RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 04 Maret 2013
PERSIAPAN PENGUBURAN YESUS. (Yohanes 12:1-8)
Kalau tahu bahwa pemimpin Yahudi dan kroni-kroninya merencanakan pembunuhan terhadap diri-Nya, Yesus tetap kembali ke Yerusalem enam hari sebelum hari Paskah. Sebelum sampai di Yerusalem, Ia singgah dahulu di rumah sahabat-sahabat-Nya di Betania, kakak beradik Lazarus, Maria dan Marta. Pesta yang diselenggarakan di Betania (ayat 2) adalah pesta ucapan syukur atas kebangkitan Lazarus dari kematian. Kota Betania dan nama Lazarus ditegaskan sampai dua kali. Hal ini menegaskan bahwa penampilan Lazarus dan peristiwa spektakuler itu sungguh menggemparkan kota Betania.
Marta seperti biasa sangat bersemangat untuk mempersiapkan segala sesuatunya supaya pesta itu terlaksana dengan baik. Dua tokoh yang menjadi pusat perhatian adalah Maria dan Yudas. Kontras di antara keduanya sangat menonjol. Bertentangan dengan peraturan orang Yahudi, Maria duduk di kaki Yesus. Itu menandakan bahwa ia memposisikan dirinya sebagai murid Yesus dan Yesus menerimanya. Lalu Maria mengungkapkan kasihnya kepada Yesus melalui persembahan minyak yang mahal yang dipakainya untuk mengurapi kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Sungguh suatu tanda syukur dan pengagungan kepada Yesus. Perbuatannya itu disebut Yohanes sebagai pengurapan, diartikan oleh Yesus sebagai persiapan bagi penguburan-Nya. Mungkin sekali Maria sendiri tidak menyadari bahwa perbuatannya itu diartikan Yesus sebagai persiapan penguburan-Nya.
Tokoh kedua adalah Yudas. Yudas memandang bahwa pengurapan minyak wangi yang mahal merupakan pemborosan (ayat 5). Yudas sesungguhnya selama ini tidak pernah peduli terhadap orang-orang miskin. Kali ini ia ingin seolah-olah menunjukkan simpatinya terhadap orang-orang miskin. Ia mengritik perbuatan Maria. Tetapi, sebagaimana sikap dan tindakan Kayafas dan Maria mengungkapkan motif mereka yang sesungguhnya, reaksi Yudas ini pun membongkar keserakahan dan kepentingannya sendiri. Yudas sering mencuri uang kas yang dipegangnya (ayat 6). Ini membuat semakin nyata betapa besar pengorbanan kasih Maria.
Renungkan: Iman sejati betapa pun kecilnya akan terungkap dalam perbuatan kasih. Adakah pengorbanan kita terhadap Yesus yang terlalu besar?
Selasa, 05 Maret 2013
SALING MENGASIHI (1Yohanes 4:7-12)
Suatu kali Brandon Moody menghadiri kebaktian Paskah pagi di gereja pamannya, D.L. Moody. Adegan terakhir dari pertunjukan yang mengesankan di gereja tersebut menggambarkan peristiwa kenaikan Yesus ke surga. Pada adegan itu, aktor yang berperan sebagai Yesus dikerek oleh para penata panggung melalui atap yang terbuka. Namun, saat ia baru separuh jalan ke atas, mendadak pegangan mereka terlepas, dan aktor itu pun merosot ke bawah. Syukurlah, ia tidak terluka. Dengan pengendalian diri yang baik, sang aktor berkata kepada para jemaat yang terkejut, "Satu hal lagi. Kasihilah satu sama lain."
Kasih merupakan suatu hal yang begitu penting bagi Yesus. Karena itu, beberapa saat sebelum Dia ditangkap dan disalibkan, Dia memberikan perintah kepada murid-murid-Nya demikian, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi .... Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13:34,35).
Yohanes, yang dikenal sebagai murid yang dikasihi oleh Yesus (dan seorang yang mencatat perkataan Yesus tentang kasih ini), banyak menulis tentang kasih dalam suratnya yang pertama. Beberapa kali di dalam pasal 4, Rasul Yohanes mendesak rekan-rekannya orang percaya untuk "saling mengasihi" (1 Yohanes 4:7, 11,12).
Karena itu, apa pun yang sedang terjadi di dalam hidup kita, marilah kita menjadikan perintah Yesus dan nasihat Yohanes sebagai pernyataan misi dari kita: "Saling mengasihi". (VCG)
SEDIKIT KASIH MAMPU MEMBUAT BANYAK PERBEDAAN
Rabu, 06 Maret 2013
PERINTAH BARU. (1 Yohanes 2:7-11)
Hal pokok dalam upaya menghidupkan Kristus adalah dengan meneladani perkataan dan perbuatan-Nya. Semua perkataan dan perbuatan Kristus mendemonstrasikan kasih. Inilah yang diingatkan Yohanes kepada jemaat. Menghidupkan kasih adalah perintah baru. Perintah untuk saling mengasihi telah mereka dengar sejak mereka percaya pada Yesus (ayat 7). Sejak mendengar Injil mereka telah didorong untuk mengasihi. Jika demikian, ini bukan perintah baru. Yohanes menyadari bahwa perintah mengasihi adalah perintah lama, namun disebut sebagai perintah baru dalam arti sebelumnya belum pernah terlihat. Yesus Kristus menunjukkan kasih kepada manusia. Demonstrasi kasih yang Yesus lakukan ketika Dia disalibkan belum pernah dilihat manusia. Demonstrasi kasih seperti ini benar-benar baru bagi manusia. Perintah kasih adalah baru karena terus menerus dihidupkan dalam setiap pengikut-Nya (ayat 8).
Kasih menjadi kenyataan hidup yang belum pernah diwujudkan manusia sebelumnya. Oleh karena itu sepatutnyalah orang Kristen menghidupkan kasih Yesus di dalam perkataan dan perbuatannya setiap hari (ayat 9-11). Hidup dalam kasih berakibat semakin pudarnya kegelapan karena terang semakin bercahaya. Kasih Kristus tidak pernah terbatas pada tembok-tembok gereja. Kasih Kristus diarahkan kepada semua manusia.
Renungkan: Orang Kristen harus memperluas jangkauan kasih kepada semua manusia. Jika kita tidak mengasihi berarti kita sedang membenci. Tidak ada pilihan lain.
Kamis, 07 Maret 2013
KASIH YANG SEMPURNA (1Yohanes 4:7-21)
Ada pepatah yang mengatakan, "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya". Pepatah tersebut ingin mengatakan bahwa karakter seorang anak tidak jauh berbeda dibandingkan dengan orangtuanya.
Allah adalah sumber kasih (ayat 7) dan kasih adalah natur Allah (ayat 8). Kasih itu bukan hanya dinyatakan melalui pengorbanan Yesus, melainkan juga melalui pengorbanan Bapa yang telah merelakan Anak-Nya. Barangsiapa yang menyatakan bahwa ia lahir dari Allah atau bahwa ia mengenal Allah, ia harus mengasihi saudara-saudara seiman sebagai sesama anggota tubuh Kristus. Karena kita adalah anak-anak Allah dan kita mengalami kehadiran-Nya di dalam hidup kita, maka seharusnya kita merefleksikan karakter Bapa yang adalah kasih. Orang yang mengasihi membuktikan bahwa ia telah lahir dari Allah.
Yohanes dengan tegas mengatakan, jika tidak ada kasih kepada umat Allah di dalam hati kita, jangan pernah menyatakan bahwa kita mengenal Allah. Meski kasih itu belum sempurna, harus tetap dinyatakan dan harus tetap bertumbuh. Kasih seharusnya tak bersyarat, dimiliki oleh semua orang dan ditujukan untuk siapapun. Kita harus berusaha untuk mengasihi ketika tiap syaraf di dalam tubuh kita berdenyut di dalam kebencian dan keinginan membalas dendam. Salib Kristus tidak memberi kita pilihan tentang kasih. Kita harus mengatasi keangkuhan kita dan dengan taat berusaha mempraktekkan kasih di dalam tiap situasi.
Jika kita ingin lebih mengasihi, kita perlu belajar lebih dekat dengan Allah. Relasi yang lemah di antara dua pihak akan dikuatkan bila keduanya semakin dekat dengan Allah. Sebaliknya, kita tidak dapat bertumbuh dalam pengalaman kita dengan Allah tanpa mengasihi satu sama lain. Jika kita sudah mampu mengasihi, kita mesti bersyukur pada Allah. Namun jika kita merasa kurang mengasihi, kita harus berdoa, meminta Allah merubah hati kita. Dengan kasih, kita akan menemukan sukacita yang lebih besar di dalam hidup.
Jumat, 08 Maret 2013
MENGASIHI SECARA TOTAL (Markus 12:41-44)
Ada kisah nyata tentang seorang bapak tua bekas pecandu alkohol di Kalifornia bernama Rings. Sejak menerima Kristus sebagai Juru Selamat, ia tak pernah lagi memakai nafkahnya untuk membeli alkohol. Meski hanya tinggal di kabin mobil, ia pun tak berusaha menyewa tempat tinggal yang lebih baik. Ia memakai semua uangnya untuk membeli bahan makanan dan memasaknya bagi para tunawisma, sembari bercerita tentang Yesus yang telah memberi kemerdekaan dalam hidupnya. Ia mengatakan Tuhan-lah yang menyuruhnya memberi makan orang lain dengan uang yang Dia berikan, karena Tuhan mengasihi mereka.
Memberikan seluruh nafkahnya, itu juga yang dilakukan seorang janda yang datang ke Bait Allah. Persembahannya adalah dua keping mata uang Yahudi yang terkecil nilainya. Namun, Yesus tahu apa arti uang itu bagi sang janda. Seluruh nafkahnya. Orang-orang kaya bisa memberikan sebagian hartanya tanpa terganggu standar hidupnya. Namun, persembahan janda itu mungkin membuatnya tidak bisa makan seharian. Belum lama berselang murid-murid mendengar Yesus mengajar hukum yang terutama, yaitu mengasihi Tuhan dengan totalitas hidup (lihat 12:29-30). Kini, mereka diajak-Nya melihat orang yang mempraktikkan hukum itu secara nyata.
Kita bisa dengan mudah memberi waktu dan uang untuk kegiatan-kegiatan berlabel rohani selama itu tidak mengganggu kehidupan pribadi atau keluarga kita. Tanpa sadar kita membagi ruang hidup kita menjadi "yang sekuler" dan "yang rohani", yang "milik kita" dan yang "milik Tuhan". Tuhan ingin kita mengasihi-Nya dengan totalitas hidup. Bagaimana kita akan menerapkan perintah ini?. (MEL)
TUHAN INGIN KITA MENGASIHI-NYA SECARA TOTAL. SEMUA ASPEK DALAM HIDUP ADALAH PERSEMBAHAN KITA BAGI-NYA.
Sabtu, 09 Maret 2013
MENGASIHI DENGAN SUKARELA (1Korintus 9:7-23)
Seorang wanita benar-benar membutuhkan operasi cangkok ginjal. Harapannya sangat tipis karena ia belum mendapatkan donor yang cocok. Akhirnya, muncul suatu harapan baru. Saudara laki-lakinya menawarkan diri untuk menjadi donor. Pengurbanan saudaranya itu tampaknya merupakan solusi yang tepat. Apalagi golongan darah mereka yang sama akan lebih menjamin keberhasilan operasi tersebut.
Namun ternyata ada udang di balik batu. Saudaranya itu bersedia memberikan ginjalnya, tetapi ia meminta imbalan uang sejumlah 25.000 dollar sebagai ganti rugi atas penderitaan yang akan ia alami. Wanita itu merasa tersinggung ketika mengetahui motif sang adik yang sesungguhnya. Karena itu ia menolak usul tersebut, dan mencari donor lain.
Kisah ini menggambarkan dua prinsip rohani yang terdapat dalam 1Korintus 9. Prinsip yang pertama adalah bahwa seorang pekerja berhak mendapatkan bayaran atas pengurbanannya (ayat 14). Prinsip kedua, melakukan sesuatu bagi orang lain tanpa menghendaki imbalan seringkali merupakan tindakan yang tepat (ayat 18). Pada kasus Paulus, ia ingin agar pengurbanannya dapat menjadi kesaksian nyata yang berbicara tentang hubungannya dengan Tuhan. Ia merasa bahwa hasratnya untuk membantu orang-orang di Korintus akan dapat ditunjukkannya dengan baik, dengan cara menjadi teladan iman dan kasih tanpa mempermasalahkan tentang uang.
Kita pun harus memiliki kerelaan yang sama. Motivasi kita yang terutama haruslah kasih, bukan imbalan. (MRDII)
ORANG YANG MELAYANI ALLAH HANYA UNTUK UANG SEBENARNYA BANGKRUT SECARA ROHANI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar