebenaran tentang jaminan kekal tersebut lebih jelas dalam jawaban- Nya kepada Tomas. Ungkapan “Akulah …” menggemakan kembali ungkapan-ungkapan yang sama dalam Injil Yohanes yang menegaskan kesetaraan Yesus dengan Yahwe dalam Perjanjian Lama. Karena itulah Dia dapat mengklaim bahwa diri-Nya sendirilah jalan, kebenaran, dan hidup (ayat 6). Akibatnya, Dia dan hubungan dengan-Nya menentukan apakah orang yang mengenal Bapa akan sampai ke rumah Bapa kelak atau tidak. “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku" (ayat 7). Sang Bapa telah berkemah di dalam Yesus, sehingga siapa mengenal Dia, mengenal Bapa (bdk. 1:14, 14:10). Firman Bapa ada di dalam-Nya dan itulah yang disampaikan kepada mereka (ayat 10-11).
Tidak saja mengenal Bapa dan beroleh jaminan kekal di dalam Yesus, para pengikut-Nya akan pula melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah bahkan yang lebih besar dari yang Yesus telah buat. Pekerjaan- pekerjaan besar itu adalah juga pekerjaan Yesus di dalam mereka, dan dapat terus dilakukan karena mereka mengandalkan Dia di dalam doa (ayat 12-13).
Renungkan: Perbuatan kita mencerminkan hubungan kita dengan Tuhan.
Selasa, 12 Maret 2013
SALING MENGASIHI (1Yohanes 4:7-12)
Kita mungkin tidak sadar bahwa orang Kristen zaman dulu lebih banyak dikenal dengan sebutan "pengikut Jalan [Tuhan]" (lih. mis. Kis 9:2; 22:4). Bahkan kata "Kristen" atau "Khristianos" pun dulunya bermakna melecehkan: "orangnya si Khristos." Namun itulah kenyataannya. Menjadi Kristen berarti berada dalam perjalanan di jalan Tuhan, yakni mengikuti, menyaksikan, dan ikut mewujudkan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya Injil Yohanes memunculkan Yesus sebagai Sang Jalan yang kita pilih dan kita ikuti. Masalahnya, insan-insan modern seperti kita lebih senang dengan kema-panan. Berjalan berarti berpindah berarti berubah berarti tidak mapan. Dan itu tidak kita sukai!
Tujuh ayat ini sangat dalam dan kita tidak mungkin bisa mengupas semua isinya di sini. Namun ada beberapa poin yang perlu kita soroti. Pertama, bahkan setelah Yesus pergi pun Ia tetap melayani kita, para murid-Nya: Ia menyiapkan tempat bagi kita (ayat 2-3). Kedua, melalui Kristus Sang Jalan, kita mengenal Allah Bapa. Bahkan, tanpa Kristus kita tidak mung-kin mengenal Sang Bapa seperti ini. Ketiga, Sang Jalan yang kita sambut dengan iman ini sekaligus adalah kebenaran dan hidup kita: artinya, kita dibenarkan dan memperoleh hidup ketika kita melakukan langkah iman yaitu percaya kepada Kristus. Keempat, kita memperoleh jaminan surgawi dari Tuhan. Oleh sebab itu, sewajarnyalah bila kita merespons Dia dengan langkah konkret, yang berpadanan dengan status anugerah kita.
Poin renungan kita kali ini sederhana saja: Jika memang demikian, kita masih tunggu apalagi? Tidaklah pantas jika kita masih tetap mencintai kemapanan dunia ini dan melupakan mandat kemuridan kita, yaitu menyampaikan kabar bahwa Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup, bahwa Allah Bapa takkan bisa dikenal kecuali melalui Dia. Sebagai murid, kita tahu "ke mana Tuhan pergi" (ayat 4) yakni menuju jalan yang mewujudkan kehendak Sang Bapa yang niscaya penuh kemuliaan.
Rabu, 13 Maret 2013
YESUS, JALAN KEPADA BAPA (Yohanes 14:1-7)
Pernyataan Yesus bahwa Ia akan pergi ke suatu tempat, yang tidak diketahui dan tidak dapat diikuti oleh para murid-Nya, juga peringatan-Nya kepada Petrus bahwa ia akan menyangkal diri-Nya, menimbulkan kegelisahan yang luar biasa di antara mereka (lihat Yoh 11:33; 12:27; 13:21). Kegelisahan mereka timbul karena mereka tidak dapat memahami misi Yesus dan rencana Allah Bapa. Yesus mendorong mereka untuk percaya pada Bapa dan juga pada-Nya (ayat 14:1).
Pertama, Yesus menegaskan bahwa barang siapa yang mengenal dan percaya kepada Dia, maka ia juga akan mengenal Allah Bapa. Sebab hanya melalui kenal dan percaya pada Yesus, seseorang dapat datang kepada Allah Bapa (ayat 6-7). Yesus menegaskan diri-Nya sebagai jalan, kebenaran, dan hidup. Dia adalah jalan bukan sekadar penunjuk jalan. Dialah yang dapat membawa setiap orang berdosa kepada Allah yang kudus melalui pengurbanan-Nya sendiri. Dia adalah kebenaran bukan sekadar pewarta kebenaran. Kata dan karya-Nya sepenuhnya dapat diandalkan untuk menyelamatkan manusia berdosa. Dia adalah hidup bukan sekadar pemberi hidup. Dialah sumber kehidupan. Itu sebabnya, Dia bisa memberikan hidup bagi orang yang percaya kepada-Nya.
Kedua, Yesus memberitahukan penyebab kepergian-Nya kepada Allah Bapa, yaitu mempersiapkan tempat untuk murid-Nya. Ia juga berjanji kelak akan kembali menjemput mereka (ayat 2-3). Ini merupakan janji eskatologis bagi kita juga bahwa kelak setiap orang percaya akan bertemu dengan-Nya dalam rumah Bapa. Hanya orang-orang yang sungguh mengenal Yesus yang akan menerimanya (ayat 4-5). Janji ini adalah penghiburan dan peneguhan bagi iman kita.
Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan adalah fakta kebenaran Ilahi yang sering sulit diterima oleh banyak orang. Bagaimana dengan Anda? Percayakah Anda bahwa Yesuslah, Jalan kepada Allah Bapa?
Kamis, 14 Maret 2013
DIALAH JALAN (Yohanes 14:1-6)
Seorang pilot pesawat terbang militer terpaksa terjun dengan parasut ke sebuah hutan di Asia Tenggara. Bagaimana ia dapat menemukan jalan keluar? Seorang penduduk setempat melihat keja-dian itu dan datang untuk menolong sang pilot dengan menebas semak-semak. Sang pilot yang ketakutan berteriak-teriak, "Mana jalannya? Di mana jalan keluarnya?" Sang penolong balik berteriak, "Tak ada jalan! Sayalah jalannya! Ikuti saya!" Sang pilot mempercayai pria tersebut, yang menuntunnya menembus hutan hingga selamat.
Sebagian orang mengalami kesulitan untuk menerima kata-kata serupa yang diucapkan Tuhan Yesus. Dia berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6). Para kritikus menyebut ajaran ini tidak toleran dan bersifat memecah belah. Namun, karena Anak Allah sendiri mengatakannya, dan firman Allah mencatatnya, perkataan ini benar, tak peduli berapa banyak orang yang menentangnya. Iman di dalam Yesus adalah satu-satunya jalan menuju persekutuan kekal dengan Allah.
Jalan kepada Allah tidak akan ditemukan dengan mengikuti doktrin tertentu, mengembangkan karakter-karakter moral, atau menghadiri kebaktian di gereja, tetapi dengan mempercayai Yesus Kristus yang mengampuni dosa dan mendamaikan kita dengan Allah. Saat kita membuka hati bagi Juruselamat yang telah disalibkan dan dibangkitkan, berarti kita telah berada pada satu-satunya jalan yang akan membawa kita pulang kepada Allah –(VG)
SETIAP ORANG HARUS MELALUI YESUS UNTUK MASUK KE SURGA
Jumat, 15 Maret 2013
SATU-SATUNYA JALAN (Yohanes 14:1-7)
eorang guru Sekolah Minggu memegang dua balon di tangannya, dan meminta anak-anak menebak balon mana yang akan terbang ke atas. Ia lalu melepaskan balon itu. Yang satu langsung membubung ke langit, yang lain melayang sebentar lalu turun ke lantai.
"Dari luar, kedua balon itu tampak sama. Yang membedakan adalah isinya. Yang satu berisi udara biasa, yang lain berisi gas helium," jelasnya. "Begitu juga dengan jalan ke surga. Tuhan tidak memandang penampilan luar kita. Tidak ada seorang pun yang bisa pergi ke surga karena kemampuan dan kebaikannya sendiri. Yang menentukan adalah apa yang mengisi kita. Apakah kita diisi oleh perkara-perkara dari dunia ini, atau kita diisi oleh Penyelamat dari surga yang hidup dan menghidupkan: Tuhan Yesus Kristus?"
Firman Tuhan telah memberikan jawaban yang gamblang atas pertanyaan yang sangat penting dan mendasar bagi manusia: Bagaimana kita dapat mengenal jalan menuju Allah? Tuhan Yesus Kristus menjawab secara tegas bahwa Dialah satu-satunya Jalan untuk datang kepada Bapa. Dialah satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia karena hanya Dia yang sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Dialah Penyelamat yang rohani dan yang kekal, yang sanggup membawa kita kembali ke rumah Bapa.
Dengan apakah kita mengisi kehidupan kita? Moralitas, etika, nilai-nilai dari dunia ini, yang bagaimanapun luhurnya tidak akan dapat mengantarkan kita kembali kepada Allah? Atau, dengan anugerah Allah di dalam Kristus Yesus? Kita dapat memutuskan pada hari ini jalan mana yang akan kita tempuh. (ARS)
JALAN MENUJU KE SURGA TIDAK DAPAT DIBUKA DARI DUNIA HARUS ADA UTUSAN DARI SURGA YANG MERINTIS JALAN BAGI KITA
Sabtu, 16 Maret 2013
HIDUP INI NYATA (Mazmur 56)
Dalam komik Peanuts, tokoh Lucy mengatakan kepada Linus, saudaranya, bahwa anak-anak tidak bisa tinggal di rumah selamanya. Kelak mereka menjadi dewasa dan meninggalkan rumah. Lalu ia berkata bahwa bila nanti Linus pergi, ia akan menempati kamar Linus. Namun, dengan cepat Linus mengingatkan Lucy bahwa nantinya Lucy juga akan meninggalkan rumah. Menyadari akan hal itu, Lucy pun terkejut, tetapi ia segera menemukan jalan keluar. Ia mengeraskan suara TV, merangkak ke kursi beanbag-nya [kursi kantong yang berisi kacang, dipakai dalam permainan tertentu] dengan semangkuk es krim di tangan, dan menolak memikirkan hal tadi.
Menghindari keadaan yang tidak menyenangkan tidak semudah yang Lucy pikirkan. Realitas kehidupan tidak dapat dihindari. Kita dapat mencoba lari dan bersembunyi, tetapi pergumulan dan ujian kehidupan selalu dapat mengikuti langkah kaki kita dan akhirnya menyusul kita.
Sebaliknya, kita harus menghadapi masalah kita. Pemazmur Daud melakukan hal ini saat diserang oleh musuh dan teman-teman yang menyesatkan. Ia tidak berusaha mengecilkan bahaya yang ada; ia menyambut badai yang mengganas di sekelilingnya dan memandang kepada Tuhan. Ia menulis, "Kepada Allah aku percaya" (Mazmur 56:5).
Marilah kita mengikuti teladan Daud bukan Lucy. Menghadapi beragam kesulitan dalam hidup mungkin merupakan pengalaman yang menakutkan. Namun, ketika kita percaya kepada Allah dan mendekat kepada-Nya, kita akan mengalami pembebasan yang nyata. (PRV)
TATKALA KESULITAN MENGHAMPIRI ANDA, HAMPIRILAH ALLAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar