GIA Sby (Koblen Tengah)
Minggu, 14 Oktober 2012
Oleh: Pdt. Timotius Hogiono
DAPATKAH ORANG KRISTEN HIDUP TANPA PENGAMPUNAN
(Matius 18:23-35)
Perumpamaan tentang pengampunan ini hanya dicatat oleh Matius 18 yang berisi tentang pengajaran tentang relasi dari murid-murid Tuhan Yesus seorang dengan yang lainnya.
Dalam perumpamaan ini kita dapat membagi beberapa bagian penting :
- Sebuah pertanyaan dari Rasul Petrus (21-22). Perumpaan tentang pengampunan ini diawali dengan pertanyaan Rasul Petrus kepada Tuhan Yesus yang mengatakan sampai berapa kali aku harus mengamnpuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai 7 kali ? Mengapa Petrus bertanya demikian kepada Tuhan Yesus?. Dalam tradisi dan budaya Yahudi para rabi Yahudi mengajarkan tentang pengampunan tetapi membatasi pengampuan hanya sebanyak 3 kali untuk jenis kesalahan yang sama. Petrus dalam hal ini hendak menunjukkan standar yang lebih tinggi yaitu tujuh kali. Tetapi Tuhan Yesus menuntut para murid melakukan hal yang lebih tinggi. Tuhan Yesus berkata bukan hanya tujuh kali melainkan sampai 70 kali 7 kali (Mat 18: 21-22). Apa makna pertanyaan Tuhan Yesus ini? Dalam bagian ini Tuhan Yesus hendak menunjukkan jumlah yang lebih besar. Dan hal tersebut tentunya hendak memberikan penekanan kepada pengampunan yang tak terbatas. Jadi ungkapan Tuhan Yesus 70 kali 7 kali bukan menekankan pada jumlah tetapi pengampunan yang tidak terbatas. Dalam Perjanjian Lama angka 7 dipahami sebagai angka penggenapan atau angka sempurna dan angka sabat. Disebutkan dalam PL bahwa setiap 7 tahun hutang piutang harus dihapuskan (Ul 15) dan setiap 7 kali 7 tahun adalah tahun yobel dimana para budak dibebaskan (Im 25:8-10). Bahkan dibebaskan dari perbudakan dipahami sebagai dibebaskan dari hutang mengingat pada umumnya orang yang telah menjadi budak tidak mampu melunasi hutang-hutangnya. Jadi 70 kali 7 kali tidak perlu dipahami secara literal tetapi lebih kepada pemahaman tentang pengampunan yang tidak terbatas.
- Hutang yang besar diampuni (23-27). Perumpamaan ini diawali dengan sebuah kalimat preposisi ay 23 sebab hal/ karena itu. Artinya kalimat itu menghubungkan bagian ini dengan perikop sebelumnya yang pada intinya hendak menegaskan bahwa setiap pengikutnya harus saling mengampuni (Mat 18:21-22). Dengan demikian bahwa dasar utama diberikannya perumpamaan ini adalah kesediaan orang percaya untuk saling mengampuni antara satu dengan yang lainnya. Dalam ay 23 menekankan misi Tuhan Yesus dimana pengampunan yang diterima menjadi standar bagi pengampunan yang diberikan. Dengan demikian kerajaan sorga disini digambarkan sebagai seorang raja yang hendak melakukan perhitungan dengan hamba-hambanya. Hamba tersebut berhutang 10 ribu talenta suatu jumlah yang sangat besar. Dalam PB 1 talenta setara dengan 6000 dinar. Jika gaji buruh harian 1 dinar per hari (Mat 20:2) dan hari kerja pertahun adalah 300 hari maka 1 talenta adalah setara dengan gaji selama 20 tahun. Hutang hamba tersebut sebenarnya 10. 000 talenta berarti setara dengan gaji selama 200 ribu tahun. Memang jumlah yang sangat besar dan tentunya hamba itu tidak mampu melunasinya kepada tuannya sekalipun menjual segala sesuatunya. Namun hamba itu datang kepada tuannya dan memohonnya. Dan raja itu menunjukkan kepedulian dan belas kasihan dan kemurahannya kepada hambanya itu dengan membebaskan segala utangnya (ay 27).
- Hutang yang kecil tidak diampuni (28-30). Sikap hamba yang telah menerima belas kasihan dari tuannya tadi memiliki sikap yang tidak terpuji, disebutkan bahwa ia bertemu dengan sesama hamba yang lain yang juga berhutang 100 dinar kepadanya lalu menagihnya dan mencekiknya (ay 28). Jumlah utang itu lebih kecil dari hutang yang telah dibebaskan tuan kepadanya. Disini kita melihat bahwa hamba yang telah dibebaskan tadi dari segala hutangnya tidak menunjukkan belas kasihan dan mengampuni sesamanya itu yang juga berhutang kepadanya. Justru memasukkannya dalam penjara (ay 30). Melihat hal itu, hamba-hamba yang lain merasa sedih dan memberitahukan tindakan hamba itu kepada raja (ayat 31)
- Pengajaran dari perumpamaan ini (ay 32-34). Maka kemudian raja itu menangkap hamba yang jahat itu lalu menyerahkannya kepad algojo-algojonya. Pengajaran dari perumpamaan ini menegaskan bahwa Allah melalui kasihNya telah memberikan anugerah dan pengampunanNya yang begitu besar kepada kita. Hal yang sama tentunya kita lakukan yaitu memberikan pengampunan bagi sesama kita. Sudahkah mengampuni sesama kita? Setiap orang yang telah menerima pengampunan dari Tuhan, wajib mengampuni sesamanya. Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Diringkas oleh: Pdm. Anugrah Laia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar