RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 12 November 2012
MINORITAS DI TANGAN YANG BERKUASA MEMAKSIMALKAN. (Matius 13:31-35)
Minoritas seringkali dianggap remeh dan tidak masuk hitungan. Namun perlu ditilik terlebih dahulu siapakah di balik yang minoritas. Yang terkecil belum pasti kalah, seperti: Daud yang ternyata sanggup mengalahkan Goliat, si raksasa, karena ada Tangan Tuhan di balik kelemahan Daud; Gideon dengan hanya 300 pasukan Israel berhasil mengalahkan tentara Midian dan Amalek yang jumlahnya sangat besar bagaikan pasir di tepi laut, karena Tangan Tuhan yang berperang bagi mereka; dan masih banyak lagi contoh lain. Jadi dapat dikatakan bahwa perannya bukan pada yang minoritas, tetapi Siapa di balik yang minoritas, sehingga yang minoritas berhasil dimaksimalkan- Nya.
Yesus kembali mengatakan perumpamaan kepada orang banyak tentang Kerajaan Sorga dalam aspek yang lain, melalui ilustrasi biji sesawi. Biji sesawi adalah biji yang terkecil di antara biji lainnya. Namun setelah tumbuh, ukuran daunnya lebih besar dari jenis sayuran lainnya dan bertumbuh menjadi sebuah pohon, sehingga cabang-cabangnya menjadi tempat bersarang burung-burung. Kita mengakui bahwa di balik proses pertumbuhan dari benih menjadi tumbuhan, ada Tangan Illahi yang mengerjakannya. Perumpamaan ini menggambarkan bagaimana Gereja Tuhan yang minoritas dalam dunia, namun ada Tangan Tuhan yang sanggup memaksimalkan fungsi dan perannya, sehingga seperti pohon sesawi yang menjadi tempat bersarangnya burung-burung, demikian pula Gereja Tuhan harus menjadi berkat bagi lingkungannya. Hal ini lebih ditegaskan lagi dengan perumpamaan seorang perempuan yang memasukkan ragi ke dalam adonan tepung terigu 3 sukat (ayat 36 liter). Ragi yang sedikit mampu mengkhamirkan seluruh adonan. Yang minoritas dapat berfungsi dan berperan maksimal mempengaruhi sekitarnya bila mau mengidentifikasikan diri bersama sekitarnya, tanpa mengubah jati diri menjadi sama dengan lingkungan.
Kehadiran Gereja yang minoritas di Indonesia tidak akan tenggelam ditelan tantangan arus zaman, bila tetap berada dalam Tangan yang berkuasa memaksimalkan. Walaupun kondisi dan tantangan semakin menghimpit, namun gema kebenaran harus terus disuarakan, agar semakin banyak orang datang mencari damai sejati.
Renungkan: Gereja-Nya memang minoritas, namun dapat `mengkhamirkan' dunia.
Selasa, 13 November 2012
RAHASIA KERAJAAN ALLAH. (Matius 13:31-35,44-52)
Yesus mengajar dengan berbagai perumpamaan tidak saja kepada orang banyak, tetapi juga kepada para murid-Nya. Lima perumpamaan yang kita baca kini berbicara tentang Kerajaan Surga. Dua yang pertama untuk orang banyak, tiga yang terakhir untuk para murid.
Perumpamaan pertama menegaskan daya pertumbuhan dahsyat Kerajaan Surga. Seperti halnya benih sesawi awalnya seolah kecil, tetapi sesudah bertumbuh pasti akan menjadi pohon teramat besar (ayat 31-32), demikian juga dengan pewartaan Kerajaan Surga yang Yesus beritakan. Tekanan lain kita jumpai dalam perumpamaan ragi. Transformasi menyeluruh Kerajaan Surga berlangsung secara diam-diam namun nyata (ayat 33). Kata kunci adalah kata menyeluruh. Proses transformasinya tidak kelihatan, tetapi akibatnya terhadap seluruh dunia jelas terlihat. Seluruh alam semesta mengalami transformasi. Kerajaan Surga bekerja dahsyat memperbarui seluruh ciptaan.
Kerajaan Surga harus direspons dengan benar. Pengurbanan seperti yang dilakukan penemu harta terpendam mutlak dilakukan oleh mereka yang ingin menjadi warga Kerajaan Surga. Kerajaan Surga menjadi yang terutama dan pertama dalam hidup sehingga segala sesuatu menjadi tidak berharga (ayat 44-45). Pengurbanan itu akan tidak sebanding dengan nilai Kerajaan Surga dan sukacita mendapatkannya (ayat 44b). Warta Kerajaan Surga bukan untuk ditanggapi sambil lalu. Respons orang terhadap warta Kerajaan Surga itu akan menentukan nasib kekalnya. Maka warta Kerajaan Surga sekaligus menjanjikan hidup kekal dan binasa kekal (ayat 47-50). Yesus tidak saja mengajarkan tentang Kerajaan Surga, Ia sendiri adalah Kerajaan Surga itu. Ia menjalani pemerintahan Allah dalam hidup-Nya, mewujudkan Kerajaan Surga dengan mati dan bangkit mengalahkan dosa dan maut.
Renungkan: Memang dari kita dituntut kesediaan melepas hal-hal yang kita anggap berharga. Itu bukan lagi kerugian, sebab yang kita dapatkan adalah hidup Yesus sendiri.
Rabu, 14 November 2012
PERCAYA DENGAN SEGENAP HATI (Amsal 3:5,6)
Seorang mahasiswa kehilangan sepeda motornya ketika tengah berkunjung ke indekos temannya. Si pemilik indekos, karena merasa ikut bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, menyarankan agar si mahasiswa menemui paranormal terkenal yang ada di daerah itu. Namun, mendengar saran itu, ia menjawab, "Ibu, saya menaruh percaya kepada
Yesus. Saya lebih baik kehilangan sepeda motor saya daripada bertanya ke paranormal." Sebuah pernyataan yang tentu tak mudah dijalankan.
Penulis Amsal meminta kita menaruh percaya kepada Tuhan. Kata "percaya" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan sese-orang atau sesuatu (bahwa seseorang atau sesuatu itu akan dapat memenuhi harapannya). Dengan demikian, percaya kepada Tuhan berarti yakin benar pada kemampuan Tuhan, bahwa Dia dapat memenuhi apa yang kita harapkan. Bahwa Dia dapat diandalkan, kapan pun dan di mana pun. Selanjutnya, penulis Amsal mengatakan bahwa percaya yang dimaksud adalah percaya dengan segenap hati. Artinya, percaya yang juga dibarengi dengan kehendak untuk memasrahkan diri secara penuh kepada maksud dan rencana Tuhan.
Percaya tentu memerlukan dasar. Penulis Ibrani mengatakan bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini, sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8). Ayat tersebut menjadi peneguhan bagi kita bahwa Yesus layak dipercaya dan diandalkan karena Dia tidak berubah. Jika demikian, dalam kehidupan kita sehari-hari menjalankan bisnis, karier, pergaulan, kepemilikan atas sesuatu, kepada siapakah dan dalam apakah kita menaruh percaya?
KUASA KRISTUS LEBIH BESAR DARI SEGALA KUASA LAIN MAKA TAK USAH MENCARI PERTOLONGAN DI TEMPAT LAIN
Kamis, 15 November 2012
KOYAKAN KECIL = MASALAH BESAR! (Galatia 5:16-26)
Kami tidak tahu apa yang tidak beres. Saya dan anak saya membeli sebuah perahu motor tua untuk memancing, tetapi perahu itu tidak bisa berjalan dengan baik. Perahu itu tidak bisa berlari kencang, dan berguncang-guncang ketika kami mencoba mempercepat jalannya. Kami menduga sumber masalahnya ada pada sistem pembakaran. Jadi kami menyetel karburatornya dan mengganti filter bahan bakar. Namun, itu ternyata belum menyelesaikan masalah.
Ketika kami mengeluarkan perahu tersebut dari air, anak laki-laki saya menemukan penyebab masalahnya. Salah satu baling-balingnya terkoyak sepanjang dua sentimeter. Saya pikir, pasti bukan itu penyebabnya. Koyakan itu terlalu kecil. Namun, ketika kami memasang baling-baling yang baru, hasilnya benar-benar berbeda. Ternyata kami telah diperlambat oleh koyakan kecil itu.
Dalam menjalani hidup sebagai orang kristiani, kita kerap mengalami masalah yang sama. Dosa seperti yang digambarkan dalam Galatia 5:16- 21 berakar pada hal-hal yang tampaknya sepele (Matius 5:28; 15:18,19). Jika kita mengabaikan atau menoleransi dosa-dosa "kecil" ini, mereka akhirnya akan bertumbuh, membuat kerusakan yang lebih besar pada pikiran dan tingkah laku kita bahkan membahayakan orang- orang di sekitar kita. Sama seperti sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan (Galatia 5:9), dosa "kecil" akhirnya juga bisa melemahkan pelayanan kita bagi Kristus dan gereja-Nya.
Ingat, koyakan kecil dapat menyebabkan masalah besar. (DE)
DOSA KECIL TIDAK AKAN TETAP KECIL
Jumat, 16 November 2012
MUSTAHIL? (Kisah Para Rasul 26:1-8)
Jika Yesus tidak bangkit dari kematian dan tak ada kebangkitan bagi kita kelak, maka hilang sudah seluruh arti kehidupan ini. Bila hidup hanya merupakan rangkaian tahun yang berisi tangis dan tawa silih berganti (sebagian besar adalah tangisan) serta kegelapan, maka kita dapat berkata sama seperti Paulus, "Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia" (1Korintus 15:19).
Kebangkitan bukanlah pemikiran yang mustahil dan tidak masuk akal. Kita dapat melihat ilustrasi tentang kebangkitan lewat alam di sekitar kita. Misalnya, kacang hijau milik bangsa Mesir yang terpendam selama 3.000 tahun. Kacang hijau tersebut dikeluarkan dan ditanam pada tanggal 4 Juni 1844. Dalam beberapa hari, kacang hijau itu mulai berkecambah dan menembus tanah. Setelah terpendam selama 3.000 tahun, biji itu bangkit [tumbuh]. Sungguh menakjubkan!
Lalu, mengapa tatkala Allah membangkitkan orang mati, hal itu dianggap mustahil? Itu merupakan pertanyaan mengejutkan yang dilontarkan Paulus kepada Raja Agripa (Kisah Para Rasul 26:8). Apabila Allah sanggup menciptakan manusia dari debu tanah yang diberi-Nya napas kehidupan, mengapa orang menganggap mustahil tatakala Allah yang sama membangkitkan orang mati?
Ya, sangat masuk akal bila Yesus bangkit. Yang tidak masuk akal adalah apabila setelah menjalani kehidupan yang luar biasa, Dia tetap tinggal dalam kubur. Puji Tuhan! Kristus telah bangkit!. (MRD)
HANYA JURUSELAMAT YANG HIDUP YANG SANGGUP MENYELAMATKAN DUNIA YANG HAMPIR BINASA
Sabtu, 17 November 2012
KACANG DI LOTENG (Yohanes 12:20-33)
Seorang Kristen yang dilahirkan dan dibesarkan di sebuah rumah kayu mengunjungi rumah masa kecilnya yang telah 35 tahun lamanya ia tinggalkan. Saat memasuki rumah kayu yang telantar itu, ia teringat bahwa ketika masih kecil ia pernah menanam beberapa biji kenari di sepanjang tepi sungai yang mengalir melalui tanah pertanian itu. Pada saat berjalan ke arah sungai, ia mendapati sebaris pepohonan kenari yang sangat menawan.
Kemudian ia teringat bahwa ia juga pernah menyimpan beberapa biji kenari di loteng. Karena ingin tahu apa yang terjadi dengan kenari itu, maka ia pun naik ke loteng yang gelap dan meraba-raba ke pojok loteng sampai ia menemukannya. Alangkah jauh bedanya! Kenari-kenari yang disimpannya di loteng menjadi kering dan tertutup debu, sedangkan bebijian yang ditanamnya telah menjadi pohon-pohon hijau yang rindang! Seketika itu juga kata-kata Yesus muncul dalam benaknya dengan pengertian yang baru: "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah" (Yohanes 12:24).
Yang dimaksudkan Tuhan ialah kematian-Nya sendiri tatkala Dia berkata demikian. Namun hal itu berlaku juga bagi orang-orang percaya. Bila kita tidak mau "mati" terhadap keinginan diri sendiri yang egois, kita akan "tetap satu biji saja." Dengan kematian Kristus di kayu salib bagi dosa manusia dan dengan kematian orang Kristen terhadap dosanya sendiri, maka berlakulah prinsip yang sama: Dalam kematian ada kehidupan!. (RWD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar